tirto.id - Sekretaris Dewan Kehormatan Golkar, Priyo Budi Santoso menyatakan tak sepakat jika ada aklamasi dalam pemilihan ketua umum di Munaslub Golkar yang rencananya dilaksanakan pertengahan Desember ini.
Ide aklamasi itu tercetus dari dukungan 31 DPD I Golkar kepada Koordinator Bidang Perekonomian Golkar Airlangga Hartarto sebagai calon ketua umum tunggal di Munaslub Golkar.
"Saya akui dia (Airlangga) memang figur yang potensial, tapi ia bukan satu-satunya tokoh yang potensial di Golkar. He is not the only one dalam partai Golkar, masih bertebaran tokoh-tokoh lain," kata Priyo di Kompleks DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (5/12/2017).
Selain itu, Priyo juga menolak adanya sikap DPD I Golkar dan sejumlah pengurus DPP Golkar yang seolah-olah menjadikan Airlangga sebagai putra mahkota di internal Golkar.
"Saya mengkhawatirkan itu bisa merusak demokrasi di tubuh Golkar yang sudah kami bangun," kata Priyo.
Maka, Priyo pun mengusulkan nama-nama lain agar diberi kesempatan untuk membuktikan keseriusan menjadi calon ketua umum Golkar, yakni Plt Ketua Umum Idrus Marham, Ketua Badan Pemenangan Pemilu Golkar Wilayah Sumatera III Azis Syamsudin, dan Wakil Ketua Dewan Pakar Golkar Titiek Soeharto.
Dari nama-nama tersebut, Idrus Marham dan Titiek Soeharto telah menyatakan kesiapan mencalonkan diri sebagai ketua umum Golkar. Sedangkan, Azis Syamsudin menyatakan belum memikirkan mengenai hal itu.
Komentar Soal Aklamasi di Internal Partai Golkar
Terkait aklamasi, Idrus menyatakan tak ambil pusing dengan upaya kubu Airlangga tersebut. Menurutnya, hal itu sah-sah saja dilakukan dalam rangka mendapatkan kekuasaan.
"Semua punya hak yang sama. Jadi kalau misalkan ada dinamika-dinamika begitu, tapi kami punya keyakinan dinamika apapun yang muncul di Golkar itu bisa diselesaikan dengan baik karena kekuatannya ada pada sistem," ujar Idrus di Kompleks DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (5/12/2017).
Namun, Idrus menyatakan untuk menjadi pemimpin Golkar butuh pengabdian yang dibuktikan melalui proses. Baik sebagai kader, maupun sebagai pengurus partai. Bukan ujug-ujug datang pada saat ada momentum pergantian kepemimpinan.
"Jangan mempersyaratkan itu. Baru mau aktif kalau jadi ketua umum, baru mau aktif kalau jadi pimpinan fraksi. Karena persoalan jabatan adalah persoalan takdir," kata Idrus.
Sementara, Titiek Soeharto masih berkeyakinan bisa menjadi ketua umum Golkar meskipun belum mendapatkan dukungan dari DPD I Golkar. "Di Indonesia ini things can happens, sesuatu bisa saja terjadi, pada last minutes," kata Titiek di Kompleks DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (5/12/2017).
Secara terpisah, Ketua Bidang Kepartaian Golkar Kahar Muzakkir menyatakan upaya aklamasi sah-sah saja bila memang tidak ada sosok lain yang ingin menjadi calon ketua umum Golkar. "Ya kalau enggak ada yang lain tinggal ketok saja," kata Kahar di Kompleks DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (5/12/2017).
Menurut Kahar, besok rencananya Golkar akan menggelar rapat pleno mendengarkan suara 31 DPD I Golkar yang mendesak adanya Munaslub dengan segera. "Kemungkinan Rabu besok kami rapat pleno," kata Kahar.
Sebelumnya arah menuju aklamasi memilih Airlangga sebagai ketua umum Golkar muncul dari Plt Sekjen Golkar, Sarmuji.
"Munaslub memang mekanisme untuk memilih pemimpin baru. Tapi aklamasi ini memang sedang diciptakan. Berproses menuju aklamasi yang berasal dari kesadaran," kata Sarmuji saat dihubungi Tirto, Kamis (30/11/2017).
Sarmuji pun menyatakan Airlangga telah mendapatkan restu dari Presiden Jokowi untuk menjadi ketua umum Golkar. Restu tersebut diucapkan Presiden Jokowi saat 31 DPD I Golkar menemuinya di Istana Bogor, 30 November lalu.
“Kalau bilang (Jokowi) mendukung (Airlangga jadi ketua umum) sih tidak. Tapi dari gesture kan, kelihatan,” kata Sarmuji.
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Alexander Haryanto