tirto.id - Beberapa orang yang pernah ikut dalam Aksi Bela Islam jilid III tahun 2016 menolak Reuni Alumni 212 yang akan digelar Ahad (2/12/2018). Acara tersebut dianggap hanya untuk mengampanyekan Prabowo-Sandiaga dan memecah belah umat Islam.
Ketua Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) Usamah Hisyam mengundurkan diri dari Persaudaraan Alumni (PA) 212, perkumpulan binaan Muhammad Rizieq Shihab. PA 212 dianggap Usamah melenceng dari misi awal.
"Pilpres ini siapa yang dihadapi, kan, sesama sendiri. Jadi semangatnya bukan mempersatukan tapi malah memecah belah," kata Usamah kepada reporter Tirto, Kamis (29/11/2018).
"Ini [PA 212], kan, jadi kendaraan politik," imbuhnya.
Mantan anggota penasihat PA 212 itu menganggap Jokowi-Ma’ruf bukan pelaku kasus penodaan agama. Pada sisi lain, mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) juga sudah dipenjara. Maka dari itu, Usamah menganggap tak perlu lagi ada Reuni Alumni 212.
"Mendekati 212 ini terlihat gerakan masyarakat akan menunggangi reuni ini untuk gerakan kampanye," tuturnya.
Usamah adalah orang yang dihubungi pegawai Istana Negara untuk bertemu dengan Presiden Jokowi. Kemudian dia dengan 10 perwakilan PA 212 bertemu Jokowi di Istana Bogor pada Ahad, 22 April 2018. Dari pertemuan tertutup itu, ia percaya tak ada kriminalisasi ulama.
Meski banyak kader Parmusi menjadi anggota PPP maupun PKS, Usamah menegaskan organisasinya tak berpihak pada salah satu kandidat Pilpres 2019.
Reuni 212 Kampanye Terselubung?
Mantan Pengacara Rizieq, Kapitra Ampera juga menolak Reuni Akbar Alumni 212. Dia kecewa dengan PA 212 yang menggerakkan acara dengan tujuan yang tak jelas.
"Ini kampanye Prabowo-Sandi. Bukan aksi 212 dalam konteks agama ini," kata Kapitra yang kini menjadi caleg PDIP kepada reporter Tirto.
Jika dulu Aksi 212 bertujuan membela agama, kata Kapitra, kini hanya bertujuan membela Prabowo-Sandiaga.
"Ini panitia itu timses Prabowo-Sandi semua. Kami dulu itu dukung untuk bela agama dan penistaan, tapi sekarang sudah berubah," tuturnya.
PA 212 memang dominan diisi orang-orang yang terjun ke politik praktis untuk mendukung Prabowo-Sandiaga. Ketua Presidium Alumni Aksi Bela Islam 212 Slamet Maarif misalnya, menjadi Wakil Ketua BPN Prabowo-Sandiaga.
Begitu juga dengan panitia Reuni Akbar Alumni 212, tergabung dalam struktur tim BPN Prabowo-Sandiaga. Koordinator Dewan Pengarah Reuni Akbar 212 Yusuf Muhammad Martak menjadi dewan pengarah BPN.
Selain itu Anggota Divisi Acara Reuni Akbar 212 Neno Warisman juga wakil ketua merangkap juru kampanye BPN. Begitu juga Bendahara 1 Reuni Akbar 212 Haekal Hasan dan Wakil Ketua 1 Reuni Akbar 212 Muhammad Al Khathath merupakan juru kampanye BPN.
Kapitra lantas menilai Reuni Akbar Alumni 212 adalah kampanye terselubung.
"Jadi itu dikibuli. Itu omong kosong. Mereka kalau bawa 212, kan, konteksnya bela Islam. Mereka itu panitia timses semua kok Prabowo-Sandiaga. Apa korelasinya Prabowo-Sandi itu dengan bela Islam?" kata Kapitra.
Janji Tak Ada Kampanye
Ketua PA 212 Slamet Maarif berjanji tak ada kampanye dalam Reuni Akbar Alumni 212. Menurutnya tidak akan ada agenda berbau politik praktis yang disepakati panitia.
"Acara ini murni ajang silahturahim dalam bingkai bela tauhid dan bela NKRI," ujarnya dalam Konfrensi Pers Reuni Akbar Muhajid 212 di Gedung Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia, Jakarta, Selasa (28/11/2018).
Namun juru bicara Front Pembela Islam (FPI) itu mengatakan, biasa saja nantinya panitia kecolongan. Misalnya jika ada peserta yang tiba-tiba membawa atribut partai politik tertentu.
"Kami akan berupaya sebaik mungkin, lah, intinya. 6.700 keamanan mungkin tidak semua bisa memantau [pembawa atribut parpol]," tuturnya.
Pada sisi lain, Anggota Bawaslu RI Rahmat Bagja mengatakan Bawaslu akan mengawasi Reuni Akbar Alumni 212. Sebab dia menduga ada kemungkinan diselipkan agenda kampanye.
"Jika kemudian ternyata mengarah ke kampanye maka akan kami tindak," kata Rahmat kepada reporter Tirto.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Dieqy Hasbi Widhana