tirto.id - Wakil Direktur Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Badan Reserse Kriminal Polri Kombes Pol Daniel Tahi Monang Silitonga, meminta masyarakat untuk waspada terhadap peredaran uang palsu jelang kampanye pilpres mendatang.
Lokasi peredaran uang palsu ada di tengah masyarakat. “Lokasi peredaran uang palsu itu biasanya di warung kecil, pom bensin, dan dilakukan pada malam hari," kata dia di Bareskrim Polri, Jakarta, Kamis (16/8/2018).
Alasannya, karena tempat-tempat itu tidak memiliki alat pendeteksi keaslian uang sehingga sering dijadikan sasaran para pelaku penyebar uang palsu.
Selain itu, dia mengatakan setiap kali ada momen yang perputaran uang cepat, akan ada celah untuk penyebaran uang palsu.
“Perputaran uang di grass root pada masa kampanye, bisa dimanfaatkan pelaku penyebar uang palsu,” ucap Daniel.
Kepolisian, lanjut dia, tidak berhenti untuk mengurangi peredaran uang palsu di masyarakat yakni dengan cara menangkap para pelaku.
“Namun, peredaran uang palsu tetap masih ada karena pelaku seringkali kucing-kucingan dalam beroperasi,” ujar Daniel.
Ia meminta agar masyarakat terus waspada dalam bertransaksi. “Khususnya kalau transaksi pada malam hari, dicek (keaslian) uangnya,” jelas Daniel.
Berdasarkan data yang dihimpun Bank Indonesia per November 2017, rasio uang palsu mengalami penurunan dari 13 lembar per 1 juta UYD (uang yang diedarkan) di 2016 menjadi 8 lembar per 1 juta UYD.
Selain itu, pada tahun 2014, Bareskrim menemukan penyebaran uang palsu tertinggi di Jakarta. Pada tahun 2015 ada di Jawa Timur, pada tahun 2016 penyebaran uang palsu terbanyak di DKI Jakarta dan Banten dan pada tahun 2017 di Jawa Timur.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Yandri Daniel Damaledo