Menuju konten utama

Proses Terjadinya Pelangi: Pembahasan Soal Warna & Jenisnya

Pelangi adalah gejala optik dan meteorologi yang terjadi akibat spektrum cahaya yang (hampir) berkelanjutan.

Proses Terjadinya Pelangi: Pembahasan Soal Warna & Jenisnya
Para penerjun payung Rusia terjun melewati pelangi dari pesawat transportasi IL-76 dalam latihan militer gabungan Serbia-Rusia "Slavic Brotherhood" di kota Kovin, dekat Belgrade, Serbia, Senin (7/11). ANTARA FOTO/REUTERS/Marko Djurica/cfo/16

tirto.id - Pelangi adalah gejala optik dan meteorologi yang terjadi akibat spektrum cahaya yang (hampir) berkelanjutan.

Gejala ini muncul di langit waktu matahari bersinar ke atas titik air hujan yang jatuh, yakni peristiwa yang menyebabkan sinar monokromatik berubah menjadi tujuh sinar polikromatik.

Sinar monokromatik adalah sinar-sinar yang tidak dapat diuraikan lagi menjadi komponen warna, seperti sinar merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.

Sementara itu, sinar polikromatik adalah sinar-sinar yang dapat diuraikan lagi menjadi beberapa komponen warna, termasuk sinar putih.

Sedangkan, sinar putih terdiri atas tujuh komponen warna, yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.

Proses Terjadinya Pelangi

Sinar putih yang biasa kita lihat (disebut juga cahaya tampak atau visible light) terdiri dari semua komponen warna dalam spektrum, demikian seperti dikutip Sumber Belajar Kemendikbud.

Alat yang sering digunakan untuk menguraikan warna putih adalah prisma kaca.

Di alam, bukan hanya prisma yang dapat menguraikan sinar putih, tetesan air setelah hujan berhenti ternyata dapat juga menguraikan sinar matahari putih menjadi beberapa warna seperti halnya pelangi.

Pelangi biasanya terjadi saat hujan gerimis atau setelah hujan lebat berhenti, akibat udara bebas yang berisi uap-uap air.

Selain itu, pelangi juga bisa tercipta pada genangan minyak. Kadang-kadang, seberkas cahaya putih diselimuti oleh pelangi.

Pelangi bisa terjadi kapan dan di mana saja asal melibatkan tiga sekaligus sifat cahaya, yaitu refleksi (pemantulan), refraksi (pembiasan), dan difraksi.

Warna Pelangi dan Artinya

Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti berapa jumlah warna yang ada dalam pelangi. Konon, mata manusia bisa membedakan hingga 350.000 macam warna yang berbeda.

Meski demikian, jumlah warna dalam pelangi yang bisa disimpulkan ada tujuh warna.

Ketujuh warna dalam spektrum cahaya putih tersebut disusun berdasarkan urutan besarnya sudut bias dari yang terkecil sampai yang terbesar, yakni merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu.

Dalam tubuh manusia, warna memainkan peranan sebagai penyeimbang sel untuk penyembuhan. Artinya, kita memerlukan warna-warna tertentu untuk hidup dengan harmoni.

Sama dengan hal tersebut, setiap warna yang ada dalam pelangi mempunyai peranan dalam tubuh manusia.

Cahaya dan warna merupakan sebagian dari spektrum elektromagnet yang peka pada mata manusia dan juga merupakan sebagian dari spektra tenaga yang memperlancar kelangsungan kehidupan setiap makhluk di planet ini.

Beberapa sifat atau karakter warna yang dihasilkan pelangsi adalah sebagai berikut.

  • Merah: warna ini diartikan mempunyai sifat-sifat antara lain kemarahan agresif, bahaya, terlarang, kesalahan, darah, setan, keberanian, ganas, perang, segar, sehat, cinta, dan energik.
  • Jingga: warna ini dapat diartikan mempunyai sifat-sifat antara lain, bahaya, merdeka, berkah, anugerah, panas dan gairah.
  • Kuning: warna ini memiliki arti keramahan, supel, hidup dan kehangatan.
  • Hijau: dapat diartikan sebagai wangi, kesuburan, pertumbuhan, pengharapan, kebangkiran dan kesegaran.
  • Biru: warna ini bisa diartikan sebagai kepercayaan, tenang, iman, pasif, hakikat, dingin, cerdas, penyendiri dan ketegugan.
Infografik SC Pelangi
Infografik SC Pelangi. tirto.id/Rangga

Variasi dan Jenis Pelangi

Berdasarkan susunan warnanya, pelangi dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut:

1. Secondary Rainbow (Pelangi Sekunder)

Pelangi sekunder disebabkan oleh suatu pemantulan ganda pada cahaya matahari di dalam tetesan air hujan. Pelangi ini muncul antara sudut 50°-53°.

Sebagai hasil pemantulan yang kedua, warna suatu pelangi sekunder terbalik dibandingkan dengan susunan warna pelangi yang utama, biru di luar dan merah di dalam.

Bidang gelap langit yang berada antara pelangi primer dan pelangi sekunder disebut Alexander karena yang menggambarkannya pertama kali adalah Alexander. Secondary rainbow sangat jarang terjadi.

2. Supernumerary Rainbows (Pelangi Cadangan)

Timbulnya pelangi cadangan merupakan satu peristiwa yang jarang terjadi.

Pelangi cadangan terdiri atas beberapa pelangi yang berada di sisi sebelah dalam pelangi primer, dan sangat jarang, berada di luar pelangi sekunder.

Tidaklah mungkin untuk menjelaskan keberadaan jenis-jenis pelangi menggunakan ilmu optik geometris sederhana.

Pelangi berubah-ubah akibat pengaruh sinar dari cahaya yang mengikuti alur-alur yang sedikit berbeda dan bermacam-macam panjangnya saat di dalam tetesan air hujan.

Beberapa sinar di dalam tahapannya, menguatkan satu sama lain melalui interferers konstruktif, menciptakan suatu kelompok yang terang.

Pelangi cadangan terlihat paling jelas ketika tetesan air hujan kecil dan ukuran yang seragam. Penjelasan tersebut pertama kali disampaikan oleh Thomas Young pada tahun 1804.

3. Reflection Rainbows (Pelangi Pemantulan)

Variasi lain dari pelangi dapat dihasilkan ketika cahaya matahari menyinari air.

Jika cahaya matahari dicerminkan air sebelum mencapai tetesan air hujan, akan dihasilkan suatu reflection rainbows atau pelangi pemantulan.

4. Reflected Rainbows

Pelangi jenis ini dihasilkan ketika cahaya pertama dicerminkan di dalam tetesan air hujan, lalu mencerminkan bentuk yang lebih besar dari air sebelum mencapai mata pengamat.

Variasi pelangi lainnya dihasilkan ketika cahaya matahari dicerminkan melewati awan.

5. Fire Rainbows

Fire rainbows dapat dilihat pada awan tipis dengan kristal-kristal es (secara normal sedikitnya 6 km di atas permukaan laut).

Baca juga artikel terkait PELANGI atau tulisan lainnya dari Maria Ulfa

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Maria Ulfa
Editor: Yulaika Ramadhani