tirto.id - Praktisi Keamanan Siber, Yohanes Syailendra Kotualubun mengimbau masyarakat agar tidak mudah memasang (install) berbagai macam aplikasi di telepon pintar karena rentan disusupi malware dan terjadi pencurian data.
Yohanes mencontohkan dua aplikasi yang cukup sering disusupi malware seperti aplikasi pembersih memori (cleaner) maupun editting foto.
“Misalnya aplikasi Android dan Iphone untuk edit foto dan cleaner. Jadi yang di-download di playstore sudah disusupi malware,” ucap Yohanes dalam diskusi bertajuk “Darurat Ancaman Siber” di d’Consulate, Jakarta, Sabtu (9/2/2019).
Saat ini berdasarkan riset yang telah ia lakukan, cara-cara ini rawan digunakan oleh peretas terutama untuk mencuri data informasi pengguna melalui aplikasi yang dipasang di telepon pintar.
Informasi yang diserang pun beragam dari kata sandi, nama kerabat hingga keluarga, dan aktivitas pembicaraan (chatting) di aplikasi.
Yohanes mengatakan saat ini pencurian informasi perlu diwaspadai. Sebab, motif yang dimiliki peretas umumnya juga mulai menyasar pada uang. Walaupun saat ini masih menyasar aset elektronik (cryptocurrency) seperti bitcoin, tidak menutup kemungkinan bila uang yang dimiliki masyarakat juga menjadi sasaran.
“Motif dari serangan siber ini banyak, tapi ujung-ujungnya tetap uang,” ucap Yohanes.
Untuk mengetahui aplikasi yang terserang malware, Yohanes menuturkan saat ini belum ada ciri kasat mata yang perlu diamati. Sebaliknya, deteksi dapat dilakukan dengan bantuan alat lain seperti misalnya honeynet yang dikeluarkan oleh BSSN.
Namun, pemasangan antivirus tetap lebih disarankan. Sebab cara itu masih cukup efektif mendeteksi serangan malware pada aplikasi.
“Kita enggak bisa deteksi langsung. Perlu tools tambahan. Kalau punya handphone install aja antivirus,” ucap Yohanes.
Lupa Pembaruan Software Komputer & HP Bisa Jadi Celah Serangan Siber
Yohanes Syailendra mengatakan kelalaian dalam melakukan pembaruan software dapat menjadi celah keamanan yang dapat dimanfaatkan peretas.
Pengguna ponsel pintar atau komputer harus memperhatikan celah keamanan ini, sebab menentukan rentan tidaknya suatu perangkat untuk diserang oleh malware.
Ia mencontohkan penyerangan Wanna-Cry yang sempat mencuat karena memanfaatkan celah keamanan yang terbengkalai selama 5 tahun.
“Seperti misalnya kita punya windows tapi gak pernah di-update. Celah keamanannya semakin meningkat. Orang enggak aware kita mesti update sistem,” katanya.
Yohanes mengimbau agar langkah yang sama juga dilakukan oleh perbankan. Pasalnya ia mendapati sejumlah alat anjungan tunai mandiri (ATM) masih menggunakan piranti lunak windows versi Xp.
Dalam kasus penyerangan Wanna-Cry yang sempat menyerang masyarakat, hal yang sama juga sempat terjadi di perbankan. Penyebabnya tidak jauh dari penggunaan versi Windows Xp.
Selain itu, untuk memastikan keamanan perangkat, Yohanes juga mengimbau agar pengguna merek Apple juga turut wasapda. Pasalnya kendati malware lebih umum menyerang Windows, hal yang sama juga terjadi pada Apple.
Risiko serangan menurut Yohanes juga semakin besar jika pengguna melakukan langkah jailbreak. Hal yang sama juga berlaku bila pengguna sering menggunakan piranti lunak bajakan.
Salah satu cara yang direkomendasikan, masih berupa memasang antivirus. Hal itu menurutnya masih efektif menangkal serangan malware.
“Malware banyak mengarah ke Macbook juga. Jangan download sembarangan. Jangan instal software bajakan karena udah ada malware,” ucap Yohanes.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Irwan Syambudi