tirto.id - Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Aspuri mengumumkan di daerahnya kini terdapat 30 bangunan sekolah dasar (SD) dan lima sekolah menengah pertama (SMP) terendam banjir.
"Banjir juga merendam fasilitas umum seperti sekolahan dan rumah ibadah," kata Aspuri di Bekasi, pada Selasa (21/2/2017) sebagaimana dikutip Antara.
Sekolah-sekolah di Bekasi, yang terendam banjir itu, berada di kecamatan Kedungwaringin, Cabangbungin, Muaragembong, Tarumajaya, Babelan, Cibitung dan Cikarang Utara. Kawasan-kawasan itu selama ini memang menjadi langganan banjir.
Banjir yang rutin melanda itu diperkirakan terjadi karena adanya limpasan air sungai serta disebabkan drainase yang buruk di Cibitung dan Cikarang. Turunnya hujan juga membuat air sungai meluap hingga merendam sekolah.
Aspuri mengatakan sekolah hanya mampu menanggulangi air yang masuk ke dalam kelas dengan cara menggunakan pompa air.
"Jadi yang susah itu kalau air yang merendam sekolah karena air limpasan surutnya mengikuti air turun dan sungai kembali normal," katanya.
Ia menambahkan ketinggian air di beberapa kecamatan mencapai satu meter hingga 1,5 meter. Untuk itu, beberapa sekolah diliburkan dan sebagian lainnya memindahkan tempat proses belajar mengajar ke lokasi lebih tinggi yang tak terjangkau banjir. Pemindahan itu dinilai sebagai cara terbaik karena anak kelas tiga akan menghadapi ujian nasional sehingga tidak bisa diliburkan.
Kepala Seksi Kelembagaan SD pada Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi Yudi mengimbau sekolah-sekolah, yang bangunannya terendam banjir, tetap memaksimalkan kegiatan belajar mengajar, khususnya bagi siswa kelas 6 SD dan kelas 3 SMP, karena akan menghadapi ujian nasional. Misalnya, para siswa tetap diberi tugas selama sekolahnya libur.
"Seperti di SDN 03 dan 04 Bojongsari, di situ langganan banjir, kalau banjir datang bisa sampai 1,5 meter makanya sering diliburkan, begitu juga di Muaragembong, Desa Pantaibakti juga air yang merendam cukup dalam karena banjir tidak hanya luapan Sungai Citarum air rob dari laut juga masuk makanya air cukup tinggi kalau banjir," katanya.
Dalam siaran persnya, Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan banjir yang merendam wilayah Jakarta, Bekasi dan Tangerang pada awal pekan ini membuktikan peningkatan kerentanan daerah-daerah itu terhadap ancaman banjir.
Menurut Sutopo, kerentanan ini merupakan dampak perubahan penggunaan lahan yang begitu pesat di wilayah Jabodetabek sehingga hampir 80 persen air hujan menjadi aliran permukaan yang tak terserap tanah. Sementara kapasitas drainase dan sungai jauh lebih kecil daripada debit aliran permukaan. Di wilayah perkotaan, 90 persen air hujan menjadi aliran permukaan.
Sutopo mengatakan hasil citra satelit Landsat tahun 1990 hingga 2016 menunjukkan permukiman dan perkotaan berkembang luar biasa. Permukiman nyaris menyatu di wilayah hulu, tengah dan hilir daerah aliran sungai di Jabodetabek.
"Kapasitas sungai-sungai dan drainase perkotaan mengalirkan aliran permukaan masih terbatas. Okupasi bantaran sungai menjadi permukiman padat menyebabkan sungai sempit dan dangkal. Sungai yang harusnya lebar 30 meter, saat ini hanya sekitar 10 meter, bahkan ada sungai yang lima meter," kata dia.
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom