Menuju konten utama
Kerusuhan Suporter

PSIM Kecewa Kepemimpinan Wasit, PS TIRA Sayangkan Sikap Suporter

Terkait kerusuhan suporter pada laga PS TIRA vs PSIM, The Army menyayangkan sikap penonton yang rusuh, sementara tim tamu menyinggung kepemimpinan wasit yang dinilainya berat sebelah.

PSIM Kecewa Kepemimpinan Wasit, PS TIRA Sayangkan Sikap Suporter
Ratusan suporter PSIM Yogyakarta masuk ke lapangan saat laga Piala Indonesia di Stadion Sultan Agung, Bantul, DI Yogyakarta, Selasa (11/12/2018). ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

tirto.id - Pemain dan pelatih PSIM Yogyakarta mengutarakan kekecewaannya terhadap kepemimpinan wasit Maulana Nugraha, saat mereka menghadapi tuan rumah PS TIRA dalam lanjutan 64 besar Piala Indonesia, Selasa (11/12/2018). Pertandingan tersebut terpaksa dihentikan pada menit 80 karena suporter PSIM tidak terima dengan keputusan wasit, dan turun ke lapangan untuk menyerang pemain PS TIRA.

Penggawa PSIM, Raymond Ivantonius mengatakan jalannya pertandingan sebenarnya menarik karena kedua kesebelasan terus melancarkan jual beli serangan sejak menit awal. Sayang, menurut Raymond hal itu tercoreng dengan keputusan-keputusan wasit yang dinilainya berat sebelah.

"Saya pikir kedua tim menunjukkan permainan yang bagus, menarik ditonton. Namun saya akui, saya yang bermain di dalam lapangan merasa ada sedikit keputusan wasit yang merugikan kami," ujar Raymond pada konferensi pers.

Keputusan berat sebelah yang dimaksud adalah ketika Maulana mengesahkan gol Pandi Ahmad Lestaluhu di menit 83. Padahal, dalam rekaman video pertandingan maupun berdasarkan pengamatan pemain PSIM, Pandi sudah jelas-jelas berada pada posisi offside sebelum mencetak gol.

Sementara itu, pelatih PSIM, Bona Simanjuntak juga menyayangkan sikap wasit yang menutup mata terhadap hands ball pemain PS TIRA. Hal ini dinilainya merugikan dan meruntuhkan semangat bermain PSIM yang sedang tertinggal.

"Yang agak jelas itu yang pertama handsball, waktu itu Raymond ada di belakang wasit, kemudian [keputusan wasit] yang kedua kalau kita lihat itu gol kedua posisi pemain PS TIRA offside," ujar Bona.

Di lain pihak, kubu PS TIRA yang tak mengalami kerugian teknis terhadap keputusan wasit tak begitu mempermasalahkan hal yang sama. Asisten pelatih PS TIRA, Maruzar Nasution justru menyoroti sikap suporter PSIM yang dinilainya tak menaati aturan.

"Kami sebenarnya tidak menginginkan situasi seperti ini, karena kita bermain bola ada yang memimpin, ada aturannya, tapi situasi massa seperti itu tidak bisa kita hindari. Kalau secara permainan berimbang, saling memberikan perlawanan dan enak ditonton," tutur Nasution.

Saat pertandingan dihentikan wasit, kedudukan adalah 2-0 untuk kemenangan PS TIRA. The Army unggul berkat gol Herwin Tri Saputra serta Pandi Lestaluhu yang sama-sama terjadi pada babak kedua.

Hasil ini membuat PS TIRA lolos ke 32 besar dan berkesempatan melipur laranya akibat performa tak maksimal di Liga 1 2018. Pada kompetisi tersebut, Aleksandar Rakic dan kawan-kawan hanya mampu finis di peringkat 15 klasemen akhir dengan capaian 42 poin.

Adapun PSIM yang musim ini berkompetisi di Liga 2 juga gagal memenuhi targetnya. Alih-alih promosi ke Liga 1, mereka hanya bisa finis di peringkat enam Wilayah Timur dengan catatan 31 poin, hasil 12 kemenangan, sekali imbang, dan sembilan kekalahan.

Baca juga artikel terkait PIALA INDONESIA 2018 atau tulisan lainnya dari Herdanang Ahmad Fauzan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Editor: Herdanang Ahmad Fauzan