tirto.id - Novel karya L. Frank Baum, The Master Key: An Electrical Fairy Tale punya kisah menakjubkan soal The Wizard of Oz, yang dipublikasikan 1901 silam. Demon, salah satu karakter mengungkapkan sebuah konsep kacamata yang ia sebut sebagai Character Marker.
“...Saat kamu memakainya, setiap orang yang kamu temui akan ditandai di dahi mereka dengan huruf yang merepresentasikan karakternya. Yang baik akan ditandai huruf ‘G’, yang jahat ditandai huruf ‘E’, yang bijak ditandai huruf ‘W’, dan yang bodoh ditandai huruf ‘F’," cetus Demon dengan lantang.
Seratus tahun lebih setelah L. Frank Baum menciptakan ide soal “Character Marker”, gagasannya itu kini telah hadir dalam bentuk nyata pada suatu teknologi bernama Augmented Reality, yang merupakan suatu teknologi yang melapisi lingkungan nyata dengan realitas tambahan yang dibuat melalui suatu proses komputer. Augmented reality perpaduan yang unik antara dunia nyata dengan dunia digital. Contoh yang paling mudah dipahami adalah penerapan teknologi ini pada gim Pokemon Go yang populer beberapa waktu lalu.
Museum, kantor, atau taman yang tampak melalui mata telanjang hanyalah ruang-ruang umum biasa, berubah menjadi area bermain monster-monster lucu dalam gim tersebut. Beberapa dekade sebelum Pokomen Go hadir membawa teknologi augmented reality Boeing, perusahaan pembuat pesawat, pada 1990-an telah memanfaatkan teknologi tersebut untuk membantu perakitan pesawat terbang. Banyak perusahaan dunia, berlomba-lomba membangun teknologi augmented reality. Google misalnya, mencoba peruntungan menciptakan teknologi augmented reality melalui sebuah proyek bertajuk Tango.
Tango merupakan sebuah platform augmented reality atau realitas tambahan yang dipublikasikan oleh Google pada 2014 lalu. Perangkat prototipe dalam proyek Tango, digodok oleh Google’s Advanced Technology and Projects alias ATAP. Prototipe tersebut, beralih tangan menjadi tanggung jawab ATAP, sebelumnya berada di genggaman pengawasan Motorola, perusahaan yang sebelumnya telah Google beli dan kemudian dilepas ke Lenovo.
Johnny Lee, Technical Program Lead dari ATAP, sebagaimana dikutip dari Ars Technica mengungkapkan, “proyek Tango berusaha memberi pemahaman selayaknya manusia tentang ruang dan gerak pada perangkat mobile melalui perpaduan sensor dan komputer, untuk membuka tipe baru dari pengalaman pengguna, termasuk pemindaian 3D, navigasi dalam ruang, dan permainan gim yang mendalam.”
Tango, sebelum dipublikasikan oleh Google, merupakan sebuah proyek yang sebelumnya berada di bawah pengawasan Google X, sebuah fasilitas pengembangan dan penelitian milik Google. Tango, “lulus” dari Google X pada 2012 dan merupakan proyek pertama yang lulus dari fasilitas rahasia tersebut. Proyek terkenal lainnya dari Google X adalah Waymo, mobil swakemudi bikinan Google dan berhasil “lulus” pada tahun lalu.
Sebelum 2016, proyek Tango hanya terdapat dua prototipe. Perangkat pertama diberi kode “Peanut” dan perangkat kedua diberi kode “Yellowstone”. Mengutip Hardware Zone, perangkat bersandi “Yellowstone” merupakan sebuah perangkat yang disematkan prosesor Tegra K1. Dalam situsweb resmi proyek Tango, terdapat dua perangkat ponsel pintar yang bisa dibeli masyarakat untuk dapat merasakan sensasi teknologi yang dikembangkan dalam proyek Tango. Kedua ponsel pintar tersebut adalah Lenovo Phab 2 Pro dan Asus ZenFone AR.
Tentu, proyek Tango bukanlah proyek main-main Google dalam menghadapi dunia augmented reality. Untuk menghadirkan teknologi augmented reality yang jauh lebih baik daripada yang telah ada sebelumnya. Pada perangkat Tango, harus ditambahkan beberapa modul yang secara umum tidak digunakan di perangkat biasa. Phab 2 Pro, salah satu ponsel pintar yang mengusung teknologi Tango, setidaknya memiliki 3 modul yang tidak umum ditemukan pada ponsel pintar biasa.
