tirto.id - Seorang pelari berinisial AH (55) meninggal dunia saat mengikuti acara Electric Jakarta Marathon di DKI Jakarta pada Minggu (28/10/2018) pagi tadi.
Kabar meninggalnya AH dikonfirmasi oleh Kapolsek Tanah Abang AKPB Lukman Cahyono. Menurut Lukman, sesaat setelah meninggal dunia di tengah perlintasan pada pukul 06.45 WIB, AH langsung dibawa ke RSAL Dr. Mintohardjo yang terletak di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Selatan.
“Yang bersangkutan ikut lari 5 kilometer dan tiba-tiba jatuh di kilometer ketiga,” kata Lukman kepada pewarta Tirto hari ini.
Lukman menegaskan bahwa pelari tersebut tidak mengalami insiden kecelakaan yang menyebabkan jatuh maupun terluka. Ia menduga kematian AH disebabkan sakit jantung, meskipun Lukman sendiri tidak merinci apakah AH memang memiliki riwayat penyakit jantung atau tidak.
“AH disebut mengikuti perlombaan lari tersebut bersama teman-teman komunitas olahraga perusahaan PT Samuel Aset Manajemen,” ungkap Lukman.
Beberapa waktu lalu, seorang pelari bernama Denny Handoyo (50) juga dilaporkan meninggal dunia saat mengikuti acara Maybank Bali Marathon 2018. Setelah melalui lintasan sepanjang sembilan kilometer, tubuh Denny menyerah dan ambruk tepat pada 100 meter sebelum garis finish.
Denny akhirnya meninggal setelah sempat diberi pertolongan pertama oleh tim PMI (Palang Merah Indonesia) dan dilarikan ke Rumah Sakit Kasih Ibu yang terletak di Desa Saba, Bali.
Penyebab paling umum dari kematian pelari ialah disebabkan kardiomiopati hipertrofik. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, otot jantung pada individu dengan faktor kardiomiopati akan menebal sehingga berpotensi mengganggu aliran listrik pada jantung, menghambat aktivitas pemompaan, menghentikan sirkulasi darah dalam tubuh, dan kemudian terjadilah henti jantung.
Adapun sejumlah langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah hal tersebut, di antaranya dengan melakukan adaptasi latihan secara teratur, tidak absen pemanasan, menjaga nutrisi dan beristirahat secara seimbang, serta mengatur tempo berlari.
Editor: Agung DH