tirto.id - Qatar mengatakan pengerjaan fasilitas nuklir Barakah di Uni Emirat Arab (UEA) memicu ancaman serius bagi kestabilan regional negara Teluk dan bagi lingkungan.
Terkait pembangunan fasilitas nuklir itu, Qatar menyurati International Atomic Energy Agency (IAEA) pada Rabu (20/3/2019).
Melansir Aljazeera, pada surat tersebut, Qatar menyatakan pembuluh radioaktif dari kegagalan nuklir dapat mencapai ibu kota Qatar dari 5-13 jam.
Selain itu, radiasinya akan memiliki efek destruktif pada seluruh bagian kota, terutama suplai air. Kota ini bergantung pada fasilitas distilasi air. Qatar mengadukan fasilitas nuklir yang berlokasi di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
“Qatar percaya bahwa kurangnya kerja sama internasional dan antara negara-negara tetangga terhadap tanggap bencana, kesehatan, dan keselamatan, serta perlindungan lingkungan akan memicu ancaman serius bagi stabilitas kawasan dan lingkungan,” kata Yukiya Amano, Direktur Umum IAEA.
Qatar juga mengatakan teknologi yang akan dibangun di UEA ini belum teruji dan hanya ada satu reaktor komersial semacam ini, yaitu di Korea Utara. Namun, UEA menyanggah dengan menyebut fasilitas nuklir ini sesuai dengan standar IAEA dan praktek terbaik internasional.
“Uni Emirat Arab [...] mematuhi komitmennya terhadap standar tertinggi keselamatan, keamanan, dan non-proliferasi nuklir,” kata Hamad Al Kaabi, perwakilan permanen UEA untuk IAEA, seperti dilansir Reuters.
Dia menambahkan fasilitas nuklir Barakah merupakan yang pertama dirilis pada 2017 dan rencana akan beroperasi pada 2020. Pihak IAEA belum memberi komentar apapun terkait surat Qatar tersebut.
Qatar dan UAE berselisih karena Qatar di duga mendukung gerakan terorisme namun disanggah oleh Qatar sendiri. Tuduhan itu membuat UAE dan beberapa negara di Timur Tengah, seperti Arab Saudi, Bahrain, dan Mesir memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar.
Barakah dibangun oleh perusahaan energi UAE, Nawah Energy Company bekerja sama dengan Korea Electric Power Corporation (KEPCO) direncanakan akan beroperasi pada 2020, sebagaimanan dilansir CNBC.
Namun Energy, masalah pelatihan staf lokal membuat uji coba pertamanya tertunda beberapa kali. Pada November 2018, Nawah Energy menandatangani perjanjian dengan pengembang Perancis, EDF untuk pengoperasiannya.
Sejak tragedi bocornya reaktor nuklir Chernobyl pada 1986 di Ukraina yang menyebabkan radiasi tersebar di sebagian besar benua Eropa dan potensi penyebaran radiasi hingga keluar Eropa menyebabkan perselisihan dari penggunaan nuklir.
Awal Maret, pemilik Barakah, Emirates Nuclear Energy Corporation (ENEC) mengatakan bahwa kekosongan telah terisi dengan ditemukannya konsentrasi reaktor nomor 2 dan 3.
Pengerjaan reaktor nomor 3 akan selesai di akhir tahun, bersamaan dengan regulator sedang meninjau untuk mengisi kekosongan di unit 2.
Editor: Yantina Debora