Phab 2 Pro, menambahkan modul Time of Flight (ToF), IR Projector, dan Fisheye Motion Camera untuk bisa mengusung teknologi Tango. ToF merupakan modul yang berfungsi untuk menentukan jarak objek berdasarkan kecepatan cahaya. Hal demikian bisa dilakukan dengan mengukur waktu pelepasan sinyal cahaya antara kamera dan objek pada setiap titik gambar. ToF, secara sederhana, merupakan Light Detection and Ranging (LIDAR) dalam bentuk kecil. LIDAR, merupakan teknologi peraba jarak jauh yang umumnya ditemukan pada mobil swakemudi yang saat ini banyak dikembangkan perusahaan besar.
IR Projector perupakan modul yang dapat menghasilkan gambar dari citra infra merah yang tidak terlihat oleh mata manusia. Sedangkan Fisheye Motion Camera, berfungsi untuk menghasilkan pandangan menyeluruh bagi ponsel pintar terhadap area di sekelilingnya.
Dengan modul-modul tersebut, setidaknya terdapat 3 fungsi yang bisa dimiliki ponsel pintar yang mengadopsi teknologi Tango guna menghasilkan augmented reality yang terkesan nyata. Ketiga fungsi tersebut adalah Motion Tracking yangberfungsi untuk melacak gerakan perangkat dalam suatu area. Depth Perception berfungsi untuk mendeteksi jarak, ukuran, dan lingkungan, dan Area Learning gabungan dari Motion Tracking dan Depth Perception, digunakan untuk membuat peta 3D yang dapat dimanfaatkan suatu perangkat.
Secara sederhana, beragam modul dan fungsi tersebut membikin ponsel pintar yang mengusung Tango, mengutip pemberitaan Arc Technica, dapat melihat dalam bentuk 3 dimensi.
Google, melalui Tango, memang harus segera mungkin membangun teknologi augmented reality yang sempurna bila tak mau disalip kompetitornya. Banyak perusahaan teknologi lain yang juga turut membangun teknologi serupa. Mengutip data yang dipaparkan Fast Company, augmented reality dan virtual reality diperkirakan akan menghasilkan pendapatan senilai $150 miliar pada 2020. Bila Google melalui Tango tidak bisa menghadirkan teknologi augmented reality yang mumpuni, potensi pendapatan miliaran dolar akan mengucur pada perusahaan teknologi lainnya.
Banyak perusahaan teknologi kini memimpin pengembangan teknologi augmented reality maupun virtual reality. Perusahaan-perusahaan tersebut, selain membentuk divisi khusus dan mengembangkan augmented reality maupun virtual reality, juga melakukan aksi akuisisi terhadap perusahaan rintisan yang fokus pada pengembangan teknologi tersebut.
Microsoft, memiliki HoloLens, Mojang, dan Kinect untuk menghadirkan augmented reality dan virtual reality menjadinya nyata. Facebook, memiliki Oculus, Surreal Vision, dan QuickFire. Sementara itu, Canon mengedepankan MReal guna menghadirkan augmented reality dan virtual reality. GoPro, melalui Kolor menghadirkan pemandangan luar biasa atas augmented reality dan virtual reality yang tidak diketemukan sebelumnya.
Melalui Tango, Google menyongsong augmented reality dan virtual reality dengan ragam divisi maupun perusahaan terpisah. Mereka diketahui memiliki MagicLeap, Jaunt, dan Glass yang disiapkan untuk menyambut dunia augmented reality dan virtual reality.
Augmented reality maupun virtual reality, merupakan teknologi masa depan yang mulai hadir keberadaannya. Saat perusahaan-perusahaan teknologi raksasa telah bersiap-siap dengan kemampuannya masing-masing, tentu, dengan harapan yang tinggi, teknologi augmented reality dan virtual reality akan benar-benar mewujud nyata dan bisa diaplikasikan di luar gim maupun kesenangan lainnya, terutama dalam berbagai teknologi yang membantu manusia. Persaingan antar perusahaan teknologi akan mempercepat itu semua.
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra