tirto.id - Maurizio Sarri, pelatih Chelsea, dan Ole Gunnar Solskjaer, pelatih Manchester United, baru saja melewati hari buruk. Bagi Sarri, hari buruk itu terjadi sekitar satu pekan yang lalu, saat Chelsea dibantai 6-0 oleh Manchester City dalam gelaran Premier League.
Sedangkan bagi Solskjaer, hari buruk itu terjadi di Old Trafford tengah pekan lalu: Setan Merah kalah 0-2 dari Paris Saint-Germain, yang bermain tanpa Neymar dan Edinson Cavani, pada pertandingan leg pertama babak 16 besar Liga Champions.
Dan hari buruk itu ternyata bakalan berdampak panjang: Sarri terancam dipecat dan Solskjaer juga bisa didepak United pada akhir musim nanti.
Kabar Sarri akan dipecat muncul dari Rod Liddle, penulis The Times. Menurut laporan Liddle, setelah Chelsea kalah dari City, seorang pemain senior Chelsea mengatakan kepada agennya bahwa Roman Abramovich hanya akan memberikan waktu terbatas bagi Sarri untuk memperbaiki keadaan. Mantan pelatih Napoli itu hanya diberikan dua kesempatan, yakni saat Chelsea menghadapi Manchester United pada babak kelima Piala FA dan Manchester City dalam laga final Carabao Cup.
Jika dalam dua laga itu Chelsea kalah, kata Liddle: "Bel pemakaman mungkin akan segera berdentang [untuk Sarri]."
Sementara nasib Ole Gunnar Solskjaer tak jauh berbeda dengan Sarri. Memimpin United dalam 12 pertandingan, ia memang baru sekali kalah. Sayangnya, kekalahan itu terjadi dalam laga yang kelewat penting, dan itu bisa menentukan masa depannya bersama Setan Merah.
Untuk Solskjaer, Jonathan Wilson menulis di Sport Illustrated, "Bulan ini barangkali akan sangat menentukan bagi Solskjaer, tentang apakah ia akan dipermanenkan sebagai pelatih Manchester United. Dengan ujian di Liga Champions yang hampir pasti gagal, masih ada tiga ujian lebih lanjut: pertandingan kandang melawan Liverpool dan Manchester City di liga, dan pertandingan babak kelima Piala FA melawan Chelsea."
Dari sana, saat Chelsea akan bertanding melawan Manchester United pada babak kelima Piala FA di Stamford Bridge, Selasa (19/1/19) dini hari, Sarri dan Solskjaer tentu hanya mempunyai satu pilihan: menang. Lantas, bagaimana cara kedua tim itu untuk meraih kemenangan?
Counter-Attack dan Mematikan Pogba
Di bawah asuhan Sarri, Chelsea memang bukanlah sebuah tim yang pintar memainkan serangan balik. Di Premier League sejauh ini mereka hanya mampu mencetak satu gol melalui serangan balik. Meski begitu, mereka bisa menggunakan cara itu untuk menghukum United.
Saat United kalah 0-2 dari PSG, terutama setelah Setan Merah tertinggal 0-1 lewat gol Presnel Kimpembe pada menit ke-53, mereka langsung menaikkan intensitas permainan. Saat bertahan, mereka mulai menerapkan counter pressing yang diikuti dengan ikut naiknya garis pertahanan.
Sayangnya, counterpressing itu salah lawan. Melalui kecepatan Kylian Mbappe, Angel di Maria, dan Julian Draxler, PSG mampu memperlihatkan bahwa pendekatan taktik Solskjaer itu merupakan blunder besar.
Dengan “Sarri-Ball” yang belum sempurna, ada kemungkinan United akan menerapkan counter pressing di Stamford Bridge nanti. Seperti PSG, Chelsea tentu bisa memanfaatkan pendekatan Setan Merah itu.
Meski tidak punya pemain tengah yang mampu menjembatani kecepatan pemain depan, The Blues setidaknya masih memiliki David Luiz yang jeli mengirimkan umpan-umpan panjang ke lini depan.
