Menuju konten utama

Si Magnet Pulisic Menyelamatkan Chelsea dari Petaka di Markas Ajax

Chelsea kewalahan saat menghadapi Ajax pada pertandingan Liga Champions dini hari tadi, tapi mereka tetap menang. Christian Pulisic jadi pembeda paling kentara.

Si Magnet Pulisic Menyelamatkan Chelsea dari Petaka di Markas Ajax
Pemain Chelsea, Christian Pulisic, tengah, bersaing untuk mendapatkan bola melawan pemain Leicester, Ricardo Pereira, kiri, di pertandingan Liga Inggris. 18/8/2019 AP / Frank Augstein.

tirto.id - Tak ada yang patut diragukan dari kehebatan Ajax Amsterdam musim ini. Kendati ditinggal duo Matthijs de Ligt dan Frenkie de Jong pada bursa transfer musim panas lalu, klub yang bermarkas di Johann Cruyff Arena ini masih punya daya magis dalam cara bermain bolanya.

10 pertandingan tanpa kalah di Eredivisie sejauh musim ini, adalah bukti sahih atas penilaian tersebut. Dalam dua laga perdana di kompetisi Eropa, mereka bahkan berhasil mengamankan sapu bersih kemenangan.

Penampilan apik juga ditunjukkan skuat asuhan Erik Ten Hag pada laga ketiga fase grup Liga Champions di Amsterdam, Kamis (24/10/2019) dini hari tadi. Menjamu Chelsea, klub bertabur bintang muda lain, Doni van De Beek dan kolega bermain tanpa rasa takut.

Sejak menit pertama, Ajax tampil dengan gigi lima. Dengan mengandalkan pressing tinggi, mereka mengintimidasi Chelsea agar lebih banyak menyerang dari lebar lapangan atau melepaskan umpan-umpan panjang. Tuan rumah juga tak sedikit pun kehilangan rasa nyaman memainkan bola di daerah sendiri, serta telaten tiap membangun serangan dari belakang.

Ketelatenan ini tercermin dari statistik mengumpan mereka. Sebutlah segala jenis umpan--ke depan, ke samping, ke belakang--dan kesimpulannya selalu sama: Ajax melakukannya lebih banyak ketimbang Chelsea. Secara menyeluruh, menurut hitung-hitungan Whoscored Ajax melepaskan 489 umpan, sedangkan Chelsea hanya 446 kali mengoper.

Sayangnya penampilan dominan itu tidak dibarengi dengan hasil yang memuaskan pula. Di papan skor, kedudukan justru menunjukkan 0-1 untuk kemenangan Chelsea.

Pada menit 86, adalah Michy Batshuayi yang jadi pencetak gol tunggal pada pertandingan ini. Baru masuk ke lapangan sebagai pengganti Tammy Abraham di menit 71, pesepakbola asal Belgia ini melepaskan sontekan jarak dekat yang tak mampu dihadang kiper Ajax, Andre Onana.

Namun Batshuayi bukan satu-satunya pemain yang pantas dipuji atas gol tersebut. Winger asal AS, Christian Pulisic yang juga tampil sebagai pemain pengganti adalah sosok kunci di balik terciptanya gol tersebut. Pulisic, berlari seorang diri ke arah yang tepat untuk menciptakan umpan terukur ke kotak penalti yang berujung gol Batshuayi.

"Senang rasanya melihatnya bermain seperti hari ini [...] Semua pemain muda bisa terus berkembang, tapi secara khusus aku bangga dengan Pulisic karena dia punya peran besar dalam menentukan kemenangan ini,” tutur pelatih Chelsea, Frank Lampard setelah pertandingan.

Seperti Magnet

Masuk pada menit 66, Pulisic mengisi pos winger kiri yang sebelumnya ditempati Calum Hudson Odoi. Sepanjang dua per tiga awal laga, penampilan Odoi jauh dari kata istimewa. Pemain Timnas Inggris ini kesulitan mengancam karena beberapa hal.

Pertama, suplai bola dari fullback kiri Chelsea—Marcos Alonso—sulit sampai ke kakinya karena kerap digagalkan winger Ajax, Hakim Ziyech. Total menurut catatan Whoscored Alonso empat kali kehilangan bola dari kakinya, dua di antaranya karena pressing Ziyech. Kedua, Odoi tak bisa bergerak leluasa karena kawalan fullback kanan Ajax, Sergino Dest yang tampil disiplin sepanjang pertandingan.

Minimnya efektivitas penyelesaian Odoi di sepertiga area lawan juga jadi pelengkap batu sandungan tersebut. Total dia melepaskan dua tembakan dari dalam kotak penalti, tapi tak satu pun mengarah ke gawang.

Pulisic, yang tampil menggantikan Odoi mengatasi berbagai masalah tersebut dengan satu cara: lebih berani mendribel bola dan menusuk ke dalam. Kerap melakukan penetrasi di antara posisi Dest dan Joel Veltman (bek tengah Ajax), pemain bernomor punggung 22 itu tampak seperti magnet.

Tiap masuk ke kotak penalti, perhatian seluruh pemain belakang Ajax selalu terpatri pada pergerakannya. Akibatnya, marking yang dilakukan para bek Ajax pada pemain Chelsea lain terganggu. Dalam kasus gol ke gawang Ajax, adalah Michyl Batshuayi yang memanfaatkan kondisi ini dengan maksimal. Dia melepaskan diri dari kawalan pemain Ajax, lantas menceploskan si kulit bundar ke gawang Onana.

Gaya bermain Pulisic yang seperti magnet, rupanya bukanlah kebetulan. Menurut hitung-hitungan analis sepakbola asal AS, Nouman, musim ini Pulisic total telah menyarangkan lima assist sepanjang tujuh pertandingan, dan tiga di antaranya terjadi lewat skema serupa.

Saat melawan Liverpool di Piala Super Eropa lalu misal, Pulisic memancing lima pemain The Reds sekaligus di depan kotak penalti (Alexander-Arnold, van Dijk, Fabinho, Joe Gomez, dan Joel Matip) untuk mengirim umpan terobosan yang dijadikan Olivier Giroud menjadi gol pertama Chelsea. Hal serupa terjadi ketika di laga kontra Southampton Pulisic menarik perhatian lima pemain sekaligus guna mengirim assist penting untuk gol terakhir Michy Batshuayi.