tirto.id - Bali United bakal melakoni pekan penutup Liga 1 2019 dengan menjamu Madura United di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Minggu (22/12/2019) besok. Pertandingan ini memang tak lagi menentukan, sebab apapun hasilnya tuan rumah sudah pasti dinobatkan sebagai juara kompetisi. Namun, kondisi tersebut tak menyurutkan antusiasme suporter.
Alih-alih padam, suporter Bali United justru tambah antusias menyambut laga akhir pekan ini. Fakta bahwa pertandingan ini akan jadi ajang seremonial penyerahan trofi untuk Bali United bikin sebagian fans Serdadu Tridatu tak mau luput ambil bagian.
Tiket pun ludes terjual hanya dalam hitungan jam. Bali United Cafe, lokasi loket penjualan tiket, sampai mengalami kerusakan. Pintu kaca ambyar, beberapa etalase dan meja kafe juga hancur tergilas suporter yang berdesakan.
Beruntung bagi suporter yang tak kebagian tiket, lantaran pihak manajemen klub telah menyiapkan berbagai agenda besar-besaran lain untuk perayaan juara Bali United sehari setelahnya, Senin (23/12/2019). Mulai dari kunjungan ke kantor Gubernur Bali dan Bupati Gianyar, parade budaya, konvoi trofi, sampai pengadaan panggung hiburan yang bakal dimeriahkan sejumlah musisi kondang.
“Ya, acara perayaan kami jadwalkan hari Senin tanggal 23 Desember 2019 mendatang. Kami pilih hari itu setelah pertandingan terakhir musim ini,” ujar CEO Bali United, Yabes Tanuri dalam pernyataan resminya. “Yang pasti kami ingin berbagi kebahagiaan bersama para suporter yang sudah setia mendukung tim ini."
Yabes, para pemain dan staf, serta barisan suporter Bali United patut berbangga. Sebab kendati pesta perayaan baru akan dihelat di akhir kompetisi, skuat asuhan Stefano Cugurra Teco telah memastikan diri sebagai yang terbaik sejak jauh-jauh hari.
Bali United mengunci predikat juara per 2 Desember 2019 lalu, usai menang 0-2 atas tuan rumah Semen Padang di Stadion Haji Agus Salim, Padang.
Teco menyebut ada dua faktor utama yang mempermudah laju timnya musim ini, yakni dukungan manajemen dan suporter yang sama-sama memadai.
“Selain gaji tidak pernah terlambat, hampir setiap pertandingan selalu penuh dengan suporter Bali United di stadioan, saya harus berterima kasih kepada suporter," ujar Teco seperti dilansir laman resmi klub.
Dominan atas Lawan-Lawannya
Memastikan gelar saat kompetisi masih menyisakan empat gameweek, Serdadu Tridatu jadi pemecah rekor baru. Sebab di dua musim kompetisi awal sejak format Liga 1 digulirkan, tim juara baru ditentukan hingga pekan terakhir.
Stefano Lilipaly dan kolega juga jadi tim juara dengan keunggulan poin paling jauh ketimbang pemenang-pemenang sebelumnya.
Saat ini torehan poin mereka (64) 12 angka lebih banyak ketimbang tim peringkat dua, Persipura yang baru menghimpun 52 poin. Bahkan dengan asumsi Bali United kalah di laga terakhir dan Persipura menang sekalipun, jarak kedua kesebelasan nantinya cuma akan mengecil jadi 9 poin.
Torehan tersebut lebih mentereng ketimbang apa yang dicapai Bhayangkara FC saat juara Liga 1 2017 (cuma unggul selisih gol), ataupun ketika Persija memenangkan Liga 1 2018 (hanya unggul satu poin).
Secara matematis, jarak poin yang relatif jauh sangat dipengaruhi satu faktor: kemampuan Bali United menghindari hasil imbang dan mengonversinya menjadi kemenangan.
Hingga pekan 33, mereka cuma tujuh kali bermain sama kuat dengan lawan-lawannya. Angka ini lagi-lagi lebih sedikit ketimbang juara-juara di dua musim sebelumnya.
Atas capaian ini, seluruh pemain punya kontribusinya masing-masing. Di lini depan, ketajaman dua penyerang andalan Bali United: Ilija Spasojevic dan Melvin Platje jadi kunci penting menghindari hasl imbang.
Spaso musim ini tercatat enam kali menyelamatkan Bali United dari hasil imbang, alias keluar sebagai pencetak gol kemenangan timnya. Itu terjadi kala Bali United bermain kandang kontra PSIS, Borneo FC, Kalteng Putra dan Semen Padang serta bermain tandang kontra Badak Lampung FC dan Madura United.
Sedangkan Platje menjadi pemain kedua yang jadi penyelamat Bali United, yakni sebanyak empat kali.
Di sisi lain, semakin solidnya lini belakang Serdadu Tridatu juga punya kontribusi penting. Hingga pekan 33 mereka baru kebobolan 33 gol, alias rata-rata kemasukan 1 gol per pertandingan.
Statistik tersebut lebih baik ketimbang rapor Bali United di musim 2018 (kemasukan 1,4 gol per laga) atau 2017 (1,1 gol per laga).
Rapor Akhirnya Biasa Saja
Terlepas dari dominasinya, jika dibandingkan dengan juara-juara sebelumnya statistik Bali United musim ini sebenarnya bisa dibilang biasa saja. 'Torehan biasa' ini, misalnya, bisa dilihat dari jumlah poin akhir mereka.
Dengan asumsi menang kontra Madura United sekalipun, poin maksimal yang bisa mereka raih musim ini cuma 67 angka. Rapor ini memang lebih baik dari torehan Persija saat jadi juara tahun lalu (62 poin), namun masih kalah jika dibandingkan catatan Bhayangkara FC ketika menjuarai Liga 1 2017 (68 poin).
Soal total produktivitas, catatan Bali United juga tak tergolong mentereng untuk ukuran kesebelasan juara. Alih-alih istimewa, produktivitas mereka--sejauh ini--adalah yang paling rendah dibandingkan juara-juara sebelumnya.
Hingga pekan ke-33 berlalu, Bali United baru menjaringkan 48 gol. Artinya mereka rata-rata mencetak 1,45 gol per pertandingan. Sebagai pembanding, Persija musim lalu menorehkan 53 gol dari 34 laga (rata-rata 1,55 gol per laga), sedangkan Bhayangkara FC pada musim 2017 mengemas 61 gol dari 34 laga (rata-rata 1,79 gol per laga).
Dari sudut pandang rekor kemenangan, Bali United juga bukan yang terbaik. Dengan asumsi mereka menang kontra Madura United sekalipun, musim ini mereka akan tercatat 20 kali menang. Angka ini lagi-lagi masih kalah dari skuat Bhayangkara FC musim 2017 yang bisa menjuarai liga dengan total 22 kemenangan.
Ada banyak faktor yang bisa saja dijadikan alasan mengapa pada akhirnya rapor juara Bali United tak istimewa-istimewa amat. Salah satunya rotasi pemain yang acap kali mereka lakukan dalam tiga laga terakhir.
Rotasi ini terbukti gagal membawa Bali United meraih satu pun kemenangan. Mereka hanya imbang saat menjamu Persipura (1-1), dipecundangi Tira Persikabo (0-1), dan tunduk di tangan Arema FC (3-2).
Namun, di luar pembelaan itu, pada akhirnya kesimpulan dari data-data statistik di atas tak terelakkan lagi: rapor juara Bali United musim ini biasa saja.
Editor: Gilang Ramadhan