Menuju konten utama

Rendahnya Pendapatan Dinilai Sebagai Penghambat Regenerasi Petani

Anak muda yang merupakan Sarjana Pertanian maupun lulusan sekolah pertanian kini tak banyak yang lantas bertekad menjadi petani.

Rendahnya Pendapatan Dinilai Sebagai Penghambat Regenerasi Petani
Petani memetik cabai di lahan perkotaan atau urban farming di Simpang Lima, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis (28/6/2018). ANTARA FOTO/Adeng Bustomi

tirto.id - Direktur Utama PT Pertani, Wahyu, tidak menampik kenyataan bahwa anak muda cenderung enggan menjadi petani. Salah satu penyebabnya tak lain karena pendapatan petani yang tidak sebanding dengan kerjanya. Bahkan apabila dihitung-hitung, nilai pendapatannya masih berada di bawah Upah Minimum Provinsi (UMP).

Wahyu menyebutkan fenomena tersebut tak hanya terjadi pada anak-anak petani. Anak muda yang merupakan Sarjana Pertanian maupun lulusan sekolah pertanian juga tak banyak yang lantas bertekad menjadi petani.

“Tentu peningkatan pendapatan bisa terjadi apabila ada cara-cara untuk meningkatkan produksi. Ini bisa menjadi rangsangan bagi tenaga-tenaga muda yang berkecimpung di bidang pertanian, supaya lebih banyak [jumlahnya],” ujar Wahyu dalam jumpa pers di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Jakarta pada Senin (9/7/2018).

Salah satu langkah yang tengah dilakukan pemerintah ialah lewat program kewirausahaan dan digitalisasi pertanian. Ada pun program ini sengaja dirancang agar posisi petani meningkat, penggarap lahan memiliki akses pasar dan kendali pada harga produksi, serta menjadikan mereka pemilik bersama atas entitas bisnis dengan model yang menguntungkan petani.

Program ini diperkirakan dapat meningkatkan produksi hingga sebesar 20 persen. Selain itu, para petani dan perusahaan BUMN yang bersinergi dalam program ini dapat mengupayakan agar beras yang dihasilkan memiliki kualitas di atas rata-rata.

“Ada nilai tambahnya, karena yang dijual bukan gabah melainkan berasnya. Kami tidak menargetkan beras dijual dengan HPP [harga pembelian pemerintah], melainkan sebagai beras premium. Dengan beras lebih bagus, harga bisa meningkat,” ucap Wahyu.

Sampai dengan saat ini, inisiatif program kewirausahaan dan digitalisasi pertanian diterapkan pada 9 kabupaten di Jawa Barat sebagai pionir. Apabila ternyata berhasil meningkatkan pendapatan petani, Wahyu berharap model yang digunakan dapat ditiru oleh daerah-daerah lain.

Lebih lanjut, Wahyu mengklaim bahwa sejumlah kementerian/lembaga sebetulnya siap untuk menggelontorkan bantuan bagi para petani. Beberapa kementerian/lembaga yang dimaksud ialah Kementerian Pertanian dan Kementerian Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.

Direktur Bisnis Kecil dan Jaringan BNI Catur Budi Harto menyebutkan bahwa regenerasi petani bisa dilakukan tanpa harus menjadikan anak-anak muda sebagai petani. Catur menilai program kewirausahaan dan digitalisasi pertanian ini dapat membuka jalan berlangsungnya regenerasi di sektor pertanian.

Menurut Catur, generasi muda saat ini bisa mulai mengambil peran dalam ekosistem pertanian melalui berbagai jalan. “Dia bisa menjadi pemain yang menyediakan pupuk, dia bisa menjadi offtaker, dan dia juga bisa jadi agen bank supaya masyarakat memperoleh KUR [Kredit Usaha Rakyat],” kata Catur.

Baca juga artikel terkait PETANI MUDA atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Yuliana Ratnasari