tirto.id - Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-ocha memastikan bahwa keamanan Thailand akan menjadi prioritas tertinggi seiring mangkatnya Raja Thailand Bhumibol Adulyadej pada Kamis, (14/10/2016).
Upaya tersebut ditunjukkan Prayut dengan menambah keberadaan pasukan militer di berbagai penjuru Thailand untuk mengantisipasi adanya gangguan keamanan.
Militer, yang mengambil alih kekuasaan pada 2014 melalui kudeta, selalu menyatakan bahwa tugas mereka adalah melindungi raja sebagai pembenaran untuk ikut campur dalam politik.
Aura pesimistis melingkupi Thailand atas wafatnya Raja Bhumibol. Sang Raja dikenal sebagai tokoh kharismatis yang selalu mampu meredam gejolak politik di Thailand, khususnya yang melibatkan militer dan tokoh sipil.
Sementara itu, banyak kalangan menilai Putra Mahkota Maha Vajiralongkorn—yang disebut-sebut akan naik tahta sebagai raja baru--tidak memiliki kharisma yang kuat seperti yang dimiliki ayahnya.
"Saya seperti masih bermimpi. Saya tidak percaya dengan apa yang telah terjadi," kata Supawan Wongsawas, 64, seorang pensiunan pegawai negeri.
Suthad Kongyeam, 53, mengatakan bahwa merasa seperti kehilangan seorang ayah.
"Ia adalah jantung dari seluruh negeri ini. Semua terguncang. Tidak ada lagi pegangan," katanya.
Sebagian besar warga di Ibukota Bangkok atau pun kota-kota lainnya mengenakan pakaian hitam, tapi toko-toko tetap buka seperti biasa. Kabinet pun kemudian menyatakan hari kematian tersebut sebagai hari libur untuk berkabung, tapi pasar bursa Thailand dan institusi keuangan lainnya tetap beraktivitas.
Sementara itu, ribuan warga Thailand yang tengah berduka memberikan penghormatan terakhir bagi Raja di Istana Agung, menjelang upacara pemakaman kerajaan yang akan memakan waktu berbulan-bulan.
Raja paling lama di dunia itu, yang dipuja sebagai sosok ayah sepanjang 70 tahun kekuasaannya, meninggal di rumah sakit di Bangkok pada Kamis dalam usia 88 tahun.
Kesehatan Raja Bhumibol terus memburuk dalam beberapa tahun terakhir, tapi kematiannya tetap mengejutkan negara sekitar 67 juta warga Thailand yang kemudian larut dalam kesedihan.
Suasana kondusit tersebut terjadi karena pasar tetap yakin bahwa suksesi di kerajaan akan berjalan dengan mulus. Bank Sentral mengatakan bahwa tidak terjadi spekulasi yang berlebihan.
Di Istana Agung, tempat raja disemayamkan, ribuan pelayat yang berduka, tampak menangis, berbaris sambil berlutut di hadapan gambar raja dan melakukan ritual dengan menuangkan air sebagai bagian dari upacara pemakaman.
Kesehatan istri Bhumibol, Ratu Sirikit, 84, juga dilaporkan terus menurun dalam beberapa tahun belakangan
Penulis: Putu Agung Nara Indra
Editor: Putu Agung Nara Indra