tirto.id - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengakui pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS dan penurunan harga minyak mentah berpengaruh terhadap anggaran subsidi dan kompensasi bahan bakar minyak (BBM). Hal ini mengingat Indonesia merupakan importir minyak.
Berdasarkan data Bloomberg, Rabu (28/9/2022) pukul 11.30 WIB, kurs Rupiah tercatat melemah 118 poin atau 0,78 persen menjadi 15.242 per dolar AS. Sementara harga minyak mentah Brent tercatat turun 1,41 persen menjadi 77,39 dollar AS per barrel, serta minyak mentah WTI turun 1,48 persen menjadi 84,99 dollar AS per barrel.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, nilai tukar terhadap dolar AS, harga minyak mentah, serta volume konsumsi BBM memang menjadi hal yang dipertimbangkan dalam menghitung kebutuhan subsidi dan kompensasi energi. Pemerintah akan terus memperhatikan pergerakkan faktor-faktor tersebut.
"Faktor yang mempengaruhi belanja subsidi seperti harga ICP (minyak mentah Indonesia), kurs, maupun volume (konsumsi BBM), yang dalam hal ini sekarang kita lihat harga ICP mungkin turun karena Brent dan WTI mengalami penurunan. Namun, kurs mengalami pelemahan," ujar Sri Mulyani di Gedung DPR RI, dikutip Rabu (28/9/2022).
Bendahara negara itu mengatakan, sebagai importir minyak mentah, pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS akan membuat beban pembelian minyak menjadi meningkat. Posisi nilai tukar saat ini pun telah melampaui asumsi kurs yang telah ditetapkan dalam APBN 2022 sebesar Rp14.450 per dolar AS.
Namun di sisi lain, dengan mulai terjadinya tren penurunan harga minyak mentah dunia yang berpengaruh pada ICP, diakui Sri Mulyani akan berkontribusi meringankan beban pembelian minyak.
"Untuk di 2022, itu pasti menetralisir. Perhitungan kami di DPR untuk laporan semester I-2022, rata-rata harga minyak yang kami asumsikan 100 dolar AS, tapi ternyata mencapai 105 dolar AS. Kalau turun di bawah 90 dollar AS, pasti itu mengkompensasi kenaikan di atas 100 dolar AS. Jadi pasti membantu dari harga minyak di 2022," paparnya.
Sementara itu pada volume konsumsi BBM, menurut Sri Mulyani, sejak diberlakukan kenaikan harga Pertalite dan Solar dalam beberapa waktu terakhir, telah mempengaruhi tingkat konsumsi kedua BBM bersubsidi itu menjadi sedikit turun.
Maka dengan adanya penurunan konsumsi yang dibarengi penurunan harga minyak mentah, keduanya akan menjadi 'penyeimbang' atas beban subsidi dan kompensasi BBM yang diakibatkan pelemahan nilai tukar.
"Selama dua minggu observasi sesudah kenaikan. Kami akan lihat apakah volumenya melampaui dari kuota yang sudah ditentukan dalam APBN yang sudah disetujui DPR. Bila iya, kami akan membayarkan sesuai audit oleh BPKP," pungkasnya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin