Menuju konten utama

Ramai-ramai Investasi Mobile Games

Perkembangan industri game kini sangat pesat. Kini hanya bermodalkan ponsel pintar dan terkoneksi dengan internet maka kita tinggal memilih game yang ingin kita mainkan.

Ramai-ramai Investasi Mobile Games
Ilustrasi seorang anak memainkan game di tabletnya. [Foto/Shutterstock]

tirto.id - Game adalah hiburan. Bagi beberapa orang, game adalah penghilang kepenatan, kegalauan, pengisi kesibukan, beberapa menjadikannya sebagai sumber pendapatan. Apalagi, game kini hadir melalui media yang beragam. Tidak hanya dengan konsol atau PC, game via telepon pintar kini semakin marak. Masing-masing punya penggemarnya tersendiri.

Jekson Detaq (24), mahasiswa UPN Veteran Yogyakarta misalnya, menyukai Pro Evolution Soccer (PES) sebagai salah satu Personal Computer (PC) game andalan yang saat ini sering ia mainkan. “Main game di komputer (PC game) itu lebih puas karena layarnya besar.”

Sementara Jois Manafe (26), mahasiswa Stikes Bethesda Yogyakarta, lebih menyukai game Clash of Clan di ponsel pintarnya. Alasannya karena ia bisa memainkan game itu kapan saja dan di mana saja.

Survei Felix Richter yang bertajuk The Most Important Gaming Platform in 2016 pada 2000 game developer menunjukan bahwa platform game yang saat ini akan banyak merilis game yaitu game pada PC, dengan persentase mencapai 52 persen. Sementara mobile games menduduki urutan ke dua dengan mencapai 44 persen.

Sejak kemunculan ponsel pintar, mobile games memang mulai dilirik. Ditambah lagi dengan berbagai aplikasi pendukung yang dikembangkan, misalnya Google Play atau Apple App Store untuk mendapatkan game yang diingin pada ponsel.

Ke depan, mobile games diprediksi bisa melampaui PC game. Inilah yang membuat para investor berbondong-bondong membenamkan investasinya di industri ini. Akhir tahun lalu, Reuters menyebutkan bahwa Activision Blizzard, perusahaan asal Amerika Serikat mengumumkan mengakuisisi perusahaan King Digital Entertainment, yang membuat game Candy Crush. Nilai akuisisinya mencapai 5,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp76 triliun. Saat itu, nilai investasi ini disebut sebagai investasi terbesar pada mobile games.

Harga untuk King Digital Entertainment itu memang dinilai cukup mahal. Perusahaan tersebut sejauh ini baru mampu membuat satu game populer. Sejak dirilis pada tahun 2011 lalu, masih belum ada game buatan King Digital Entertainment lainnya yang mampu memeroleh popularitas yang sama.

Lain halnya dengan Activision. Perusahaan ini sebelumnya merilis berbagai franchise game populer di PC seperti game tembak-tembakan Call of Duty dan World of Warcraft. Pada tahun 2008 lalu, Activision telah mengakuisisi perusahaan game terkenal lainnya, Blizzard. Oleh karena itu, saat ini Activision juga dikenal sebagai Activision Blizzard. Meskipun begitu, pembelian King Digital ini memang tampak sebagai upaya Activision untuk memperkuat diri di kancah persaingan mobile games.

Para pengembang terus melirik mobile game yang terus meningkat. Pada Juni lalu The Wall Street Journal menyebutkan, Tencent Holdings Ltd, perusahaan asal Cina, yang berada di belakang layanan pesan instan WeChat dan portal internet QQ, telah menandatangani perjanjian untuk mengakuisisi Supercell dari pemilik sebelumnya, SoftBank, senilai 8,6 miliar dolar AS atau lebih dari Rp144 triliun. Nilai ini jauh lebih tinggi dari investasi Activision Blizzard.

Supercell adalah pengembang software asal Finlandia yang membuat mobile game, Clash of Clans. Dengan penanaman modal tersebut, Tencent memperoleh saham mayoritas sebesar 84,3 persen di SuperCell.

SoftBank yang mengakuisisi 51 persen saham Supercell pada 2013 tidak akan mempunyai kepemilikan lagi pada pengembang game itu, begitu transaksi dengan Tencent dirampungkan pada kuartal III 2016.

Bersama dengan akuisisi ini, Supercell mendapat akses ke layanan pesan instan WeChat dan Mobile QQ yang dipakai oleh Tencent untuk menyalurkan mobile game miliknya. Sebab WeChat adalah instant messenger terpopuler di Cina dengan jumlah pengguna aktif bulanan mencapai 762 juta orang. Game adalah segmen yang gencar dibuat oleh Tencent. Tahun lalu saja, setengah dari pendapatan Tencent yang senilai 15 miliar dollar AS disumbang oleh game.

Hingga akhir Juni lalu, konsorsium investor Cina lainnya juga ingin investasikan dananya di perusahaan game. Di kutip dari New York Times, konsorsium yang dipimpin oleh perusahaan game Shanghai Giant Network Technology mengumumkan akan menginvestasikan dananya sebesar 4,4 miliar dolar AS kepada Caesar Interactive Entertainment.

Dana yang diinvestasikan itu ditujukan untuk Playtika, mobile game milik Caesar Interactive Entertainment. Caesar Interactive Entertainment adalah perusahaan yang dikendalikan oleh bos Caesar Palace dan kasino di Las Vegas dan di lokasi lainnya.

Playtika merupakan salah game berbasis mobile dengan gaya kasino terbesar di dunia. Game ini memungkinkan pengguna untuk membayarkan taruhan dengan menggunakan mata uang virtual dalam pembelian benda yang dapat digunakan untuk meningkatkan permainan. Namun yang perlu digarisbahawi adalah bahwa mata uang virtual yang digunakan pada game Playtika ini tidak dapat ditukarkan ke dalam mata uang sesungguhnya.

Investasi dari konsorsium ini dapat menjadi salah satu bentuk solusi masyarakat setempat dalam menyikapi pelarangan terhadap aktivitas perjudian di Cina. Juga untuk merespons perkembangan industri mobile games saat ini. Perlu diketahui, konsorsium ini juga diikuti oleh Yunfeng Capital, badan pendanaan ekuitas swasta milik Jack Ma yang juga merupakan pendiri dan CEO Alibaba.

Meningkatnya investasi pada mobile games tentunya menjadi lampu hijau bagi pada pembuat game. Semakin banyak investor maka semakin besar peluang untuk menciptakan game terbaru yang lebih menarik.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah mobile games akan terus dilirik pada tahun-tahun ke depan?

Data Statista menunjukkan, pada 2020, pendapatan mobile game dapat mencapai 31,303 miliar dolar AS atau meningkat dari tahun 2015 yang mencapai 20,709 miliar dolar. Hal ini didukung oleh meningkatnya jumlah pengguna game mobile yang yang tumbuh 23,5 persen (908,3 juta pengguna) pada 2015 dan akan mencapai 31,65 persen (1.273,3 juta pengguna) pada 2020.

Sedangkan rata-rata pendapatan per pengguna (ARPU) di mobile game sebesar 24,88 dolar AS pada tahun 2016. dan pada 2017 diperkirakan akan naik mencapai 25,80 dolar AS per pengguna. Cina adalah negara dengan pendapatan mobile games paling tinggi di dunia yang mana mencapai 8.856 juta dolar AS. Tentunya peluang ini tidak akan disia-siakan oleh para pengembang asal Cina.

Bagi game Casino sendiri, ini merupakan salah satu cara untuk memberi hiburan bagi warga Cina. Setelah judi dilarang, maka hasrat masyarakat untuk judi akan dapat tersalurkan melalui mobile games. Mobile games juga semakin naik daun tak hanya oleh Clash of Clan atau Candy Crush, tapi juga hadirnya game Pokemon Go tentunya menjadi angin segar bagi para pegiat mobile game. Konsorsium investor Cina tentunya tak akan melewatkan masa-masa emas mobile games ini untuk menghimpun pundi-pundi dolar dalam jumlah yang lebih besar.

Baca juga artikel terkait GAME atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Bisnis
Reporter: Yantina Debora
Penulis: Yantina Debora
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti