tirto.id - Jurnalis Ukraina bernama Roman Sushchenko yang bekerja untuk kantor berita pemerintah Ukraina Ukrinform sejak 2002, ditahan di penjara Lefortovo, Moskow pada 30 September lalu karena diduga sedang melakukan kegiatan spionase. Selain itu, Sushchenko dilaporkan oleh Kementerian Luar Negeri Rusia karena tidak mengantongi visa wartawan saat memasuki wilayah negara tersebut.
“Sushchenko mengumpulkan rahasia negara terkait angkatan bersenjata Rusia dan pasukan Garda Nasional, yang mana bisa merusak kemampuan pertahanan negara jika dibocorkan,” ungkap Badan Rahasia FSB kepada kantor berita Interfax, seperti dikutip Antara, Senin (3/10/2016).
FSB juga menambahkan bahwa Sushchenko adalah seorang kolonel bidang intelijen pada kementerian pertahanan Ukraina.
Namun seorang juru bicara intelijen militer Ukraina menyangkal tuduhan itu saat dimintai komentar, seperti dikutip Antara. “Ia tidak terkait dengan kami,” tegasnya.
Televisi pemerintah Rusia, Rossiya 24 sempat menayangkan gambar seorang pria paruh baya dengan tangan diborgol, yang diduga adalah Sushchenko. Kantor berita Rusia juga menyebut, pengadilan Moskow telah menetapkan Sushchenko sebagai tersangka kasus spionase dan menempatkannya dalam penjara selama dua bulan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina Mariana Betsa meminta agar Sushchenko segera dibebaskan dan meminta otoritas Rusia agar ia diizinkan mendapat bantuan dari Ukraina.
Kantor berita pemerintah Ukrinform tempat Sushchenko bekerja pun mengatakan ia merupakan korespondennya di Perancis yang datang ke Moskow untuk “kunjungan pribadi”, pada hari penangkapannya itu.
“Sushchenko adalah wartawan dengan reputasi tanpa cacat. Penahanannya merupakan perlakuan pemerintah Rusia yang tidak tahu malu,” ujar Ukrinform.
Jurnalis yang telah bekerja di Ukrinform sejak 2002 tersebut akan dibela oleh pengacara HAM asal Rusia, Mark Feygin dalam persidangan mendatang.
Ketegangan antara Rusia dan Ukraina memang semakin tinggi sejak negara yang dipimpin Putin itu mengambil wilayah Krimea dari Ukraina pada 2014, atau setelah Presiden Ukraina yang pro-Rusia dijatuhkan melalui unjuk rasa besar-besaran. Pemberontakan separatis pro-Rusia yang meletus di timur Ukraina juga menambah ketegangan di antara kedua negara tersebut.
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh