tirto.id - Kelompok Saracen diduga memiliki puluhan anggota dalam aktivitasnya menebar kabar hoax, ujaran kebencian dan konten berbau SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar-Golongan). Tim Siber Bareskrim Mabes Polri sudah menemukan bukti mengenai adanya keterlibatan puluhan anggota kelompok Saracen tersebut.
Kabagpenum Divisi Humas Polri Kombes Pol Martinus Sitompul menjelaskan temuan ini merupakan kemajuan terbaru dari hasil penyidikan Mabes Polri. Menurut dia, puluhan anggota Saracen itu selama ini membagi tugas sebagai pembuat konten dan penyebar materi itu di media sosial atau sarana informasi berbasis internet lainnya.
Dia mencontohkan MFT, yang sudah ditangkap oleh polisi, bertugas di bagian, yang disebut kelompok Saracen, “Media Informasi” atau periset isu populer sekaligus memproduksi konten gambar (meme).
Martinus memastikan MFT tidak bekerja sendirian. Selain MFT, SRN yang menjadi koordinator wilayah sindikat Saracen merekrut puluhan orang. Penyidik kepolisian menemukan setidaknya ada 33 anggota sindikat Saracen lainnya.
“Peran pertama, mereka kelompok inti sekitar 22 orang. Mereka memproduksi, memuat konten-konten, memuat data-data siapa saja, buat meme, dan ditujukan ke media sosial mana. Ini adalah peran 22 orang itu,” kata Martinus pada Selasa (29/8/2017).
Dia menambahkan kelompok kedua, yang terdiri dari 11 orang, bertugas sebagai tim pendukung distribusi konten. “Ada kelompok pendukung sekitar 11 orang. Mereka yang mendistribusikan. Mereka distribusikan kemana, upload kemana, mereka yang kerja,” kata dia.
Martinus menjelaskan masih ada kelompok pendukung lain yang berfungsi sebagai follower atau pengikut akun-akun media sosial bikinan sindikat Saracen. Tapi, kelompok ini kemungkinan bisa secara tidak sengaja menjadi bagian dari aktivitas kelompok penerbar hoax, ujaran kebencian dan konten SARA itu.
Tapi, peran para pengikut akun media sosial buatan Saracen lumayan signifikan. Menurut Martinus, peran para follower itu ialah meneruskan info-info yang sudah diproduksi dan didistribusikan oleh tim pendukung Saracen.
“Siapa saja? Bisa saja kita. Karena kita kemudian di-hack, dibajak akun-akun kita dan kita meneruskan dalam grup dan atau kita yang menerima dalam medsos kita, menerima meme, atau berita hoax yang kemudian kita sebarkan,” kata dia.
Martinus menambahkan penyelidikan kasus ini masih berfokus kepada kelompok inti dan tim pelaku distribusi konten-konten buatan sindikat Saracen. Penyelidikan itu akan lebih berfokus mengungkap peran pihak-pihak secara jelas memiliki hubungan langsung dengan Saracen.
Karopenmas Mabes Polri, Brigjen Rikwanto, menambahkan sampai saat ini penyidik juga masih menelusuri pemilik 800 ribu akun media sosial anggota grup Facebook Saracen Cyber Team.
“Namun (kini) mereka perlahan-lahan mulai berkurang. Sampai ratusan ribu berkurangnya. Mudah-mudahan terus berkurang karena mereka sadar bahwa yang mereka lakukan adalah salah,” kata Rikwanto.
Rikwanto menegaskan ke depan, Bareskrim akan mendalami peran masing-masing anggota sindikat Saracen dan kelompok lainnya yang terafiliasi dengan sindikat ini.
Dia khawatir sindikat ini masih bisa beroperasi di masa mendatang. Rikwanto menduga, bila beroperasi kembali, anggota sindikat ini bisa beroperasi secara terpisah dan tidak tergabung dalam grup besar.
“Bukan tidak mungkin ke depan mereka akan mendapatkan pesanan-pesanan tertentu sesuai dengan profesi yang mereka geluti,” kata Rikwanto.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Addi M Idhom