Menuju konten utama
Tirto.ID
Pencarian
Periksa Fakta
News
Diajeng
Bisnis
Beranda
Latest News
Periksa Fakta
News
Flash News
News Plus
Decode
Mozaik
Mesin Waktu
Miroso
Perspektif
Wawancara Khusus
Bisnis
Insider
Side Job
Gearbox
Byte
Edusains
GWS
TirtoEco
Visual
Video
VidPro
Esai Foto
Infografik
Diajeng
For Your Pemilu
Inception
Contact Us
Indeks
Mode Gelap
Artikel teks besar
Beranda
Izin Bpom
Indeks Izin Bpom
Hard news
Jumat, 2 Feb 2018
YLKI Desak Pharos dan Medifarma Beri Kompensasi Konsumen
YLKI minta produsen dua konsumen yang telah mengonsumsi suplemen makanan yang terbukti mengandung DNA babi.
Current issue
Jumat, 2 Feb 2018
Ikatan Apoteker: Konsumen Harus Tahu Obat yang Mengandung Babi
Ikatan Apoteker Indonesia menyatakan, produsen obat dan suplemen harus memberitahukan kepada konsumen bila produknya mengandung DNA babi.
Current issue
Kamis, 1 Feb 2018
Viostin DS & Enzyplex: Mengapa Kasus Obat Mengandung Babi Berulang?
Masfar Salim mengatakan sebenarnya tidak ada fungsi khusus kandungan DNA babi pada obat-obatan.
Current issue
Rabu, 31 Jan 2018
Pharos Mengakui Ada Kontaminan DNA Babi Pada Viostin DS
Produsen Viostin DS, PT Pharos Indonesia mengakui ada kontaminan pada produk suplemen makanan mereka. Dalam laporan BPOM, konteks kontaminan itu merujuk sebagai DNA babi.
Hard news
Rabu, 31 Jan 2018
Beberapa Apotek di Yogya Tak Edarkan Viostin DS Sejak Sebulan Lalu
Beberapa apotek dan toko obat di Yogyakarta sudah mencabut peredaran suplemen Viostin DS, tetapi Enzyplex jenis tertentu masih dijual bebas.
Hard news
Rabu, 31 Jan 2018
Izin Viostin DS dan Enzyplex Dicabut BPOM karena Kandungan DNA Babi
BPOM telah menarik suplemen makanan Viostin DS dan Enzyplex dari peredaran dan meminta produksinya dihentikan.
Current issue
Rabu, 3 Jan 2018
Pengawasan BPOM yang Lemah Picu Penggerebekan Toko Obat
YLKI menilai, penggerebekan toko obat oleh FPI disebabkan pengawasan yang dilakukan BPOM selama ini belum optimal.
Hard news
Jumat, 29 Des 2017
BPOM: 2017, Pelanggaran Izin Obat Ilegal Tradisional Paling Banyak
"Kalau kasusnya kuantitasnya turun, tapi kualitasnya naik. Kuntatitas itu jumlah perkara, tapi temuan perkaranya besar," kata Hendri.
Sebelumnya