tirto.id - Berdasarkan data riset tahun 2015 yang dikeluarkan oleh Global Center for Digital Business Transformation (DBT Center) Cisco, empat dari sepuluh bank ritel akan tersingkir akibat disrupsi digital dalam tiga tahun mendatang dan hanya 27 persen yang melakukan pendekatan proaktif dengan mengubah bisnis mereka sendiri seperti melakukan pembayaran berjalan dan sekuritas dunia maya (cybersecurity) yang akan memperoleh peluang pendapatan lebih dari 90 persen.
"Kemampuan teknologi digital dalam menciptakan dan mendorong peluang pendapatan yang didukung dengan kemampuan menurunkan biaya operasional melalui proses bisnis yang terdigitalisasi, akan menciptakan peluang yang menggiurkan," kata Direktur Layanan Keuangan Cisco's Business Transformation Group Jason Bettinger melalui keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Rabu (7/6/2016).
Jason mengatakan dengan memanfaatkan teknologi dan bisnis digital yang tepat misalnya dalam hal analisis, mobilitas, video, dan model pengiriman tervirtualisasi serta perencanaan navigasi risiko keamanan, angka nilai pendapatan bank ritel dalam kurun waktu 2015-2017 bisa menembus 405,3 miliar dolar AS.
Sebelumnya, pada 2015, sektor layanan keuangan secara keseluruhan hanya mampu mencapai 29 persen dari peluang pendapatan tersebut karena kelambatan pertumbuhan dan inovasi serta sekuritas maya (cyber security) yang lemah sehingga menjadi kendala besar.
Studi dari Cisco juga meneliti 1.014 senior eksekutif di bagian keuangan dan berbagai lini bisnis secara global dan menemukan sebanyak 71 persen dari mereka setuju bahwa risiko dan ancaman sekuritas maya menghambat inovasi digital pada organisasi mereka.
Sementara itu, 39 persen lainnya mengatakan bahwa inisiatif mereka terhenti karena masalah sekuritas maya ini dan 60 persen responden mengaku organisasi mereka menolak inovasi, seperti menciptakan produk dan layanan digital karena takut akan risiko sekuritas maya.
Analisis ekonomi Cisco memperkirakan jika bank ritel tidak melakukan digitalisasi, bank ritel telah kehilangan 144 miliar dolar AS secara global dalam kurun waktu dari tahun 2011 sampai tahun 2015.