tirto.id -
Hal itu ia sampaikan kepada para wartawan menanggapi polemik impor di tengah kondisi produksi jagung yang tengah mengalami surplus.
"Walaupun mereka [Kementan] bilang produksinya surplus 30 ton. Harganya naik, banyak yang marah, mau demo segala macem. Kemudian Mentan bilang. Minta diimpor deh. Berapa? Seratus ribu. Bikin surat dong jangan nanti tiba-tiba enggak ngaku?" kata Darmin, Rabu (7/11/2018) malam.
Awalnya, Darmin memang sempat bingung soal usulan impor jagung yang diajukan Mentan. Sebab, selain produksi dalam negeri masih surplus, Kementan juga bisa mengekspor jagung hingga 380 ribu ton.
Namun, permintaan tersebut akhirnya disetujui setelah mendengar penjelasan Amran soal banyaknya peternak mandiri yang berteriak soal tingginya harga jagung di pasar.
"Mereka bilang produksinya surplus 30 ton. Harganya naik, banyak yang marah, mau demo segala macem. Kemudian Mentan bilang. Minta diimpor deh. Berapa? Seratus ribu," terang mantan Dirut Bank Indonesia tersebut.
Ia juga mengingatkan bahwa pernyataan yang dikeluarkan Kementerian Pertanian berpotensi disalahpahami dan bisa berujung pada kecurigaan kepada pemerintah. Karena itulah, ia meminta Kementan untuk tidak lepas tangan soal polemik impor tersebut dan melemparnya ke Kemenko Perekonomian.
"Rapatnya aja dibuat karena permintaan Menteri Pertanian. Surat usulannya dari Menteri Pertanian, jangan mereka mulai belok-belokkan," imbuh mantan direktur Bank Indonesia tersebut.
Pemerintah telah menyepakati dikeluarkannya izin impor untuk komoditas jagung sebanyak 100 ribu ton melalui Perum Bulog.
Keputusan ini diambil dalam rapat koordinasi terbatas antara perwakilan dari Kemenko Perekonomian, Kementerian BUMN, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Perdagangan pada Jumat (2/11/2018) pekan lalu.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyampaikan, impor tersebut dilakukan untuk menambah cadangan jagung Perum Bulog di akhir tahun 2018. Tujuannya, tak lain untuk mencegah kenaikan harga jagung untuk pakan ternak di pasaran.
Menurut Amran, pabrik pakan ternak di dalam negeri saat ini mulai melakukan rasionalisasi. Banyak pabrik mengganti sebagian komponen pakan ternak berbahan gandum impor dengan jagung lokal. Dengan begitu, izin impor gandum untuk pakan ternak sebanyak 200 ribu ton bisa disetop.
“Dampak pengalihan gandum ke jagung oleh pabrik pakan besar mengakibatkan jagung yang biasa diserap peternak kecil mandiri menjadi terserap oleh pabrik pakan besar,” ujar Amran.
Berdasar data Kementan, kebutuhan jagung untuk produksi pakan ternak di Indonesia mencapai 18 juta ton per tahun atau setara 1,5 juta ton per bulan. Dari jumlah itu, kebutuhan peternak kecil mandiri adalah 2,64 juta ton per tahun atau 220 ribu per bulan.
“Pemerintah berupaya hadir menyelesaikan masalah yang ada dengan opsi impor jagung 50-100 ribu ton [pada 2018] bagi peternak kecil sebagai tindakan jaga-jaga. Jumlah impor ini sangat kecil dibandingkan ekspor jagung 372 ribu ton dan setop impor 3,5 juta ton setiap tahun,” kata Amran.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Maya Saputri