Menuju konten utama

Prediksi Ekonomi Indonesia Setelah Kemenangan Trump

Pasar finansial Indonesia sempat terkena imbas dari gonjang-ganjing setelah kemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS. Meski kini sudah mulai stabil, namun diperkirakan dalam jangka pendek perekonomian Indonesia masih terus mewaspadai dampak kemenangan Trump.

Prediksi Ekonomi Indonesia Setelah Kemenangan Trump
Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump berbicara di malam pemilihan di Manhattan, New York, Amerika Serikat, Rabu (9/11). ANTARA FOTO/REUTERS/Carlo Allegri/cfo/16

tirto.id - Pasar saham sudah mulai bergerak stabil setelah sempat anjlok merespons kemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS. Untuk saat ini, pasar finansial masih terus melakukan hitung-hitungan usai kemenangan Trump.

Pada perdagangan Rabu (9/11/2016), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah sempat melemah, mengikuti tren dunia. IHSG ditutup turun 56 poin (-1,03%) ke level 5.414,32 dengan nilai transaksi di pasar reguler sebesar Rp7,7 triliun. Pada penutupan sesi I, IHSG sempat merosot hingga 2 persen, berbarengan dengan indeks Dow Jones berjangka yang sempat tumbang 800 poin. Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah ke Rp13.127.

Hasil Pemilu US yang di luar ekspektasi pasar, memicu kekhawatiran investor di seluruh dunia termasuk Indonesia. Akibatnya, ruang bagi Bank Indonesia untuk melonggarkan kembali kebijakan moneternya, akan tertahan.

''Kami perkirakan Bank Indonesia akan menahan suku bunga hingga kuartal satu tahun depan untuk stabilisasi pasar setelah melihat volatility yang terjadi di pasar saat ini," ujar Fakhrul 'Ruang bagi pelonggaran moneter mungkin akan terbuka pada kuartal dua 2017, setelah pergerakan ekonomi US dan kebijakan presiden terpilih lebih jelas," ujar Ekonom Bahana Securities Fakhrul Fulvian, dalam rilisnya, Rabu (16/11/2016).

Meski suku bunga ditahan pada level 4,75%, pertumbuhan ekonomi Indonesia diyakini tidak akan terganggu karena ada belanja pemerintah akan lebih besar menjelang tutup tahun. Pada Oktober, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan untuk memotong suku bunga acuan BI 7-day repo rate sebesar 25 basis point menjadi 4.75% untuk mendorong pertumbuhan kredit yang pada akhirnya akan menopang pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi ke depan.

''Bank Indonesia perlu menahan suku bunga untuk stabilisasi nilai tukar dan meningkatkan confidence di pasar serta menunjukkan bahwa bank sentral tanggap terhadap perkembangan yang terjadi di pasar setiap saat, sehingga keseimbangan internal dan eksternal tetap terjaga," ungkap Fakhrul.

Untuk sementara yield obligasi pemerintah mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Bahana memperkirakan, bercermin pada kondisi pasar yang terjadi pada 2013, jika penurunan terjadi sangat cepat maka kondisi ini juga akan membalik cepat, asalkan pemerintah terus berupaya memperbaiki fundamental domestik dan mampu meyakinkan pasar bahwa keamanan Indonesia dijamin.

Dengan kericuhan yang berasal dari ekonomi global saat ini, pemerintah perlu memperbaiki fiskal khususnya terkait belanja pemerintah, sehingga investor bisa melihat bahwa fundamental ekonomi Indonesia tetap terjaga

Baca juga artikel terkait IHSG atau tulisan lainnya dari Nurul Qomariyah Pramisti

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Nurul Qomariyah Pramisti
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti