Menuju konten utama

Revisi PPnBM Mobil Mewah Dinilai Bisa Bantu Atasi Masalah Impor BBM

skema baru tarif pajak penjualan barang mewah (PPnBM) berdasarkan emisi gas buang dinilai bisa mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM).

Revisi PPnBM Mobil Mewah Dinilai Bisa Bantu Atasi Masalah Impor BBM
Ilustrasi impor mobil mewah. ANTARA/Fikri Yusuf

tirto.id - Pelaku industri otomotif masih menunggu skema baru tarif pajak penjualan barang mewah (PPnBM) yang akan dikeluarkan pemerintah.

Skema pengenaan pajak berdasarkan emisi gas buang itu bukan hanya dianggap mampu memicu pertumbuhan industri mobil ramah lingkungan tanah air, melainkan juga mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM).

Executive General Manager PT Toyota-Astra Motor (TAM) Fransiskus Soerjopranoto mengatakan, jika mobil mewah irit BBM dan rendah emisi diberikan keringanan pajak, maka harganya di pasaran bisa turun dan hal ini berbanding dengan meningkatnya minat masyarakat untuk membeli.

Jika mobil hemat bahan bakar ini makin banyak, ujar dia, maka konsumsi BBM mobil dalam negeri bisa ditekan, khususnya yang berjenis hybrid atau bahkan bertenaga listrik.

"Rasanya kebijakan itu dikeluarkan karena pemerintah melihat bahwa fosil fuel itu akan habis. Kalau itu jangka panjang akan habis kendaraan kan akan berubah. Karena, kita kan enggak ketergantungan sama BBM karena mengimpor minyak dari luar," ujarnya saat dihubungi Tirto, Selasa (19/3/2019).

Fransiskus juga memberi beberapa catatan terkait regulasi baru soal PPnBM yang akan diluncurkan pemerintah. Pertama, soal perlindungan produk dalam negeri dengan kembali mengacu ke peta jalan industri otomotif nasional, yakni lokalisasi komponen-komponen mesin kendaraan tersebut ke dalam negeri.

Dengan demikian, masalah defisit neraca perdagangan yang dihadapi pemerintah karena tingginya impor bahan baku industri juga bisa diminimalisir.

"Kami berharap ada relaksasi terhadap peraturan pajak terhadap industri. apakah akan diberi tax allowance untuk industri yang mengembangkan secara lokal," tuturnya.

Apalagi, kata dia, hampir semua pabrikan saat ini telah mengarah kepada kendaraan yang lebih ramah lingkungan dengan berbagai alternatif energi hijau.

"Karena kita harus lihat bagaimana komponen produksi dalam negeri. Kalau semua impor bahan baku industrinya, itu enggak selesaikan masalah," imbuhnya.

Fransiskus juga mengusulkan agar ada insentif lain bagi pengguna mobil rendah emisi hingga mobil listrik seperti pembebasan aturan ganjil genap, atau tarif tol yang lebih murah.

"Sebagai contoh kalau dia masuk ke tol bayarannya jangan full, setengah misalnya. Atau kalau ganjil genap dia bisa lewat kapanpun, dan kalau parkir bisa lebih mudah," pungkas Fransiskus.

Baca juga artikel terkait PAJAK KENDARAAN atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno