Menuju konten utama

Ponsel Layar Lipat ala Samsung, Cuma Gimik atau Panik?

Samsung memperkenalkan ponsel layar lipat yang diklaim sebagai model ponsel pintar masa depan.

Ponsel Layar Lipat ala Samsung, Cuma Gimik atau Panik?
Justin Denison, SVP Pengembangan Produk Seluler, berbicara tentang Infinity Flex Display dari smartphone lipat selama pidato utama Konferensi Pengembang Samsung Rabu, 7 November 2018, di San Francisco. (AP Photo / Eric Risberg)

tirto.id - Justin Denison, SVP of Mobile Product Marketing Samsung, menapaki panggung dengan penuh percaya diri. Saat di tengah-tengah panggung, tangan kanannya merogoh gawai ke saku kiri, lalu menunjukkan kepada hadirin sebuah ponsel pintar mungil dengan tampilan yang berbeda.

“Ketika dibuka, ponsel berubah jadi tablet yang memberikan pengalaman layar besar,” kata Denison, di San Fransisco, Amerika Serikat.

“Lantas, ketika ditutup, perangkat ini berubah jadi ponsel yang mudah dimasukkan ke kantong,” tuturnya.

Samsung belum lama ini mengungkap ponsel layar lipat sebagai calon produk teranyarnya. Belum ada nama resmi dan spesifikasi yang dibocorkan oleh Samsung. Beberapa media menamainya Samsung Galaxy X atau Samsung Flex Display. Namun, The Verge, mengungkap bahwa ponsel layar lipat ini mengusung dua layar, eksternal atau “cover display” dan internal.

Layar eksternal merupakan layar berukuran 4,58 inci dengan resolusi sebesar 840 x 1960 dan rasio berukuran 21:9. Sementara itu, layar internal merupakan layar berukuran 7,3 inci dengan resolusi sebesar 1536 x 2152 dan rasio berukuran 4,2:3. Layar internal yang memiliki kekuatan dilipat atau dilengkungkan.

“Ini bukan ponsel konsep,” tegas Denison.

Kebolehan Samsung menciptakan ponsel dengan layar yang bisa dilipat tercipta atas “terobosan di bidang manufaktur yang telah dibuat Samsung.” Samsung menyebutnya teknologi layar ini adalah “The Infinity Flex Display,” suatu layar yang dibuat menggunakan polimer dan menggabungkannya dengan beberapa lapisan khusus. Tak ada satupun lapisan dari layar baru Samsung itu berbahan kaca, seperti yang digunakan smartphone yang sudah ada di pasaran. Adanya teknologi material baru, ponsel layar lipat Samsung dapat dilipat ratusan ribu kali.

Samsung telah memodifikasi Android agar aplikasi-aplikasi yang dijalankan ponsel layar lipatnya bekerja secara berbarengan, atau dalam bahasa Samsung “multi-active window.” Laporan Wired, mengungkap Google sebagai pemilik Android mengumumkan bahwa sistem operasi sejuta umat itu telah mampu mendukung kemampuan layar lipat.

Pengembangan ponsel layar lipat yang dilakukan Samsung bermula dari 2011. Sayangnya, Samsung bukanlah yang pertama memperkenalkan ponsel layar lipat pada khalayak. Sebelum Samsung, produsen ZTE lebih dahulu merilis Axon M.

Royole, startup asal Cina juga merilis FlexPai, ponsel layar lipat berukuran 7,8 inci. Di pasaran, FlexPei dijual sekitar $1.300, dengan prosesor Snapdragon dan kapasitas sebesar 128GB sebagai kekuatannya. Dalam laporan Wired, ponsel layar lipat seperti yang diusung FlexPei kurang diminati atas limitasi-limitasi yang terjadi. Misalnya soal daya baterai yang akan lebih boros karena layar yang lebih besar dan beberapa aplikasi tak dirancang khusus untuk tipe ini.

Infografik Ponsel Lipat Samsung

Pertaruhan Samsung

Tahun ini Samsung merilis dua smartphone papan atasnya yakni Samsung Galaxy S9 dan Samsung Note9. Sayangnya, kedua ponsel itu tak cukup kuat melawan produk segmen atas produsen lain, misalnya varian X terbaru dari iPhone.

Dalam laporan Quartz bahkan disebut bahwa Note9 tidak ada alasan untuk melakukan pembaruan ke Note9 jika pelanggan memiliki model sebelumnya.” Sementara itu, The Verge menyebut bahwa “Note9 tidak menawarkan kebaruan [...] Tidak ada teknologi atau ide desain yang baru lahir di seri ini.”

Samsung memang masih memimpin sebagai produsen yang mengapalkan smartphone terbanyak, tapi Samsung patut panik bila melihat data-data di atas kertas terkini. Dipacak dari IDC, Samsung hanya mengapalkan 72,2 juta unit smartphone pada kuartal III-2018, turun 13,32 persen bila dibandingkan kuartal yang sama setahun sebelumnya. Samsung sempat mengapalkan 83,3 juta unit smartphone. Pada kuartal II-2018 Samsung mengapalkan 71,5 juta unit, turun 10,4 persen dibandingkan jumlah unit pengapalan di kuartal yang sama setahun sebelumnya di angka 79,8 juta unit.

Performa penjualan Samsung yang jeblok tak terpisahkan karena mereka gagal mengamankan pasar paling bernilai selain Amerika Serikat, yakni Cina. Mengutip laporan Kim Jaewon di Nikkei, Samsung hanya memperoleh 1 persen pangsa pasar di Negeri Tirai Bambu pada kuartal II-2018. Counterpoint, firma riset pasar, menyebut dalam salah satu laporannya merinci gabungan Huawei, OPPO, Vivo, dan Xiaomi, memperoleh pangsa pasar sebesar 76 persen di Cina, dengan Huawei sebagai penyumbang terbesarnya.

Secara global, pada kuartal III-2018, tiga dari lima besar penguasa smartphone diduduki pemain asal Cina. Mereka secara total memperoleh pangsa pasar sebesar 32,7 persen, mengungguli Samsung hanya memiliki 20,3 persen pangsa pasar.

Kelahiran ponsel layar lipat diprediksi digunakan untuk mendongkrak hasil yang kurang memuaskan bagi Samsung di tahun ini. Namun, Christopher Mims, kolumnis Wall Street Journal, skeptis dengan ponsel layar lipat ala Samsung. Ia bilang “ponsel layar lipat serupa TV 3D.” Jenis itu dilahirkan hanya sebatas gimmick untuk menjual ponsel.

Namun, ponsel layar lipat punya kans untuk sukses. Salah satu indikatornya, laporan dari CNBC menyebut bahwa Apple tengah bersiap menghadirkan ponsel jenis ini pada 2020 mendatang. Analis senior Bank of America Merrill Lynch menyebut bahwa Apple telah bekerjasama dengan manufaktur asal Asia mewujudkan iPhone berlayar lipat.

Jika Apple ikut-ikutan soal layar lipat, ada kemungkinan bahwa ponsel jenis ini akan populer di masa mendatang. Samsung, yang pernah melahirkan jenis phablet dan kemudian diikuti Apple, nampaknya akan senang bila kabar ini benar. Namun, upaya Samsung buru-buru memperkenalkan ponsel layar lipatnya bisa jadi sebagai strategi curi start dengan rival abadinya.

Baca juga artikel terkait SAMSUNG atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra