tirto.id - Lebih dari seratus orang dari keluarga besar si empunya hajat dan masyarakat banjar beriringan menuju Pantai Tegal Besar, Banjarangkan, Klungkung, untuk melaksanakan Melasti sebagai rangkaian dari upacara "Ngenteg Linggih" dan "Mupuk Pedagingan". Keluarga besar saling bantu mempersiapkan sesaji dan "pratima" yang akan diusung dalam upacara Melasti.
"Pratima" dan berbagai piranti kelengkapan pura pun dibawa dengan diiringi tetabuhan "baleganjur", selanjutnya disentuhkan ke air laut sebagai simbol penyucian. Setelah itu, dipimpin seorang "pedanda", persembahyangan menghadap segara dilaksanakan, prosesi ditutup dengan melarung sesaji ke laut.
Prosesi yang dilaksanakan salah satu keluarga besar di wilayah Banjar Selat, Banjarangkan, Klungkung, dalam rangka upacara "Ngenteg Linggih" dan "Mupuk Pedagingan" pascapemugaran pura pada medio Agustus 2016 lalu itu, merupakan salah satu bentuk upacara Melasti umat Hindu Bali dalam lingkup kecil. Upacara Melasti dalam adat setempat setidaknya dalam setahun sekali yaitu menjelang Hari Raya Nyepi atau Tahun Baru Saka.
Melasti atau mekiyis merupakan salah satu upacara umat Hindu Bali yang berhubungan dengan laut atau sumber-sumber air lainnya. Upacara ini dapat diartikan sebagai prosesi pembersihan diri lahir maupun batin. Melasti merupakan prosesi membawa semua "pratima" (simbol dewata sebagai sarana memuja Tuhan Yang Maha Esa dan segala kelengkapannya) untuk menghanyutkan segala kekotoran dan unsur negatif keduniawian di tengah lautan.
Bagi masyarakat Hindu di Bali, laut merupakan kawasan suci. Sama halnya dengan sungai, danau, dan mata air. Laut juga diyakini dapat membersihkan segala kotoran yang tampak maupun tidak, yang juga perlambang dari tirta amerta atau air sumber kehidupan.
Foto dan Teks: Ismar Patrizki