Menuju konten utama

Prabowo Mengawal (Elektabilitas) Anies-Sandi

Prabowo Subianto ikut berkampanye bersama Anies-Sandiaga. Selain ada persoalan elektabilitas, dosen FISIP UIN Adi Prayitno juga melihatnya sebagai ujian apakah Prabowo masih punya magnet elektoral untuk menghadapi Pemilu 2019.

Prabowo Mengawal (Elektabilitas) Anies-Sandi
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (tengah) bersama Cagub DKI nomor 3 Anies Baswedan (keempat kiri) serta Ketua DPD Gerindra DKI Jakarta Mohamad Taufik (ketiga kiri) menyapa warga saat berkampanye di Kampung Aquarium, Kelurahan Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (7/1). ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma

tirto.id - Simpatisan dan kader Partai Gerindra memadati acara rapat akbar yang digelar di Hal D JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (8/1/2017). Mereka berbondong-bondong datang dalam acara yang dihadiri langsung oleh Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.

Pada kesempatan tersebut, Prabowo meminta agar semua kader Partai Gerindra untuk menjalankan tugas negara dengan cara memenangkan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno pada pemilihan gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017.

“Tugas kita memenangkan Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Salahudin Uno, kalau kau menyelamatkan Bangsa Indonesia. Memilih Merah Putih, kehormatan Indonesia, Indonesia yang berdiri di atas kaki sendiri,” kata Prabowo seperti dikutip Antara.

Prabowo sengaja turun gunung untuk memenangkan pasangan Anies-Sandiaga. Kehadiran Prabowo di lapangan diharapkan bisa mengerek elektabilitas pasangan nomor urut 3 yang menurut survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan Lingkaran Survei Indonesia pada Desember lalu berada di urutan paling buncit, di kisaran angka 23 persen.

Maka, wajar jika Prabowo dalam minggu terakhir ini ikut turun gunung berkampanye untuk mengerek elektabilitas pasangan Anies-Sandiaga. Bahkan, pada Sabtu (7/1/2017), Prabowo ikut blusukan bersama Anies Baswedan ke Kampung Akuarium, Luar Batang, Jakarta Utara. Ia ikut aktif berkampanye untuk calon gubernur dan calon wakil gubernur yang diusung partainya.

Misalnya, Prabowo tidak menyia-nyiakan kesempatan saat seorang ibu mengadukan nasibnya sambil menangis di pengungsian warga. Saat warga tersebut mengaku diperlakukan tidak adil dan menginginkan presiden dan gubernur baru yang berpihak pada rakyat kecil, sontak Prabowo pun merespons.

“Saya di sini bersama calon gubernur nomor tiga, Anies Baswedan. Ini gubernur untuk rakyat dan membela rakyat dengan sungguh-sungguh, tidak maling,” kata Prabowo yang saat itu didampingi Anies Baswedan, seperti dikutip Antara.

Mendulang Suara

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno mengatakan kehadiran secara langsung para ketua umum parpol dalam gelaran pilkada memang sudah jamak.

Kehadiran mereka di lapangan diharapkan mampu menjadi magnet agar elektabilitas kandidat yang diusung partainya ikut terkerek naik. Hal tersebut juga terjadi pada Pilgub DKI Jakarta 2017 yang diikuti oleh tiga pasang kandidat. Menurut Adi Prayitno, keberadaan sang ketua umum dapat menjadi katalisator akhir untuk mendongkrak elektabilitas para kandidat.

Dalam konteks ini, lanjut Adi Prayitno, ketua umum parpol adalah simbol dari kekuatan dan soliditas sebuah partai politik, sehingga keberadaannya sangat efektif agar kerja-kerja partai berjalan dengan baik.

“Apalagi di tengah terbelahnya pemilih, ketum parpol menjadi simbol pemersatu dan soliditas dukungan,” kata Adi Prayitno kepada Tirto.

Tak mengherankan jika dalam pilkada serentak para ketua umum parpol rajin turun gunung ke daerah-daerah, terutama di daerah potensial. Saat mengumumkan para kandidat yang diusung PDIP pada pilkada serentak 2017, Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto mengaku partainya akan melibatkan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri sebagai juru kampanye di tujuh provinsi, termasuk DKI Jakarta. Namun, sampai tulisan ini diturunkan, Megawati belum turun gunung di Pilkada DKI.

Infografik Elektabilitas Pilgub DKI 2017

Prakondisi Pemilu 2019

Selain untuk mengerek elektabilitas kandidat, Pilkada DKI tentu juga menjadi ajang pemanasan bagi semua ketua umum partai politik menjelang pemilu 2019. Apalagi Prabowo Subianto masih banyak dijagokan untuk kembali menjadi calon presiden pada pemilu mendatang.

Menurut Ari Prayitno, hal tersebut sangat wajar mengingat Jakarta adalah barometer perpolitikan nasional. Plkada DKI Jakarta menjadi pertaruhan kredibilitas semua ketua umum parpol besar, termasuk Prabowo.

“Apalagi Prabowo misalnya, yang sejauh ini masih dijagokan menjadi salah satu kandidat pilpres 2019 mendatang. Jelas pilkada Jakarta adalah 'launching awal' apakah Prabowo masih punya magnet elektoral atau tidak,” ujarnya.

Turun gunungnya sejumlah ketua umum parpol sudah dapat diprediksi. Menurut dia, pertarungan pilkada DKI hanya medium penting bagi partai politik sebagai prakondisi pemilu 2019. Apalagi gelaran pilkada DKI mendapat sorotan secara nasional, sehingga memenangkan Pilkada DKI sama dengan mempertaruhkan kredibilitas partai.

Karena itu, menurut Adi, semua ketua umum partai akan menggerakkan infrastruktur dan suprastruktur politik mereka secara maksimal. Struktur partai dan jejaring yang mereka bangun selama ini akan dikerahkan sampai titik darah penghabisan.

Sebab, kemenangan calon di Jakarta selain ditentukan oleh figur kandidat juga ditentukan oleh penetrasi mesin politik parpol yang dinakhodai langsung sang ketua umum. Wajar jika para ketua umum partai pengusung pilkada DKI akan turun gunung sebelum pelaksanaan Pilkada DKI Februari mendatang.

Baca juga artikel terkait PILKADA DKI JAKARTA atau tulisan lainnya dari Abdul Aziz

tirto.id - Politik
Reporter: Abdul Aziz
Penulis: Abdul Aziz
Editor: Maulida Sri Handayani