Seorang penumpang Lion Air rute Bandara Soetta-Bandara Minangkabau Padang berkali-kali meminta pesawat membatalkan penerbangan di tengah perjalanan pada Sabtu, 10 Maret 2018.
Pilot dari maskapai Lion Air tersebut diamankan oleh polisi setelah kedapatan sedang mengkonsumsi narkoba jenis sabu di salah satu kamar hotel di Kota Kupang.
Calon penumpang yang protes karena ditinggal terbang sepihak itu kemudian memblokir customer service Lion Air. Sampai saat ini Lion Air belum memberikan tanggapan.
Pesawat udara Lion Air dan Wings Air mengalami insiden senggolan sayap di darat di Bandara Internasional Kualanamu, Medan, Sumatera Utara. Kejadian tersebut tidak menyebabkan korban jiwa.
Kementerian Perhubungan kembali memberikan ultimatum kepada Lion Air atas pelayanan yang dinilai buruk. Ultimatum tersebut merupakan hasil dari rapat tertutup antara Kemenhub dengan Lion Air, Senin (3/4) lalu.
Budi menyatakan akan membahas sejumlah kejadian yang berkaitan dengan operasional dan pelayanan Lion Air terhadap penumpang. Peristiwa yang melibatkan maskapai ini terjadi hampir berdekatan dan sudah tersebar di media sosial.
Manajemen Lion Air mengaku mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk mendidik para pilotnya. Karena itu, manajemen merasa fair jika para pilot mengembalikan biaya pelatihan jika berhenti di tengah masa kontrak.
Pilot Lion Air dan manajemen berseteru. Kontrak kerja yang sedemikian merugikan dianggap sebagai pemicunya. Lion berdalih, kontrak itu sudah disetujui oleh pilot yang bersangkutan.
Delay Lion Air adalah hal yang biasa. Semua orang sudah paham. Yang tidak banyak diketahui, mengapa maskapai ini seakan tidak pernah berbenah untuk memperbaiki manajemennya?
Lion Air didemo para pilotnya. Merasa dirugikan, Lion Air melaporkan para pilot yang berdemo itu ke Bareskrim Mabes Polri. Kasus tersebut hanya puncak dari gunung es permasalahan yang sedang membelit maskapai tersebut. Kapan dibenahi?