tirto.id - Sepekan terakhir merupakan momen paling indah dalam perjalanan karier pemain muda Chelsea Reece James. Selama dua pertandingan beruntun, James menjadi sosok paling menyita perhatian di antara barisan penggawa The Blues.
Saat Chelseabermain imbang 4-4 melawan Ajax Amsterdam di Stamford Bridge, Rabu pekan lalu (6/11/2019), James mencatatkan diri sebagai pencetak gol termuda Chelsea sepanjang sejarah Liga Champions.
Tiga hari kemudian, di stadion yang sama, bek kanan berusia 19 tahun ini tampil brilian di jantung pertahanan Chelsea; timnya menang telak 2-0 atas Crystal Palace.
Kepala pelatih Chelsea Frank Lampard sejak awal berkata James punya kemampuan spesial. Dia bisa berada di mana-mana; membantu sisi sayap Chelsea, membangun serangan tanpa sekali pun kehilangan fokus mengawal sektor kanan pertahanan.
“Talenta dan kemampuannya saat melawan Palace barulah permulaan," ujar Lampard. "Ini baru awal dari sebuah cerita."
"Masih banyak yang akan Anda saksikan dari Reece karena dia akan menjadi pemain yang besar, benar-benar pemain besar untuk klub ini,” tutur Lampard seperti dilansir laman resmi klub.
Lampard sebenarnya tidak perlu repot-repot meyakinkan publik. Fakta James mampu menggeser nama besar macam Cesar Azpilicueta, kapten The Blues, dalam beberapa laga terakhir cukup membuktikan betapa si darah muda ini membawa kebaruan.
Mason Mount, rekan James di akademi sepakbola Chelsea, menyebut kepiawaian James di atas lapangan bukan cuma bersumber dari talentanya. Sikap pantang menyerah, kepribadian tak neko-neko, dan semangat yang ditunjukkan pada setiap sesi latihan membuat James kerap disegani oleh rekan-rekan setimnya, bahkan oleh rekan satu tim yang lebih tua.
“Aku selalu menjulukinya binatang buas karena dia begitu cepat, kuat, dan tangguh. Anda akan selalu berhati-hati jika bertemu dengannya karena Reece tidak akan pernah membiarkan lawan berlama-lama dengan bola,” ujar Mount.
Lampard menimpali klaim Mount dengan berujar, “Jika seorang pemain muda bahkan sudah dihormati oleh orang-orang lebih tua, pastilah pertanda bagus untuk kariernya.”
Tenggelam & Bangkit dari Belitan Masalah
Normalnya, pemain di bawah 20 tahun macam Reece James punya citra tak beda jauh: hijau, baru, serba minim pengalaman. Tapi, dalam kasus James, segala stigma itu tak berlaku.
Untuk ukuran remaja 19 tahun, James sudah melalui banyak tikungan tajam dalam kariernya. Diproyeksikan menjadi bintang dan direkrut pemandu bakat Chelsea sejak usia delapan tahun, takdir James menuju level tertinggi sepakbola nyaris terenggut.
Saat 13 tahun, ia nyaris terdepak dari akademi Chelsea karena kelebihan berat badan. James berkali-kali tak sanggup bermain 90 menit penuh karena gerakannya lamban.
“Aku harus berlatih lebih keras dan menurunkan berat badan hanya untuk hal sederhana: diberi kesempatan main 90 menit,” kenang James seperti dilansir tribuna.
Masalah tak cuma itu. Watak pemalu James bikin dia sempat kesulitan beradaptasi dengan permainan tim. Menit bermain lebih rendah dibandingkan rekan sebayanya. Ini bikin James telat mekar jika dibandingkan bakat muda Chelsea yang lain.
Pada 2017, saat nama-nama macam Tammy Abraham, Mason Mount, dan Callum Hudson-Odoi sudah menerima tawaran kontrak, James masih jadi penghangat bangku akademi. Ia bahkan sempat mendapatkan menu latihan khusus setiap akhir pekan yang membuat waktu liburnya terganggu.
“Itu salah satu periode tersulit dalam hidupku,” kenang si pemain.
Titik balik James saat mengantarkan Chelsea menjuarai FA Youth Cup 2017. Semusim kemudian, James mendapatkan tawaran peminjaman ke Wigan Athletic.
Dari sana nama James mulai dikenal. Jalannya ke skuat utama Chelsea semakin dekat karena pada musim yang sama James beberapa kali berhadapan langsung dengan Derby, klub yang saat itu dilatih Frank Lampard.
“Pada akhirnya, jika Anda seorang pesepakbola, yang Anda butuhkan adalah menit bermain," kata James. "Frank Lampard adalah legenda Chelsea. Dia juga pelatih yang peduli pemain muda. Aku tahu, cepat atau lambat kesempatan untukku akan datang,” katanya dalam wawancara dengan The Independent.
Bermain pada Banyak Posisi
Peminjaman ke Wigan tidak saja menjadi momen titik balik James, melainkan juga kesempatan belajar banyak hal. Salah satunya posisi baru.
Kendati berposisi bek kanan, James mampu mengemban tugas sebagai bek kiri, bek tengah, sampai gelandang bertahan.
Sebagai catatan, menurut Transfermarkt, James diberi 13 kali kesempatan bermain sebagai defensive midfielder di Wigan.
Seolah belum cukup, pelatih Chelsea saat ini Frank Lampard bahkan menebar indikasi bakal memancang James di posisi gelandang kanan.
“Bek kanan memang posisi favoritnya, tapi sepertinya tidak masalah di mana pun dia dipasang,” ujar Lampard.
Indikasi ini bukan tanpa dasar. Di sesi latihan Lampard pernah beberapa kali memasang James sebagai sayap kanan dan performanya tidak mengecewakan. Pesepakbola keturunan Afrika ini pernah mengisi sayap kanan saat di Chelsea U-18.
Alasan lain melimpahnya stok bek sayap Chelsea.
Saat ini, selain James, Lampard punya nama-nama menjanjikan seperti Cesar Azpilicueta, Marcos Alonso, sampai Emerson Palmieri. Sebaliknya, di pos winger kanan, Lampard lebih butuh alternatif jika Willian kelelahan atau Pedro mengalami cedera serius.
“Dengan datangnya James ke tim ini, Anda akan melihat seseorang yang bisa bermain sebagai gelandang atau sayap, kapan pun dibutuhkan,” ujar Lampard.
Editor: Abdul Aziz