tirto.id - Dalam jagat teknologi, 2018 adalah tahun penuh kontroversi.
Salah satu kasus yang menghebohkan adalah ketika media Inggris The Observer menguak bagaimana Cambridge Analytica, konsultan politik yang dipekerjakan Donald Trump, memanfaatkan Facebook untuk memenangkan kliennya dalam pemilihan presiden Amerika Serikat.
Tak hanya dihajar skandal Cambridge Analytica, Facebook dan dua anak usahanya, WhatsApp dan Instagram, dianggap sebagai platform penebar teror dan kebencian. Ini didukung oleh sanksi pemblokiran oleh Pemerintah Sri Lanka dan kesimpulan investigator Perserikatan Bangsa Bangsa.
Rentetan nasib sial Facebook membuat Jan Koum, pencipta WhatsApp; serta Kevin Systrom dan Mike Krieger, duo pendiri Instagram, hengkang dari Facebook. Kampanye “Delete Facebook” pun sempat jadi bahasan yang mengglobal.
Di sisi lain, skandal pelecehan seksual yang membelit sejumlah petinggi perusahaan teknologi dunia terkuak pada 2018. Menurut investigasi The New York Times, Andy Rubin, pencipta Android, hengkang dari Google lantaran terbelit kasus pelecehan seksual. Larry Page, pendiri Google, kemudian meminta Rubin untuk mundur dari Google dengan memberikan “uang santunan” sebesar 90 juta dolar plus 2 juta dolar per bulan selama empat tahun. Diduga "Pesangon" itu diberikan agar Rubin tutup mulut. Keputusan Google tersebut sempat didemo karyawannya.
Meski demikian, dunia teknologi 2018 juga diisi oleh inovasi. Dilansir MIT Technology Review, peneliti Massachusetts Institute of Technology yang dikepalai Haofeng Xu sukses menciptakan purwarupa pesawat yang bisa terbang tanpa mengandalkan satupun bagian yang berputar sebagai pencipta thrust (gaya dorong) dan lift (daya angkat).
Pesawat purwarupa itu terbang memanfaatkan electroaerodynamic propulsion, suatu teknik yang mampu menciptakan medan listrik bertegangan tinggi. Tegangan ini akan menghasilkan ion di sekeliling pesawat yang lantas melahirkan angin ionik yang bermanfaat untuk menciptakan daya dorong dan daya angkat. Pesawat ini sanggup terbang jika punya daya listrik berkekuatan 40 ribu volt.
Lalu, bagaimana dengan 2019? Apa yang akan terjadi dalam semesta teknologi?
Sebagaimana dikutip Tech Republic, ada beberapa teknologi yang diperkirakan bakal muncul. Misalnya Citizen Development, sebuah konsep yang memudahkan lahirnya perangkat atau kebutuhan teknologi antar-individu. Cory Phillips, Executive VP pada Crowd Machine, menyebutkan bahwa konsep ini akan makin laris seiring kebutuhan teknologi informasi antar-individu yang juga makin meningkat.
Salah satu contoh awal dari citizen development ini adalah pembuatan aplikasi ponsel pintar tanpa perlu punya kemampuan coding. Teknologi tersebut salah satunya disajikan layanan bernama Abtitu. Dari laman resminya, mereka mengklaim pengguna hanya perlu tiga langkah (pilih template, editing, dan unggah) untuk membuat aplikasi ponsel pintar sendiri, baik untuk Android maupun iOS. Pengguna hanya perlu drag-and-drop tanpa perlu sedikit pun mengetik baris-baris kode pemrograman.
Seperti dilansir Lifehacker, Anda juga bisa membuat aplikasi tanpa koding dengan menggunakan layanan seperti AppyPie, AppMakr, AppInstitute, hingga GoodBarber. Layanan pembuatan aplikasi tanpa keahlian penulisan kode ini diperkirakan akan semakin meningkat dan kelak tidak hanya untuk membuat aplikasi.
Menurut prediksi Gartner, teknologi yang muncul di tahun 2019 bakal terangkum dalam tiga kategori: intelligent, digital, dan mesh. Intelligent adalah teknologi yang bergantung pada kecerdasan buatan. Sementara digital ditandai dengan kemunculan teknologi yang semakin menyatu dengan dunia nyata. Kemudian mesh adalah perpaduan intelligent dan digital.
Masih dari Gartner, 2019 akan makin berisi autonomous things, alias benda-benda tanpa kendali manusia. Mobil yang bisa berjalan tanpa supir ataupun robot pembersih lantai adalah contoh pendahulunya. Diramalkan akan muncul banyak benda lain yang punya konsep serupa pada 2019.
Tantangan di 2019 adalah popularitas Deepfakes, program pencipta video palsu yang bekerja dengan menggabungkan berkas video dan foto. Deepfakes bahkan bisa membuat Anda percaya bahwa yang tampil di sebuah video porno adalah selebritas. Deepfakes juga mampu mengelabui orang banyak dengan menciptakan video palsu politikus yang semirip aslinya.
Dalam opininya, editor The New York Times Susan Fowler menyatakan 2019 sebagai tahun kematian privasi. Privasi mati, jelas Fowler, karena orang tidak lagi punya kendali atas informasi digital mereka. Ponsel dapat dimonitor, begitu pula aplikasi yang mendapat izin untuk menggali data penggunanya.
"Kita menemukan bahwa Facebook membagikan pesan pribadi kita dengan pihak ketiga, lalu membiarkan pengembang menggunakan platform-nya untuk memanen dan mengeksploitasi data yang kita miliki demi memengaruhi proses elektoral. Data kita terus-menerus dikumpulkan, bocor, dieksploitasi, disalahgunakan, dan dijual," tulis Fowler.
Jadi, siapkah Anda menyambut keriuhan teknologi sepanjang 2019?
Editor: Nuran Wibisono