tirto.id - Menanggapi pernyataan Wakil Presiden AS Mike Pence ketika berkunjung ke Korea Selatan, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov memperingatkan AS untuk tidak menyerang Korea Utara seperti ketika AS menyerang Suriah.
“Saya berharap tidak akan ada tindakan sepihak seperti yang baru-baru ini kita lihat di Suriah dan bahwa AS akan mengikuti kebijakan Trump yang berulang kali ia nyatakan selama kampanye pemilihan umum,” kata Sergey Lavrov, seperti diberitakan RT.
Ketika berkunjung ke Korea Selatan, Mike Pence mengatakan AS sudah habis kesabaran menghadapi Korea Utara. Serangan terhadap Suriah dan Afghanistan, menurut Pence, yang mengancam Korea Utara, tidak untuk menguji tekad Donald Trump dan militer AS.
Lavrov memperingatkan AS untuk tidak mengambil tindakan militer dan menekankan bahwa upaya nuklir dan rudal dari Pyongyang ini berisiko dan melanggar resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB. Upaya Korea Utara tidak dapat digunakan sebagai alasan untuk melanggar hukum internasional dan Piagam PBB dengan cara yang sama seperti yang dilakukan AS pada Suriah. Masa kebijakan AS sebelum eskalasi, menurut Lavrov juga tidak bisa disebut sebagai era “kesabaran strategis”.
“Saya tidak bisa menyebut masa pemerintahan Obama sebuah 'era kesabaran strategis'. Amerika Serikat telah cukup keras membatasi kemampuan Korea Utara untuk mengembangkan sektor-sektor ekonomi yang berkaitan dengan bidang nuklir atau energi,” kata Lavrov, mengacu pada masa lalu inisiatif AS, banyak dari mereka didukung oleh Dewan Keamanan PBB.
Pernyataan keras untuk tidak berkontribusi bagi perdamaian dan stabilitas di kawasan itu juga disampaikan juru bicara Kremlin Dmitry Peskov. Ia mengatakan Presiden Korea Selatan Hwang Kyo-ahn berjanji untuk menerapkan langkah-langkah hukuman intensif di Pyongyang untuk mencegah adanya provokasi.
“Posisi kami sudah dikenal dan konsisten. Kami minta pada semua pihak untuk menghindari tindakan yang mungkin dianggap sebagai provokasi. Dan kita di sini berupaya untuk berkoordinasi secara internasional dalam menyelesaikan masalah Korea Utara,” kata Peskov.
Ketegangan di Semenanjung Korea yang memuncak lagi setelah Pyongyang melakukan uji coba rudal di tengah gabungan latihan AS-Korea Selatan pada bulan Maret. Pada 10 April 2017, USS Carl Vinson adalah bagian dari kelompok pemogokan yang kabarnya menuju ke semenanjung untuk unjuk kekuatan dan menunjukkan kesiapan pada munculnya berbagai skenario.
Korea Utara telah mendesak AS untuk menghentikan “histeria militer” atau akan menghadapi respon tanpa ampun jika AS terus melakukan provokasi. Untuk diketahui, pada Sabtu (15/4/2017) Pyongyang diduga melakukan uji coba rudal lagi, meskipun itu dilaporkan tidak berhasil.
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra