Menuju konten utama

Presiden Erdogan Serukan KTT OKI akan Bahas Soal Status Yerusalem

Pertemuan puncak OKI akan berlangsung pada 13 Desember 2017, Turki selaku Ketua OKI menyerukan akan membahas soal status Yerusalem.

Presiden Erdogan Serukan KTT OKI akan Bahas Soal Status Yerusalem
Presiden Turki Tayyip Erdogan dan istrinya Emine Erdogan menyapa pendukung mereka saat mereka tiba untuk upacara peringatan satu tahun percobaan kudeta di Bosphorus Bridge di Istanbul, Turki, Sabtu (15/7). ANTARA FOTO/Murat Cetinmuhurdar/REUTERS.

tirto.id - Menanggapi langkah Amerika Serikat mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyerukan penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Istanbul pada 13 Desember akan membahas hal tersebut.

"Dalam menghadapi perkembangan yang membangkitkan sensitivitas mengenai status Yerusalem, Presiden menyerukan pertemuan puncak para pemimpin Organisasi Kerja Sama Islam untuk menunjukkan aksi bersama negara-negara Islam," kata juru bicara kepresidenan Ibrahim Kalin kepada para wartawan di Ankara, Rabu (7/12/2017).

Dia mengatakan bahwa pertemuan puncak akan berlangsung pada 13 Desember 2017. Belum ada konfirmasi langsung dari para pemimpin negara muslim apakah mereka akan datang. Untuk diketahui, Turki saat ini menjabat sebagai Ketua OKI.

Menurut Kalin, pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan pemindahan kedutaan Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem -yang sudah diumumkan oleh Presiden Donald Trump pada Rabu kemarin- akan menjadi "kesalahan besar" terhadap kesepakatan-kesepakatan internasional.

"Yerusalem adalah kehormatan kami, Yerusalem adalah tujuan bersama kami, Yerusalem adalah garis merah kami," katanya, mendesak pemerintahan Trump untuk "segera kembali dari kesalahan serius ini".

Wakil Perdana Menteri Turki Bekir Bozdag mengatakan langkah Amerika Serikat tersebut berisiko menimbulkan "api" di Timur Tengah dan akan mengakibatkan sebuah "bencana besar."

Pengakuan tersebut akan "melemparkan Timur Tengah dan dunia ke dalam api dan tidak diketahui kapan itu akan berakhir," kata Bozdag, yang juga menjadi juru bicara pemerintah Turki melalui Twitter. Dia mengatakan langkah itu akan menghancurkan proses perdamaian.

Selain OKI, sejumlah pemimpin dan tokoh politik dunia mengkritik keras keputusan pemerintahan Donald Trump yang pada Rabu (6/12/2017) waktu setempat resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Langkah ini bertentangan dengan resolusi PBB dan dapat mengobarkan salah satu konflik paling berdarah di dunia.

PBB dan Paus Fransiskus mengungkapkan kekhawatirannya terkait keputusan Trump atas Yerusalem. Pengumuman tersebut dinilai akan memancing ketegangan baru di kota suci bersejarah yang dipuja oleh orang-orang Yahudi, Kristen, dan Muslim itu.

Sekretaris Jenderal PBB António Guterres berbicara tentang "kegelisahannya yang hebat" terkait keputusan Trump ini.

Dalam pidato pengumuman beberapa menit itu Trump juga mengatakan kedutaan besar AS juga akan dipindahkan dari Tel Aviv ke Yerusalem. Terkait hal itu, Guterres menyatakan pihaknya akan memberikan teguran diplomatik.

Baca juga artikel terkait YERUSALEM

tirto.id - Politik
Sumber: antara
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri