Menuju konten utama

Ragam Tradisi Unik Idul Adha di Berbagai Daerah di Indonesia

Berikut ini berbagai tradisi unik setiap Idul Adha di Indonesia. Simak informasi lengkapnya berikut.

Ragam Tradisi Unik Idul Adha di Berbagai Daerah di Indonesia
Sejumlah wisatawan memadati kawasan Wisata Religi makam Kesultanan Banten di Kasemen, Serang, Minggu (2/8/2020). ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/aww.

tirto.id - Pemerintah secara resmi telah memutuskan adanya perubahan dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri berkaitan dengan tambahan cuti bersama Idul Adha 2023 atau 1444 Hijriah.

Masih sama seperti SKB 3 Menteri sebelumnya, dalam keputusan baru tersebut, pemerintah masih menetapkan Idul Adha akan jatuh pada Kamis, 29 Juni 2023.

Adapun untuk cuti bersama Idul Adha akan berlangsung selama dua hari yakni 28 Juni dan 30 Juni 2023. Dalam postingan Instagram resmi Kementerian Tenaga Kerja RI dituliskan bahwa pelaksanaan cuti bersama bersifat fakultatif atau pilihan. Dalam hal ini cuti bersama Idul Adha 2023, dapat disepakati antara pengusaha dengan pekerja atau buruh.

Berbeda dengan pemerintah, Muhammadiyah telah menetapkan Idul Adha jatuh pada hari Rabu, 28 Juni 2023. Keputusan tersebut tertuang dalam maklumat nomor 1/MLM/1.0/E/2023 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadhan, Syawal, Dzulhijah 1444 H.

Tradisi Unik Idul Adha di Berbagai Daerah di Indonesia

Sejarah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menjadi awal mula perayaan Idul Adha. Berkaitan dengan hal tersebut, perayaan Idul Adha menjadi identik dengan penyembelihan hewan kurban.

Ternyata di sejumlah negara memiliki tradisi unik dalam memperingati Hari Raya Idul Adha. Beberapa negara yang memiliki tradisi unik saat Idul Adha antara lain Maroko, Inggris, India, Bangladesh, Pakistan, dan Arab Saudi.

Tak hanya negara nan jauh di sana yang memiliki tradisi unik dalam perayaan Idul Adha. Beberapa daerah di Indonesia ternyata juga memiliki tradisi unik yang berbeda-beda saat memperingati Idul Adha.

Melansir dari laman Wonderful Indonesia, berikut ini daerah di Indonesia yang memiliki ragam tradisi unik saat perayaan Hari Raya Idul Adha.

Tradisi Apitan di Semarang

Tradisi ini dipercaya menjadi kebiasaan para Wali Songo dahulu kala sebagai bentuk ungkapan rasa syukur di perayaan Idul Adha.

Di Semarang, tradisi Apitan ini juga digunakan sebagai ungkapan rasa syukur atas rezeki berupa hasil bumi yang diberikan Yang Maha Esa.

Perayaan ini diisi dengan pembacaan doa lalu dilanjutkan dengan arak-arakan hasil tani dan ternak. Gunungan hasil tani dalam tradisi Apitan ini akan diambil secara berebutan oleh masyarakat setempat. Selain itu, siapapun yang menyaksikan tradisi Apitan ini akan disuguhi hiburan khas kearifan lokal.

Tradisi Manten Sapi di Pasuruan

Tradisi Manten Sapi ini merupakan bentuk rasa syukur dan penghormatan kepada hewan kurban yang akan disembelih saat perayaan Idul Adha. Sapi yang dikurbankan akan dirias secantik mungkin layaknya pengantin.

Selain itu, hewan yang dikurbankan juga akan diberi kalung bunga tujuh rupa, lalu dibalut dengan kain kafan, serban dan sajadah.

Pada tradisi ini, kain kafan menjadi simbol kesucian orang yang berkurban. Setelah hewan yang akan dikurbankan selesai dirias, selanjutnya hewan tersebut diarak menuju masjid setempat untuk diserahkan kepada panitia kurban.

Tradisi Grebeg Gunungan di Yogyakarta

Tradisi Grebeg Gunungan ini sepintas hampir mirip dengan tradisi Apitan di Semarang. Dalam tradisi Grebeg Gunungan, warga akan mengarak hasil bumi yang telah disusun menjadi gunungan dari halaman Keraton sampai Masjid Gede Kauman.

Arak-arakan hasil bumi tersebut meliputi tiga buah gunungan yang disusun dari sayur mayur dan buah-buahan.

Masyarakat setempat percaya bahwa mengambil hasil bumi dalam tradisi Grebeg Gunungan dapat mendatangkan rezeki.

Di Yogyakarta, tradisi semacam ini digelar bersamaan dengan hari besar agama Islam. Grebeg Syawalan dilangsungkan saat Idul Fitri dan Grebeg Gunungan dilaksanakan saat perayaan Idul Adha.

Tradisi Gamelan Sekaten di Cirebon

Tradisi Gamelan Sekaten dipercaya sebagai dakwah dari Sunan Gunung Jati saat menyebarkan agama Islam di tanah Cirebon.

Dalam tradisi ini, Gamelan Sekaten dibunyikan setiap perayaan hari besar agama Islam yakni Idul Fitri dan Idul Adha.

Alunan gamelan di sekitar area Keraton Kasepuhan Cirebon menjadi sebuah penanda bahwa umat Islam di Cirebon sedang merayakan hari kemenangan.

Rangkaian gamelan akan dibunyikan sesaat setelah Sultan Keraton Kasepuhan keluar dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

Tradisi Meugang di Aceh

Tradisi Meugang sudah ada sejak ratusan tahun lalu dan identik dengan makan daging sapi atau kerbau bersama. Daging-daging tersebut diolah dengan beraneka ragam masakan untuk disantap bersama.

Sejarah Meugang ini berawal dari masa kerajaan Aceh yang memotong hewan dan dibagikan secara gratis kepada masyarakat.

Tradisi ini digunakan untuk mengungkapkan rasa syukur atas kemakmuran tanah Aceh. Hingga kini, tradisi ini masih dilestarikan oleh seluruh masyarakat Aceh ketika menyambut hari besar umat Islam, termasuk Idul Adha.

Baca juga artikel terkait RAGAM DAN HIBURAN atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Umi Zuhriyah
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Yandri Daniel Damaledo