Menuju konten utama

Sebanyak 32 Smelter Dibangun di Indonesia Sejak 2012

Asosiasi Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (AP3I) mencatat sudah terdapat 32 smelter yang dibangun selama 2012 sampai sekarang

Sebanyak 32 Smelter Dibangun di Indonesia Sejak 2012
Dirjen Mineral dan Batu Bara (Minerba) Bambang Gatot (kanan) berbincang dengan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Chappy Hakim (kiri) disela-sela rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (7/12). Rapat tersebut membahas komitmen PT Freeport Indonesia membangun pabrik pengolahan dan pemurnian mineral (smelter). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari.

tirto.id - Wakil Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (AP3I), Jonathan Handoyo mengatakan sebanyak 32 pabrik pengolahan dan pemurnian hasil tambang atau smelter telah dibangun di Indonesia sejak 2012 lalu. Nilai total investasinya mencapai $20 miliar.

"Ada 32 smelter baru yang sudah selesai dibangun selama 2012 sampai sekarang," kata Jonathan di Jakarta, pada Kamis (12/1/2017) seperti dikutip Antara.

Jonathan mencatat mayoritas investor pembangun smelter-smelter itu adalah pemegang Izin Usaha Industri (IUI) dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang berasal dari Cina. Adapun barang tambang yang diolah di 32 smelter itu di antaranya adalah nikel, alumina, besi, zircon, silica dan tembaga.

“Beroperasi di berbagai daerah di Indonesia seperti di Ketapang, Banten, Gresik, Konawe, Morowali dan Pulau Obi,” ujar Jonathan.

Sayangnya, Jonathan belum menerima informasi mengenai rencana baru pembangunan smelter di tahun 2017. Dia memperkirakan kini mayoritas investor di sektor industri smelter sedang menunggu keputusan pemerintah terkait wacana pemberlakuan secara penuh Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Minerba.

Dia berharap pemerintah tidak lagi menganulir lagi perintah di regulasi itu melalui penerbitan aturan lainnya sehingga industri smelter nasional akan lebih cepat tumbuh pada masa mendatang.

“Hiruk-pikuk beberapa hari ini membuat harga Nikel turun," kata Jonathan mencontohkan efek berlarutnya pembahasan pemerintah terkait izin relaksasi ekspor mineral mentah.

Sebelumnya, Direktur Jendral Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian, IG Putu Suryawiran, mencatat pertumbuhan industri smelter sejak 2012 sampai sekarang mendatangkan invetasi asing di sektor industri pengolahan barang tambang senilai Rp20 triliun.

“Karena itu, pemerintah berharap industri smelter semakin banyak tersebar di berbagai daerah penghasil tambang,” kata dia pada Rabu (11/1/2017) di Kendari.

Sayangnya, menurut Suryawiran, saat ini Indonesia belum memiliki banyak pekerja ahli yang mumpuni di teknologi pembangunan industri smelter. Konsekuensinya pertumbuhan industri smelter terpaksa menyebabkan peningkatan serapan tenaga kerja asing.

Ia mencontohkan untuk penggarapan pemasangan mesin dan batu bata tungku pemanas tahan api di proses pengolahan dan pemurnian hasil tambang pada smelter masih memerlukan keahlian khusus sehingga dibutuhkan kehadiran tenaga kerja asing yang menguasai bidang tersebut.

"Keberadaan tenaga kerja asing itu bersifat temporer, paling dua bulan, tergantung perkembangan proyek," ujar dia.

Baca juga artikel terkait EKSPOR MINERAL atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Hard news
Reporter: Addi M Idhom
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom