tirto.id - Sejumlah pengamat menilai ekspresi generasi Z (Gen Z) yang terkesan menangisi Calon Presiden Prabowo Subianto lewat media sosial usai debat ketiga Pilpres 2024, sebagai bentuk opini secara visual terhadap fenomena politik terkini.
Teranyar, viral di media sosial X membuat ekspresi menangis yang terkesan simpatik kepada Prabowo setelah Menteri Pertahanan (Menhan) RI itu diserang lewat kritik dalam debat ketiga Pilpres 2924 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1/2024) malam.
Akun @ARSIPAJA, misalnya mengunggah beberapa tangkapan layar wajah perempuan dengan ekspresi menangis. Foto-foto itu dilengkapi dengan narasi berbeda. Ada foto tangkapan layar yang menulis 'Nangis lihat Prabowo di debat tadi malam' dan 'Lihat bapa-bapa menangis kasian langsung nangis'.
Akun itu mengunggah tangkapan layar seorang perempuan berjilbab dilengkapi caption 'Sabar, ya, Adek-adek Generasi Z. Tetap semangat. Ndak usah baca-bacain coment jahat. Usap air matamu, senyumin saja'.
Berbagai komentar pun menggelinding di kolom komentar. Ada netizen yang menyayangkan aksi generasi Z yang berekspresi menangis itu. Akun @xandreanda misalnya berkomentar, "Semakin yakin Indonesia 2030 bubar kalau kualitas generasi penerusnya begini, banyak yang mudah terperdaya dan akhirnya kena tipu barang palsu," komen akun itu.
Selain itu, ada yang memutuskan secara blak-blakan enggan memilih Prabowo usai dikritik Ganjar dan Anies dalam debat.
"Beneran kasian dan ga tega loh liat Pak Prabowo semalam ditanya dan dikritik abis-abisan, maka dari itu saya memutuskan ga milih Pak Prabowo di Pemilu besok karena ga tega liat beliau dikritik lagi dan pasti bakal dikritik tajam kalau beliau jadi Presiden," tulis akun @roomkost.
Peneliti politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati memandang, generasi Z memanfaatkan platform media sosial membuat narasi-narasi untuk menghubungkan masalah keseharian mereka dengan tren yang berkembang saat ini, utamanya dalam musim pemilu.
"Hal ini sebagai bagian dari upaya ekspresi opini secara visual dan kinestetik yang menjadi ciri khas generasi Z," kata Wasisto kepada Tirto, Selasa (9/1/2024).
Dia mengatakan ekspresi seakan menangis itu bisa dimaknai sebagai simpati terhadap Prabowo yang tak berkutik diserang Ganjar dan Anies dalam debat. Di sisi lain, bisa juga dimaknai sebagai sarkas politik kepada Prabowo.
Kendati demikian, Wasisto menyerahkan sepenuhnya kepada publik untuk menilai. Menurutnya, eskpresi generasi Z itu juga menunjukkan perbedaan persepsi antar generasi terhadap politik, utamanya terkait Pilpres 2024.
"Tergantung pada persepsi publik yang menilainya karena pada dasarnya penilaian terhadap ekspresi generasi Z itu juga memperlihatkan perbedaan cara pandang antar generasi," tutur Wasisto.
Sementara itu, peneliti di Laboratorium Psikologi Universitas Indonesia (UI), Wawan Kurniawan mengatakan fenomena itu bisa dimaknai sebagai kondisi seseorang yang sedang mengidolakan publik figur.
Wawan menjelaskan hubungan para sosial merujuk pada hubungan satu arah di mana seseorang mengembangkan rasa kedekatan dan keterikatan emosional dengan figur publik, seperti politisi, meskipun tidak ada interaksi langsung. Hal itu, kata dia, sering diperkuat oleh media dan representasi politisi dalam kampanye atau debat.
Wawan mengatakan, beberapa faktor yang mungkin memotivasi anak muda untuk membuat video seperti karena nilai-nilai atau ideologi yang diwakili oleh Prabowo.
"Pengaruh media sosial yang mendorong ekspresi emosional publik, dan keinginan untuk menjadi bagian dari narasi yang lebih besar dalam politik," kata Wawan kepada Tirto, Selasa sore.
Menurut Wawan, video semacam itu juga bisa dihasilkan sebagai bentuk dukungan atau simpati politik, yang menunjukkan koneksi emosional dengan calon.
