Menuju konten utama

Seberapa Bahaya Baby Blues & Bagaimana Kita Sebaiknya Bersikap?

Bahaya baby blues syndrome, gejala baby blues hingga bagaimana kita menyikapi pasangan, istri, teman atau keluarga yang mengalami baby blues?

Seberapa Bahaya Baby Blues & Bagaimana Kita Sebaiknya Bersikap?
Ilustrasi baby blues. FOTO/Istockphoto

tirto.id - Baby blues diduga menjadi penyebab seorang ibu di Jakarta Selatan tega menenggelamkan bayinya di ember. Semuanya terekam dalam sebuah video yang langsung viral di media sosial.

Dalam video yang beredar, ibu tersebut terlihat menceburkan bayinya ke dalam ember di kamar mandi. Meski bayinya merengek, sang ibu justru menyalakan keran dan membalikkan posisi badan bayinya sampai kepalanya tenggelam.

Kasus seperti ini bukan pertama kalinya terjadi. Pada September lalu, beredar pula video seorang ibu yang disebut-sebut hendak membuang bayinya ke rel kereta api di Stasiun Pasar Minggu. Beruntung, ada beberapa satpam yang menggagalkan aksinya tersebut dan menenangkan sang ibu yang saat itu terus memberontak.

Baby blues pun diduga menjadi penyebab utama kedua ibu tersebut melakukan hal nekat yang membahayakan nyawa bayinya. Lalu, apa itu baby blues dan kenapa bisa berbahaya?

Apa Itu Baby Blues dan Gejalanya?

Baby blues adalah istilah yang mengacu pada perubahan suasana hati (mood swing) dan serangkaian perasaan negatif yang terjadi pada ibu yang baru melahirkan. Baby blues sangat umum terjadi, bahkan diperkirakan 70-80 persen ibu di seluruh dunia pernah mengalaminya.

Baby blues sering terjadi pada minggu pertama setelah persalinan, biasanya akan terasa sekitar 3-5 hari setelah melahirkan. Adapun gejala baby blues seperti dilansir dari laman American Pregnancyantara lain:

  • Menangis tanpa sebab yang jelas
  • Menjadi tidak sabaran
  • Mudah marah
  • Merasa gelisah
  • Cemas
  • Kelelahan
  • Insomnia (bahkan saat bayinya sudah tertidur)
  • Kesedihan
  • Perubahan mood
  • Susah fokus/konsentrasi
Gejala baby blues tidak muncul sepanjang waktu. Biasanya gejala tersebut dapat terjadi selama beberapa menit hingga hitungan jam setiap harinya.

Sampai saat ini, penyebab baby blues belum diketahui secara pasti. Namun, para ahli menduga bahwa baby blues berkaitan erat dengan perubahan hormon yang terjadi selama kehamilan hingga persalinan.

Perubahan hormon ini bisa mempengaruhi psikis seorang ibu. Selain itu, rutinitas baru sebagai seorang ibu bisa menyebabkan kelelahan hingga gangguan tidur. Hal inilah yang kemudian membuat mood ibu baru memburuk dan muncul perasaan negatif yang disebut baby blues.

Kabar baiknya, baby blues tidak akan terjadi selamanya. Seiring dengan berjalannya waktu, baby blues bisa mereda dan biasanya akan menghilang dengan sendirinya sekitar 14 hari setelah persalinan.

Bahaya Baby Blues

Baby blues sebenarnya termasuk bentuk depresi dan kecemasan ringan. Dukungan dari orang-orang sekitar, terutama keluarga, sangat berpengaruh dalam mengatasi baby blues.

Saat seorang ibu yang mengalami baby blues tidak mendapat bantuan atau dukungan, perasaan negatif dan mood yang buruk akan sulit menghilang. Bahkan, baby blues bisa berkembang menjadi postpartum depression atau depresi pasca melahirkan.

Mengutip dari Psychology Today, Karen Kleiman yang merupakan pendiri sekaligus direktur Postpartum Stress Center di Pennsylvania mengungkapkan bahwa jika perubahan mood tersebut berlangsung lebih dari 2-3 minggu setelah persalinan, maka hal itu bukan lagi termasuk baby blues, melainkan postpartum depression.

