Menuju konten utama

Hadapi Kelebihan Pasokan, Industri Baja Butuh Jaminan Ketersediaan Gas

Hadapi Kelebihan Pasokan, Industri Baja Butuh Jaminan Ketersediaan Gas

tirto.id - Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk (Persero) Sukandar mengatakan industri baja di Indonesia memerlukan dukungan dari pemerintah untuk menjamin ketersediaan gas dengan harga normal dalam menghadapi banjir baja impor, terutama yang berasal dari Cina.

"Belum membaiknya ekonomi Cina membuat negara produsen baja nomor satu dunia mengalami kelebihan pasokan, serta membanjiri pasar Asia Tenggara termasuk Indonesia," kata Sukandar di Cilegon, Banten, Rabu, (23/3/2016).

Kondisi demikian, lanjutnya, membuat harga baja di pasar internasional jatuh, tentunya juga mengimbas kepada perusahaan karena menjual produk baja di bawah biaya produksi.

Sukandar menyampaikan apresiasinya atas kebijakan pemerintah yang mewajibkan seluruh pekerjaan konstruksi yang dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk menggunakan komponen dalam negeri termasuk besi dan baja, serta diwajibkannya sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menggunakan produk besi dan baja Indonesia untuk proyek-proyek pemerintah.

Namun demikian, Sukandar juga mengharapkan dukungan pemerintah untuk menjamin ketersediaan gas dengan harga sesuai dengan kondisi di pasar dunia yang saat ini juga sedang turun.

"Harga gas yang dikenakan kepada kita masih USD 7,3 per mmbtu [million british thermal unit] dari PGN, padahal harga di pasar internasional sudah USD 3 juta per mmbtu, serta di ASEAN rata-rata di bawah USD 5 juta per mmbtu. Kami berharap ada penyesuaian agar bisa kompetitif," kata Sukandar.

Ia mengatakan Krakatau Steel sendiri akan terus melakukan efisiensi diantaranya dengan melakukan modernisasi pabrik untuk mengurangi ketergantungan kepada gas, serta melakukan investasi di sektor pembangkit listrik.

Sukandar mengatakan perusahaan sudah mempercepat penyelesaian pembangunan pabrik blast furnance yang saat ini sudah mencapai 93 persen serta diharapkan dapat beroperasi pada akhir 2016.

Dengan beroperasinya pabrik ini biaya produksi slab dapat ditekan USD 60 per ton dan penggunaan energi listrik dapat dihemat 100 megawatt per hari sepanjang tahun. (ANT)

Baca juga artikel terkait APBD atau tulisan lainnya

Reporter: Ign. L. Adhi Bhaskara