Menuju konten utama

Sejarah dan Tema Hari Toleransi Internasional pada 16 November 2021

Peringatan Hari Toleransi Internasional 2021 menggiring makna toleransi lebih luas lagi, tak hanya penghargaan ke manusia, melainkan juga ke alam sekitar

Sejarah dan Tema Hari Toleransi Internasional pada 16 November 2021
Toleransi antarumat beragama merupakan bentuk kampanye Hari Toleransi Internasional. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/hp.

tirto.id - Hari Toleransi Internasional (International Day for Tolerance) diperingati pada 16 November setiap tahunnya. Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan rasa toleransi dan tenggang rasa di kalangan masyarakat dunia.

Tema Hari Toleransi Internasional 2021 berkaitan dengan perubahan iklim, yaitu "Climate as a 'Wicked' Problem" atau Iklim adalah Perkara Jahat.

Pemaknaan toleransi dalam peringatan Hari Internasional tahun ini bergerak lebih luas lagi, yaitu menghargai alam dan masa depan manusia.

Bagaimanapun juga, untuk mencapai masa depan yang baik dan berkelanjutan, orang-orang di seluruh dunia harus bersatu melawan perubahan iklim (climate change), pemanasan global (global warming), dan aksi pengrusakan lingkungan.

Sejarah Hari Toleransi Internasional

Hari Toleransi Internasional ditetapkan pertama kali pada 1996 oleh Majelis Umum PBB berdasarkan resolusi 51/95. Putusan 16 November sebagai Hari Toleransi Internasional disetujui oleh negara-negara anggota PBB di konvensi tersebut.

Pertemuan menetapkan Hari Toleransi Internasional merupakan tindak lanjut dari peringatan Tahun Toleransi PBB yang dirayakan pada 1995. Perjanjian menjaga toleransi ini diproklamasikan dalam Majelis Umum PBB pada 1993 berdasarkan inisiatif UNESCO.

Inisiasi menetapkan Hari Toleransi Internasional berlandaskan sejumlah kasus intoleransi yang terjadi di negara-negara di dunia, mulai dari diskriminasi, kasus intoleransi, kekerasan, konflik ras, ketidakadilan terhadap minoritas, dan sebagainya.

Hari Toleransi Internasional merupakan momen untuk melakukan refleksi dan mengampanyekan kesadaran saling menghargai dan menghormati satu sama lain, baik antar individu atau kelompok.

Agenda merayakan dan mengingat momen toleransi ini tertuang dalam Deklarasi Prinsip Toleransi PBB dan aksi lanjutan rencana tahunannya.

Deklarasi Prinsip Toleransi PBB di atas turut mendefinisikan toleransi sebagai bentuk penghargaan, penerimaan, dan apresiasi terhadap keragaman budaya dunia, serta bentuk ekspresi dasar menjadi manusia.

Kaidah prinsipil terkait toleransi juga tertuang dalam Piagam PBB dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Urgensi toleransi kian penting di era sekarang, yang mana ekstremisme, konflik, dan pengrusakan lingkungan kian masif.

Peringatan Hari Toleransi Internasional tahun ini berupaya menggiring makna toleransi ke ranah yang lebih luas lagi, tidak hanya penghargaan kepada sesama manusia, melainkan juga ke alam dan lingkungan sekitar.

Hal ini disebabkan pengrusakan lingkungan dan perubahan iklim dunia akan mengganggu kehidupan manusia secara global, tidak sekadar merusak keseimbangan alam dan lingkungan sekitar.

Cara Memperingati Hari Toleransi Internasional

Kendati merupakan hari penting dunia, Hari Toleransi Internasional bukan merupakan hari libur. Lantas, bagaimana cara memperingati Hari Toleransi Internasional?

Laman National Day menuliskan bahwa peringatan Hari Toleransi Internasional dapat dilakukan dengan cara melakukan refleksi diri, belajar tentang toleransi dan intoleransi, serta merayakan perbedaan antarbudaya.

Indonesia merupakan bangsa yang sangat kondusif untuk menerapkan toleransi. Bagaimanapun juga, negeri ini terdiri dari beragam suku, budaya, agama, identitas, dan sebagainya. Tanpa toleransi, Indonesia akan mudah mengalami gesekan dan perpecahan.

Moto bangsa Indonesia Bhinneka Tunggal Ika merupakan representasi dari sikap toleransi, jauh sebelum Hari Toleransi Internasional dirayakan.

Contoh cara-cara lain dalam memperingati Hari Toleransi Internasional dapat dilihat di sini.

Baca juga artikel terkait HARI TOLERANSI INTERNASIONAL atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Addi M Idhom