Wawan mengatakan, penampilan para capres mencerminkan bagaimana pesan dan citra yang disampaikan selama debat memengaruhi keyakinan dan keputusan pemilih.
"Dalam hal ini, reaksi negatif bisa menunjukkan kekecewaan terhadap performa atau pendekatan Prabowo dalam debat," jelas Wawan.
Di sisi lain, Wawan memandang, pemilih seringkali terpengaruh oleh persepsi tentang kompetensi, keaslian, dan kemampuan calon dalam menangani masalah. Dia menilai jika penampilan Prabowo dinilai kurang meyakinkan, hal ini bisa mengurangi dukungan.
"Sebaliknya, penampilan yang kuat dan meyakinkan bisa meningkatkan dukungannya," tutup Wawan.
Debat ketiga Pilpres 2024 mengusung tema pertahanan, keamanan, hubungan luar negeri, globalisasi, dan geopolitik.
Dalam debat ketiga yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Istora Senayan, Jakarta itu, Capres Anies Baswedan menyoroti anggaran alutsista. Dana yang dimiliki oleh Kementerian Pertahanan, kata Anies, sungguh besar, yakni Rp700 triliun. Namun sayangnya, digunakan untuk membeli alutsista bekas.
Selain itu, pembelian alutsista bekas itu melibatkan orang dekat Prabowo melalui perusahaannya. Padahal, anggaran itu seharusnya digunakan untuk program pertahanan siber dan program lainnya yang lebih dibutuhkan.
Bagi Anies, keterbukaan anggaran dan pengelolaannya harus dibuka di hadapan publik sebagai pertanggung jawaban. Dia pun menantang Prabowo membuka data yang dimilikinya di ruang publik, bukan di tempat tertutup.
Prabowo lantas membantah bahwa dia hanya memberikan data di ruang tertutup. Dia menegaskan bahwa semua program yang dilaksanakannya sudah dipaparkan terlebih dahulu dengan Komisi I DPR RI sebagai salah satu pertanggung jawaban. Dia juga menyayangkan bahwa Anies hanya mengungkap kejelekan-kejelekan. Hal itu dipandangnya sebagai sikap yang tak patut.
Sementara itu, Ganjar Pranowo membeberkan data indeks pertahanan dalam Minimum Essential Force (MEF) menurun dalam satu tahun terakhir. Penyebabnya pun dipertanyakan Ganjar kepada Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan.
Menurut Ganjar, Global Peace Index Indonesia, institut ekonomis, Global Military Index, International Center Conflict Study, Lowy Institute Asia Power, anggaran pertahanan, dan kapabilitas militer Indonesia menurun.
"Pak Prabowo Saya mau bertanya kepada bapak termasuk kemudian capaian MEF kita hanya 65,49 persen dari target 79 persen. Mengapa terjadi penurunan dan apa solusinya?" ucap Ganjar mempertanyakan kepada Prabowo, Minggu (7/1/2024).
Capres Prabowo Subianto kemudian menerangkan alasan turunnya indeks pertahanan itu dengan mengutarakan mengenai pengalihan anggaran karena beberapa keadaan darurat. Prabowo juga menjelaskan mengenai alasan pembelian pesawat bekas.
Ganjar lalu menyayangkan jawaban Prabowo yang tidak menjelaskan mengenai turunnya indeks pertahanan. Sebab, baginya bukan mengenai keuangan dan dia pun tak menyinggung pembelian alutsista bekas.
Ganjar dan Anies juga menilai kinerja Kementerian Pertahanan yang dinahkodai Prabowo Subianto. Semula Anies bertanya kepada Ganjar perihal penilaian kinerja Kemenhan di bawah komando Prabowo Subianto.
"Bapak waktu itu pernah memberikan penilaian atas kinerja penegakan hukum di Indonesia, bapak beri skor lima atas kinerja hukum di Indonesia. Pertanyaannya sekarang terkait dengan pertahanan berapa skor yang bapak berikan?" tanya Anies kepada Ganjar.
Ganjar lantas menjawab pertanyaan Anies dengan memberikan skor lima terkait kinerja Kementerian Pertahanan. Ganjar lantas meminta Anies untuk memberikan penilaian terhadap kinerja Kemenhan. Anies kemudian menjawab 11 dari 100.
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Anggun P Situmorang