Menuju konten utama

Polisi Masih Kejar Provokator Bentrok di Buton

Penyidik sedang mengumpulkan alat bukti untuk mengungkap pelaku pembakaran rumah dan penganiayaan yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara.

Polisi Masih Kejar Provokator Bentrok di Buton
Kabid Humas Polda Sultra, AKBP Harry Golden Hardt. Antara/Azis Senong

tirto.id -

Polisi hingga saat ini masih mengejar provokator pengrusakan dan penganiayaan yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa serta terbakarnya puluhan rumah warga dua desa di Kecamatan Siotapina, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara.

Kabid Humas Polda Sultra AKBP Harry Goldenhart di Kendari, Kamis (6/6/2019) malam, mengatakan, penyidik sedang mengumpulkan alat bukti untuk mengungkap pelaku pembakaran rumah dan penganiayaan yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa tersebut.

"Prioritas menenangkan warga agar tidak terhasut informasi yang meresahkan. Polisi bekerja mengumpulkan bukti, termasuk mengorek informasi dari saksi yang menyaksikan peristiwa memilukan tersebut," kata Harry seperti dilansir dari Antara.

Herry menambahkan, konflik antarwarga Desa Sampoabalo dan Desa Gunung Jaya yang menyebabkan seorang meninggal dunia, dua orang luka-luka dan 87 rumah terbakar dipastikan ada oknum pelaku yang harus bertanggungjawab.

"Setiap peristiwa pasti ada yang melatarbelakangi. Polisi dibantu masyarakat sedang merangkum bukti-bukti untuk mengungkap siapa oknum provokator dan pelaku pengrusakan rumah warga hingga pelaku penganiayaan yang menyebabkan seorang warga meninggal dunia," katanya.

Ia menambahkan personel gabungan TNI dan Kepolisian dikerahkan untuk meredam konflik yang melibatkan warga dua desa di Kecamatan Siontapina, Kabupaten Buton, Sultra.

"Situasi sudah kondusif. TNI-Polri bersama pihak terkait bersinergi meredam kesalahpahaman warga dua desa," kata Goldenhart.

Kapolda Sultra Brigjen Pol Iriyanto dan Danrem 143 Kolonel Inf Yustinus Nono Yulianto dilaporkan masih berada di lokasi konflik yang saat ini sudah berangsur kondusif.

Informasi yang dihimpun penyelidik, motif konflik tersebut adalah sekelompok pemuda Desa Sampuabalo menggelar konvoi kendaraan bermotor dalam rangka malam takbiran Idul Fitri dan memancing ketersinggungan warga Desa Gunung Jaya.

Kesalahpahaman warga dua desa berlanjut keesokan harinya atau seusai salat Idul Fitri hingga terjadi pembakaran puluhan rumah warga setempat.

Herry menambahkan satu orang meninggal dunia dan dua orang luka-luka akibat kejadian itu karena karena terkena busur dan senjata tajam parang.

"Kami imbau warga yang bertikai untuk menahan diri. Kepolisian, TNI serta pemerintah daerah terus berupaya membangun rekonsiliasi demi kepentingan dan keselamatan warga," katanya.

Baca juga artikel terkait BENTROKAN

tirto.id - Hukum
Sumber: Antara
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Maya Saputri