Saat mengalami depresi pasca melahirkan, seorang ibu bisa merasakan hal-hal berikut:

  • Merasa kewalahan selama lebih dari tiga minggu setelah persalinan.
  • Merasakan gejala seperti baby blues, tapi lebih parah dan tak tertahankan
  • Tak bisa tidur walau kelelahan atau ingin tidur sepanjang waktu
  • Selalu menangis
  • Tidak merasa senang dengan kehadiran bayi
  • Tidak mau menghabiskan waktu dengan bayinya
  • Merasa takut pada bayinya
  • Nafsu makan menurun drastis
  • Merasakan kemarahan hebat
  • Dihantui rasa cemas bahwa bayi akan terluka atau dalam bahaya
  • Menjauh dari aktivitas yang sebelumnya disukai
  • Merasa kehilangan jati diri
  • Berpikir untuk melukai diri sendiri
  • Percaya bahwa keluarga akan lebih baik tanpa dirinya
  • Percaya bahwa dirinya tidak seharusnya memiliki bayi dan menjadi seorang ibu

Bagaimana Kita Menyikapi Baby Blues?

Seorang ibu yang mengalami baby blues maupun depresi pasca melahirkan dan tidak segera mendapat penanganan yang tepat, ia bisa melakukan hal-hal yang dapat membahayakan diri maupun bayinya.

Karena itu, peran dan dukungan dari orang-orang terdekat sangatlah dibutuhkan. Berikut hal-hal yang bisa dilakukan ketika orang di sekitar Anda mengalami baby blues:

1. Ikut membantu mengurus bayi semampunya.

Saat si ibu merasa kelelahan dan ingin tidur, suami atau anggota keluarga lain bergantian menjaga bayi agar sang ibu bisa beristirahat. Hal seperti ini sebaiknya sudah dikomunikasikan dengan pihak suami jauh sebelum hamil atau persalinan. Berbagi waktu dengan sang suami dalam hal mengurus bayi akan berdampak positif bagi kesehatan mental seorang ibu.

2. Membantu dalam hal pekerjaan rumah

Tak hanya mengurus bayi, membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga juga bisa sangat berarti bagi ibu yang mengalami baby blues. Anda bisa membantu mencuci baju, merapikan rumah, atau sekadar membelikan makanan agar sang ibu tidak perlu repot-repot memasak.

3. Ikut menjaga kesehatan sang ibu

Keluarga bisa ikut menjaga kesehatan fisik sang ibu dengan membantu menyediakan makanan sehat dan bergizi setiap hari. Jika perlu, ingatkan sang ibu untuk meminum vitamin atau suplemen tertentu yang sudah direkomendasikan oleh dokter.

4. Jadi pendengar yang baik

Seorang ibu mungkin akan mengeluh capek atau curhat tentang banyak hal. Jadilah pendengar yang baik dan menguatkannya. Jangan pernah menyalahkan atau menganggap remeh rasa lelahnya.

5. Ucapkan pujian dan terima kasih

Kata-kata positif seperti pujian bisa sangat berarti bagi seorang ibu. Selelah apa pun seorang ibu, apresiasi dari orang sekitar sering bisa menimbulkan semangat baru.

Tak hanya pujian, ucapan terima kasih dari suami juga bisa membuat seorang ibu merasa dihargai. Selain lewat ucapan, rasa terima kasih juga bisa diwujudkan dalam banyak hal, misalnya membeli makanan kesukaan istri atau memberi hadiah tertentu.

6. Berbagi peran

Pihak keluarga, terutama suami, sebaiknya tidak terlalu menuntut seorang ibu yang baru melahirkan. Ia tentunya kerepotan mengurus bayi sehingga mungkin ada hal-hal yang luput dari perhatiannya.

Salah satu contohnya ketika pekerjaan rumah tidak dikerjakan dengan tuntas, sebaiknya pihak suami memaklumi dan justru seharusnya membantu dan berbagi peran dengan istri bukan malah menyalahkan istri.

7. Ajak sang ibu melakukan hal yang menyenangkan

Suami atau keluarga bisa mengajak sang ibu berjalan-jalan, rekreasi, atau sekadar menonton film favoritnya saat si bayi sudah tidur. Pastikan seorang ibu tidak kehilangan momen menyenangkan hanya karena sibuk mengurus bayi dan pekerjaan rumah tangga.

8. Arahkan untuk meminta bantuan profesional

Jika gejala baby blues sulit mereda dan sang ibu tampak begitu kelelahan secara fisik dan mental, suami atau anggota keluarga lain bisa mengajaknya untuk meminta bantuan profesional demi mendapatkan penanganan yang tepat.

----------Depresi bukanlah persoalan sepele. Jika Anda merasakan tendensi untuk melakukan bunuh diri, atau melihat teman atau kerabat yang memperlihatkan tendensi tersebut, amat disarankan untuk menghubungi dan berdiskusi dengan pihak terkait, seperti psikolog, psikiater, maupun klinik kesehatan jiwa.----------

Baca juga artikel terkait BABY BLUES atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Gaya hidup
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Nur Hidayah Perwitasari