Gol pertama ke gawang Manchester City pada Desember lalu bisa jadi contoh bagaimana Chelsea apik melakukan serangan balik. Kala itu, Chelsea sengaja memainkan bola di lini belakang untuk memancing pemain-pemain City dalam melakukan pressing; César Azpilicueta, David Luiz, Antonio Rüdiger, dan Marcos Alonso saling bertukar operan di lini belakang.
Saat pemain-pemain pemain City bergerak serempak untuk melakukan pressing, Luiz kemudian mengirimkan umpan diagonal ke arah Pedro yang berada di lini depan. Counter-pressing City pun berhasil diakali, dan N'Golo Kanté berhasil menyelesaikan dengan apik serangan tersebut.
Yang menarik, selain melalui serangan balik, PSG juga mengajarkan satu cara lagi untuk mengalahkan United: mematikan Paul Pogba. Jika PSG mempunyai Marquinhos, Chelsea mempunyai N’golo Kanté untuk mengatasi Pogba.
Di bawah Sarri, Kante bermain lebih menyerang daripada sebelumnya. Namun, ia ternyata masih kikuk dalam memainkan peran barunya itu. Dari 26 kali tampil di Premier League, ia hanya mampu mencetak tiga gol dan mencatatkan empat assist. Selain itu, statistik bertahannya juga menurun: Kante rata-rata hanya melakukan 1,8 kali tekel dan 1,4 kali intercept dalam setiap laga.
Sarri mungkin bisa memainkannya lebih bertahan dalam pertandingan nanti. Demi mematikan Pogba, kemenangan Chelsea, dan masa depannya.
Tanpa Martial dan Jesse Lingard, Lukaku Bisa Diandalkan
Jesse Lingard dan Anthony Martial, dua penyerang Manchester United, dipastikan absen selama tiga pekan karena cedera saat Setan Merah kalah 0-2 dari Paris Saint-Germain. Dan itu berarti sebuah pukulan bagi Ole Gunnar Solskjaer. Pasalnya, dua pemain itu merupakan andalan Solskjaer di lini depan.
Tanpa kedua pemain itu, United jelas akan kehilangan kecepatan dan variasi di serangan di lini depan. Sementara kombinasi Martial dan Luke Shaw di sisi kiri sangat diandalkan, Lingard bisa memainkan banyak peran: sayap kanan, false nine, maupun sebagai pemain nomor 10 dalam formasi 4-4-2 berlian.
Saat menghadapi Chelsea nanti, posisi Martial dan Lingard mungkin akan menjadi rebutan tiga pemain: Juan Mata, Alexis Sánchez, dan Romelu Lukaku. Namun, dari tiga nama tersebut, nama terakhir sebaiknya diutamakan. Alasannya, apabila serangan United dari sisi sayap mampat, peran Lukaku bisa dimaksimalkan untuk melakukan serangan direct.
Selain itu, Lukaku juga bisa dimainkan di tengah atau di sisi kanan, bergantian dengan Marcus Rashford.
Masalahnya, jika Pogba menjadi sasaran pemain Chelsea untuk dimatikan, United barangkali juga akan kesulitan dalam melakukan serangan direct. Maka, ada kemungkinan bahwa Solskjaer akan mengubah komposisi lini tengahnya untuk mengakali itu.
Mantan penyerang United itu bisa mengubah formasi Setan Merah, dari 4-3-3 menjadi 4-2-3-1, memainkan Pogba dan Nemanja Matić atau Ander Herrera sebagai poros ganda. Dengan pemain bermain lebih ke dalam, Pogba tentu akan lebih sulit untuk dimatikan. Dan di posisi nomor 10, Solskjaer bisa memainkan Juan Mata.
Yang menarik, selain tanpa Martial dan Jesse Lingard, United juga datang ke Stamford Bridge disertai dengan catatan buruk. Di markas The Blues itu, mereka terakhir kali meraih kemenangan pada 28 Oktober 2018 silam. Saat itu, United menang 2-3 dalam pertandingan liga.
Editor: Rio Apinino