tirto.id - Ketua Umum DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie berharap dengan terungkapnya sindikat penyebar berita bohong "Saracen" bisa menjadi awal kebangkitan pemilih cerdas di tanah air.
"Kita punya pilkada tahun depan dan saya yakin modus seperti ini banyak sekali. Semoga ini membuat banyak masyarakat mulai menjadi pemilih cerdas," ujar Grace yang dihubungi di Jakarta, Minggu (27/8/2017) dilansir Antara.
Grace menilai terbongkarnya jaringan pelaku penyebar "hoax" dan ujaran kebencian berbau SARA itu sudah sepatutnya menyadarkan masyarakat, agar kemudian dapat lebih cerdas menyaring informasi yang mereka peroleh.
"Ada lho profesi seperti itu, dan duitnya banyak dari situ. Padahal harganya dibayar dengan membuat orang terpecah-belah. Ini masyarakat harus mulai sadar," kata Grace.
Grace berharap pihak kepolisian kelak dapat lebih banyak lagi mengungkap jaringan-jaringan kejahatan yang menyalahgunakan kemudahan teknologi dan informasi digital tersebut.
"Di pilkada mana pun itu paling enak memang memakai berita hoax atau 'black campaign", ini perlu diwaspadai, apalagi sebagian besar wilayah Jawa akan pilkada tahun depan, yang mana 50 persen pemilih Indonesia ada di Jawa," tuturnya.
Sementara itu, Ketua DPW PSI Jakarta Michael Victor Sianipar menilai kegiatan yang dijalankan Kelompok Saracen itu sebenarnya sudah ada sejak Pilkada DKI Jakarta berlangsung.
"Sudah jadi rahasia umum kalau banyak 'buzzer-buzzer' atau mungkin orang-orang yang menggunakan akun duplikat, bermain menaikkan isu dan mengangkat SARA. Itu sebenarnya jujur saja terjadi di Pilkada Jakarta," ujar Michael.
"Jadi kami dukung langkah tegas kepolisian untuk mengungkap jaringan seperti ini karena merusak demokrasi," tambahnya.
Sindikat Saracen, dikatakan polisi, telah menjalankan bisnis ujaran kebencian melalui berbagai akun media sosial dan laman di dunia maya sejak November 2015, termasuk di dalamnya menyebar hoax pada Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta.
Para anggota Saracen disebut mahir membuat akun palsu, anonim, semi-anonim, hingga riil, serta bisa memulihkan akun-akun yang yang sudah diblokir, dengan cara kerja yang terorganisasi.
Mereka menawarkan jasa seharga Rp75 juta hingga Rp100 juta dengan mengajukan semacam proposal "paket menyebarkan berita bohong dan provokatif" ke sejumlah organisasi kemasyarakatan.
Penelusuran digital forensik yang dilakukan polisi menemukan kurang lebih 800 ribu akun dan laman yang terkait dalam sindikat grup Saracen.
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani