tirto.id - Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menyebut bahwa kesemrawutan di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, tidak hanya terjadi di ruas-ruas jalan melainkan juga di trotoar. Ia mengaku merasakan sendiri bagaimana para tukang ojek, pedagang kaki lima (PKL) sampai sampai truk yang bongkar muatan mengganggu akses lalu lalang para pejalan kaki.
"Saya ngalami sendiri waktu hari Jumat kemarin bagaimana kita sebagai pejalan kaki tidak dimuliakan. Pejalan kaki hierarkinya tertinggi, jadi harus dimuliakan dalam penataan Tanah Abang ke depan" ujarnya.
Lantaran itulah, menurut dia, penataan kawasan Tanah Abang harus dikaji secara komperehensif dan terintegrasi tanpa membeda-bedakan para pemilik kepentingan di kawasan tersebut baik pengendara, pengusaha mikro, maupun pejalan kaki.
Ia juga mengungkapkan bahwa penataan Tanah Abang akan menjadi pekerjaan multisektor yang memiliki jangka waktu panjang.
"Bagaimana di depan stasiun Tanah Abang kita lihat, bagaimana pembangunan jalan bisa terintegrasi, bagaimana angkot-angkot yang ngetem pastikan sama Dishub," imbuhnya.
Sebelumnya, Politikus Partai Gerindra itu juga menyebut kesemrawutan yang ada di Tanah Abang bukan hanya disebabkan oleh PKL melainkan juga pejalan kaki dan angkutan umum. Para pejalan kaki dari dan menuju ke arah stasiun Tanah Abang, ungkap dia, menyebabkan arus lalu lintas di pusat grosir terbesar di Asia Tenggara itu tersendat.
Hal itu ia sampaikan usai melihat hasil pengamatan Pemprov DKI menggunakan drone di sekitar pasar dan stasiun Tanah Abang. Bahkan, ia menyebut, jika dibandingkan dengan lokasi lainnya, PKL di Tanah Abang masih terbilang sedikit.
"[PKL] ada tapi jumlahnya enggak banyak. Cuma di bawah 300 jumlahnya jadi kalau ditata enggak akan luar biasa," tutur Sandi.
Pekan lalu Pemprov batal mengumumkan hasil keputusan terkait sistem penataan kawasan Tanah Abang. Sandi menjelaskan bahwa menurut Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan masih ada data-data yang harus dilengkapi. Di antaranya mengenai grand design penataan kawasan Tanah Abang dengan tujuan menjadikannya sebagai pusat perdagangan di Asia Tenggara.
Selain itu, Sandiaga mengatakan bahwa Anies meminta agar integrasi transportasi di kawasan ini dipikirkan lagi. "Sejauh ini kan ada kereta api, nanti bagaimana diintegrasikan dengan transportasi lain," kata Sandiaga.
Hal lain yang membuat pihaknya menunda keputusan ini adalah permintaan dari perusahaan transportasi online. "Mereka membutuhkan waktu untuk adaptasi kebijakan kami," ucap Sandiaga.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Yuliana Ratnasari