Menuju konten utama

PM Irak Sesalkan Putusnya Hubungan Diplomatik Arab dan Qatar

Al-Abadi juga mengatakan Pemerintah Irak takkan membiarkan setiap kekuatan Irak melintasi perbatasan Suriah untuk memerangi petempur ISIS.

PM Irak Sesalkan Putusnya Hubungan Diplomatik Arab dan Qatar
Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi berbicara di TV pemerintah saat ia mengumumkan dimulainya serangan untuk merebut kembali Mosul dari ISIS di Baghdad, Minggu (16/10). ANTARA FOTO/Iraqi Prime Minister Office/Handout via REUTERS.

tirto.id - Krisis diplomatik yang berdampak pada putusnya hubungan antara Arab Saudi serta sekutunya dan Qatar saat ini disesalkan Perdana Menteri Irak Haider Al Abadi. Ia pun berikrar akan bekerja sama dengan setiap negara untuk mengalahkan petempur IS.

"Kami menyesalkan silang pendapat yang melanda wilayah ini saat ini," kata Al-Abadi dalam taklimat setelah pertemuan mingguan kabinetnya pada Selasa (6/6/2017) waktu setempat.

Ucapan Perdana Menteri Irak tersebut merujuk kepada krisis antara beberapa negara Arab dan Qatar, ketika Arab Saudi serta sekutunya memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar dalam peningkatan pergolakan kekuasaan di Timur Tengah. Banyak pengamat berpendapat krisis itu menciptakan celah dalam Dewan Kerja Sama Teluk (GCC).

Negara-negara di wilayah Timur Tengah telah menyadari tak ada negara yang jauh dari terorisme. Karenanya Al Abadi mengatakan "Irak siap bekerja sama dengan setiap negara yang ingin menghapuskan terorisme," demikian seperti yang dilansir Antara, Rabu (7/6/2017).

"Terorisme tidak membidik pihak atau kelompok tertentu, tapi berusaha membidik kehidupan dalam segala bentuknya," kata Al-Abadi.

Seperti diberitakan sebelumnya, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, Yaman, Mesir dan Libya pada Senin (5/6/2017) mengumumkan mereka memutuskan hubungan dengan Qatar. Negara Arab tersebut menuduh Doha "mendukung dan mendanai terorisme" serta mencampuri urusan dalam negeri mereka, tapi Qatar telah membantah tuduhan itu.

Sementara itu, Al-Abadi juga mengatakan Pemerintah Irak takkan membiarkan setiap kekuatan Irak melintasi perbatasan Suriah untuk memerangi petempur IS di negara tetangga Irak tersebut.

"Kita sekarang mengendalikan perbatasan Irak-Suriah. Irak tak ingin memasuki konflik di dalam wilayah Suriah," tambah Al-Abadi. Ia membantah sebagian laporan media yang mengatakan unit Hashd Shaabi, yang kebanyakan adalah pengikut Syiah, memasuki Suriah untuk mendukung pasukan Pemerintah Suriah memerangi gerilyawan Suriah.

Satuan paramiliter itu melancarkan operasi besar yang dirancang untuk mengamankan daerah perbatasan dennggan Suriah memutus jalur pasokan IS antara Moosul dan Kota Raqqa di Suriah, Ibu Kota de fakto Kekhalifahan IS – yang diproklamasikan secara sepihak.

Pada 29 Mei, satuan tersebut untuk pertaama kali tiba di perbatasan Irak-Suriah dan terus membersihkan puluhan desa di daerah berbukit antara Provinsi Nineveh di Irak Utara dan Provinsi Anbar di bagian baratnya.

Operasi di dekat perbatasan Suriah itu dilancarkan saat pasukan keamanan Irak, yang didukung oleh koalisi internasional pimpinan AS, secara serentak melancarkan serangan besar untuk mengusir petempur IS dari sisa kubu mereka di pinggir barat Mosul.

Baca juga artikel terkait QATAR atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Politik
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari