tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia telah mengimpor vaksin dengan total nilai 88,28 juta dolar AS selama Februari 2021. Angka ini mewakili komoditas HS 30022090 yang memiliki deskripsi sebagai vaksin untuk manusia bukan tetanus, pertussis, campak, meningitis, atau polio.
Impor vaksin HS 30022090 ini mencangkup sejumlah vaksin tetapi dapat diduga sebagian besar berupa vaksin COVID-19. Pasalnya sejak Desember 2020, pemerintah secara berkala mendatangkan vaksin Sinovac baik dalam bentuk jadi maupun dalam bentuk bahan baku (bulk) sejak Desember 2020.
Buktinya impor dari Cina mencapai 78,93 juta dolar AS atau mencapai 89,4 persen dari total impor selama Februari 2021. Di periode yang sama di tahun sebelumnya yaitu Februari 2020, impor dari Cina untuk kode HS 30022090 adalah nol.
Setelah Cina, impor terbesar datang dari Amerika Serikat yang mencapai 5,83 juta dolar AS. Lalu diikuti Perancis 2,30 juta dolar AS dan Belgia 1,15 juta dolar AS serta Uni Emirat Arab (UEA) 57.000 dolar AS.
Nilai impor yang tercatat pada Februari 2021 ini mengalami penurunan 48,29 persen jika dibandingkan dengan posisi Januari 2021. Waktu itu total nilai impor komoditas ini mencapai 170,73 juta dolar AS dengan porsi impor dari Cina mencapai 166,46 juta dolar AS.
Penurunan impor ini menyumbang penurunan impor barang konsumsi Februari 2021. BPS mencatat impor barang konsumsi Februari 2021 hanya mencapai 1,22 miliar dolar AS atau turun 13,78 persen month to month (mtom) dari Januari 2021.
“Impor barang konsumsi mtom turun 13,78 persen. Ada beberapa barang konsumsi turun cukup besar. Vaksin untuk manusia bukan tetanus, pertussis, campak, meningitis, atau polio. Juga penurunan impor bawang putih dari Tiongkok,” ucap Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Senin (15/3/2021).
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Gilang Ramadhan