tirto.id - Pergerakan nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (19/11/2018) sore ini menguat sebesar sembilan poin menjadi Rp14.586 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.595 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, mengatakan munculnya penilaian sejumlah kalangan analis bahwa the Fed tidak akan agresif menaikkan suku bunga menjadi faktor yang membuat fluktuasi mata uang negara berkembang terjaga, termasuk rupiah.
"Pelaku pasar menilai ulang laju kenaikan suku bunga AS di masa yang akan datang. Perlambatan ekonomi dunia dapat menahan agresifitas the Fed terhadap suku bunganya," katanya.
Ia menambahkan penguatan rupiah juga tak lepas dari pelaku pasar yang mulai kembali melirik instrumen investasi di negara berkembang. Hal itu disebabkan oleh kurs dolar AS yang menguat cukup tinggi pada tahun ini sebagai akibat pengetatan suku bunga Fed.
Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada menambahkan pergerakan kurs rupiah kembali mengalami kenaikan setelah sempat tertekan pada sesi pagi tadi.
Menurut dia, penguatan rupiah salah satunya terpengaruh sentimen eksternal, terutama dari Eropa menyusul kuatnya harapan tercapainya penyelesaian masalah keuangan Italia.
"Apalagi, situasi di dalam negeri juga cukup positif sentimennya," katanya.
Ia mengemukakan, kebijakan Bank Indonesia menaikan suku bunga acuan yang bertujuan untuk menyelamatkan defisit transaksi berjalan masih direspon positif pelaku pasar uang di dalam negeri.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini (19/11/2018), tercatat mata uang rupiah menguat menjadi Rp14.586 dibanding sebelumnya (16/10) di posisi Rp14.594 per dolar AS.
Penulis: Yantina Debora
Editor: Yantina Debora