tirto.id - Setelah melakukan kunjungan kenegaraan di Beijing, Cina, selama tiga hari, Presiden Joko Widodo (Jokowi) langsung bertolak ke Palu, Sulawesi Tengah. Menempuh perjalanan cukup panjang selama 6 jam 20 menit dari Bandara Internasional Beijing, Jokowi datang ke Palu untuk membuka Kongres Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ke-19 yang dihelat di Auditorim Masjid Agung Darussalam, pada Selasa pagi (16/5/2017).
Kehadiran Jokowi ini tentu bukan hanya semata-mata untuk memukul bedug tanda kongres dimulai. Kedatangan Jokowi ini menyiratkan sejumlah pesan yang lain.
Pertama, Jokowi sedang menekankan pesan penting menjaga perdamaian dan kebhinekaan. Hal tersebut dapat dilihat dari materi yang disampaikan Presiden Jokowi di depan sekitar 6.000 kader PMII yang menghadiri kongres tersebut. Dalam pidatonya, Jokowi meminta agar seluruh elemen bangsa untuk menghentikan perbuatan saling menghujat, saling menjelekkan, saling memfitnah, saling menolak dan saling mendemo.
“Saya titip ini, jangan lupa jaga persatuan kita, karena kita ini semuanya bersaudara. Habis energi kita untuk mengurus dema-demo dema-demo dema demo,” kata Presiden dalam pengarahannya sebelum memukul bedug, di Masjid Agung Darussalam Palu, seperti dikutip Antara, pada Selasa (16/5/2017).
Kehadiran Presiden Jokowi ke acara yang diinisiasi oleh organisasi yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama (NU) bukan kali ini saja. Sebelumnya, Jokowi memang kerap melakukan safari dan komunikasi dengan tokoh NU atau organisasi yang berafiliasi dengan NU.
Misalnya, pada 13 April 2017, Presiden Joko Widodo melakukan safari ke Pondok Pesantren (Ponpes) Buntet Cirebon, Jawa Barat. Kunjungan Presiden Jokowi ini dalam rangka menghadiri Haul Al-Marhumin Sesepuh dan Warga Pondok Buntet Pesantren 2017 untuk bersilaturahim dengan para ulama dan santri.
Di hadapan para santri, Presiden Jokowi mengajak ulama di Indonesia agar dapat saling beriringan menjaga persatuan dan kesatuan dalam rangka membangun negara yang makmur dan sejahtera. Presiden mengatakan, pondok pesantren bukan hanya tempat pusat pendidikan tetapi juga sebagai pusat kebajikan untuk menunjukkan Islam sebagai agama Rahmatan lil Alamin.
“Islam Indonesia ini Islam yang Rahmatan lil Alamin, bukan yang lainnya. Yang sangat menghargai, yang sangat menghormati perbedaan-perbedaan yang ada di kita," kata Jokowi.
Pada Mei 2016, Presiden Jokowi juga melakukan kunjungan ke Pondok Pesantren API Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah. Saat itu, kunjungan Presiden dalam rangka mengikuti Pengajian Israk Mikraj Nabi Muhamad SAW, yang di selenggarakan oleh pesantren yang diasuh oleh KH Yusuf Khudori.
Menjelang gelaran Pilgub DKI Jakarta 2017 putaran kedua, Presiden Joko Widodo juga menemui KH Mafruf Amin yang notabene adalah Rais Aam PBNU dan Ketua Umum MUI. Baca ulasan Tirto: Safari Ulama Jokowi Sambut Pilkada DKI.Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Adi Prayitno menilai selama ini komunikasi Presiden Jokowi dengan tokoh dan organisasi yang berafiliasi dengan NU memang cukup intens. Hal ini tidak terlepas dari peran NU dalam mengawal isu kebhinekaan dan Islam yang ramah.
“Belakangan ini, Jokowi terlihat aktif mendatangi sejumlah kegiatan yang beririsan dengan kalangan Nahdliyin. Hari ini, misalnya, Jokowi dijadwalkan menghadiri kongres PB PMII, organisasi yang banyak digandrungi anak muda NU, di Palu,” kata Adi Prayitno, pada Tirto, Selasa (16/5/2017).
Menurut Adi Prayitno, tentu saja selain membangun silaturahmi politik dengan kalangan Islam, kunjungan Jokowi ke kantong-kantong NU sebagai upaya untuk mengkampanyekan urgensi membangun Islam yang ramah dan membendung sikap radikal yang belakangan kian bermunculan.
“Jokowi berharap banyak pada anak-anak muda NU untuk terus konsisten memperjuangkan Islam moderat dan santun demi merawat kebhinekaan,” ujarnya.
Di tengah maraknya perdebatan tentang SARA, Adi Prayitno menganggap anak-anak muda NU adalah harapan terakhir Presiden Jokowi untuk istiqomah mendakwahkan ajaran Islam Nusantara yang menjadi ciri khas Indonesia. Apapun ormasnya, menurut Adi Prayitno, jika berlawanan dengan Pancasila, maka harus dilawan, bahkan dibubarkan dengan catatan harus sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan yang berlaku.
Pada tahap ini juga, menurut Adi Prayitno, kunjungan Jokowi ke organisasi yang berafiliasi ke NU bisa dimaknai sebagai upaya untuk menyemai kebhinnekaan di tengah pluralisme bangsa. Sebab, ideologi-ideologi radikal itu sudah mulai meluas dan mengkhawatirkan.
Oleh karena itu, menurut dosen UIN Jakarta ini, kehadiran Presiden Jokowi ke acara kongres PB PMII di Palu mesti dibaca sebagai momentum untuk terus merawat kebhinekaan sembari menolak berbagai ideologi yang melawan Pancasila.
Baca ulasan Tirto: Bukan Karena Safari Jokowi Ketegangan (Akan) Mereda.
Penulis: Abdul Aziz
Editor: Abdul Aziz