tirto.id - Nama Yayasan Persija Muda raib dari susunan pemilik saham Persija dalam akta terbaru. Posisinya kini digantikan PT Nusantara Data Berjaya (NDB) yang menguasai lima persen saham, dan sisanya dipegang PT Jakarta Indonesia Hebat dengan 95 persen saham.
Hilangnya saham yayasan yang menaungi klub-klub internal ini memantik perhatian. Ini karena hilangnya saham klub-klub, bisa berpotensi menghilangkan sejarah Persija.
Kekhawatiran akan hal itu muncul dalam benak sejumlah suporter. Salah satu yang bersedia membagikan suaranya adalah mantan ketua The Jakmania, Richard Achmad.
Richard menganggap, munculnya minat para pemilik modal untuk menguasai saham Persija sebenarnya hal yang masuk akal. Namun, ia mengingatkan pemilik saham tidak serta merta menggerus tradisi yang ada. Termasuk soal posisi klub internal yang tetap wajib diakomodir suaranya.
"Dia mau ganti jajaran direksi komisaris, ya, haknya dia. Cuma, kan, banyak orang enggak ngerti. Proses ini gimana. Yang gue khawatirkan adalah pelan tapi pasti bahwa sejarah itu akan hilang. Sejarah perserikatan, rohnya klub di Indonesia itu akan hilang," kata Richard kepada reporter Tirto, Senin (11/2/2019) sore.
Ini sebenarnya bukan kali pertama Richard dan Jakmania memberi peringatan. Sebelumnya, hal serupa juga sempat ditegaskan pada periode-periode sebelumnya. Hanya saja, saat itu terkesan semua serba dipandang dengan pikiran positif.
"Tapi pada saat itu jawaban para senior di sana itu 'oh enggak lah, karena orang ini datang hanya membantu keuangan Persija'. Iya, mungkin betul, tapi, kan, namanya sebuah bisnis menggurita, yang dicari keuntungan, parameter [mereka] bukan sebuah sejarah," imbuh Richard.
Salah satu perwakilan klub internal Persija, Biner Tobing coba kami mintai tanggapan mengenai posisi yayasan dalam hal kepemilikan Persija. Namun, ia enggan berspekulasi terlalu jauh. Dalam wawancara sebelumnya, ia sempat mengatakan ketidaktahuan bahwa saham yayasan dikamuflasekan ke NDB.
"Ke[pada] kami enggak ada informasi [saham] yayasan dipindah ke PT. Semua tetap kayak dulu," ungkapnya.
Soal Dalih untuk IPO
CEO Persija, Ferry Paulus menampik saham yayasan raib. Dalam wawancara dengan Tirto, ia menegaskan bahwa saham tersebut tetap ada, tapi dikamuflasekan menjadi milik PT NDB. Kamuflase dilakukan buat memuluskan niat Persija melantai di bursa saham alias IPO.
Namun, niatan ini perlu dipertanyakan lebih jauh. Ini karena dalam akta terbaru, kepemilikan NDB cuma memunculkan dua sosok, Mohammad Subekti (mantan tangan kanan Kokoh Afiat di PT LIB) dan Ari Yudistira (manajer keuangan PSSI) dan tak bisa dibilang representasi 30 klub.
Tak hanya itu, proporsi saham yang dimiliki yayasan teramat kecil, yakni sebesar lima persen. Belakangan bahkan diketahui, posisi komisaris dan direksi Persija didominasi orang-orang Bakrie, bahkan orang partai Golkar.
Niat Persija untuk IPO ini juga dipertanyakan Muhammad Rafil, mantan Chief Operation Officer (COO) Persija. Menurut Rafil, rencana tersebut belum tepat dilakukan saat ini.
"Walaupun kondisi Persija sudah membaik daripada sebelumnya, sebagai perusahaan Persija belum punya aset yang nilainya dapat menunjang atau menjustifikasi valuasinya nanti apabila jadi melantai di bursa saham," kata Rafil kepada reporter Tirto, Senin sore.
Sebagai orang yang pernah berkecimpung dalam operasional Persija, Rafil menilai masih banyak aspek yang harus dibenahi sebelum mewacanakan IPO. "Kalau rencana tersebut dicanangkan dua atau tiga tahun lagi baru tepat," imbuhnya.
Sementara itu, Richard mengapresiasi dan mendukung langkah Persija untuk jadi IPO. Namun, ia menekankan agar lebih dahulu dibuka ke publik tentang aspek-aspek apa saja yang jadi syarat dan harus dipenuhi. Parameter harus jelas dan publik bisa mengetahuinya, sehingga tidak timbul pertanyaan-pertanyaan yang menjurus ke sentimen negatif.
"Jangan sampai ada pertanyaan lagi dari publik, jangan-jangan ini hanya digunakan sebagai wacana untuk komoditi tertentu, itu yang harus dihindari," tandasnya.
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Editor: Mufti Sholih