Menuju konten utama

PM Irak Nyatakan Siap Rebut Kota Mosul dari ISIS

Perdana Menteri Irak telah menyatakan dalam siaran televisi Iraqiya, bahwa pihaknya akan merebut kembali Kota Mosul dari ISIS dalam operasi militer. Namun, keterlibatan pasukan dalam serangan di Mosul ini masih menimbulkan perdebatan dengan sekutu Irak, Turki.

PM Irak Nyatakan Siap Rebut Kota Mosul dari ISIS
Konvoi aparat keamanan Irak memasuki pinggiran Mosul, untuk menumpas militan Negara Islam di Kirkuk, Irak, Rabu (12/10). ANTARA FOTO/REUTERS/Ako Rasheed.

tirto.id - Setelah dua tahun berada dalam belenggu ISIS, Irak telah siap melancarkan operasi militer untuk merebut kembali Kota Mosul di Irak dari kelompok radikal itu. Informasi itu telah ditegaskan langsung oleh Perdana Menteri Irak, Haider al Abadi melalui pernyataan resminya dalam siaran televisi negara itu.

"Waktu untuk menang telah tiba dan operasi untuk membebaskan Mosul sudah dimulai," kata Abadi pada Senin (17/10/2016) di televisi Iraqiya. Berkata pada penduduk wilayah Mosul, Abadi melanjutkan, “Hari ini saya menyatakan dimulainya operasi kemenangan untuk membebaskan Anda dari kekerasan dan terorisme Daesh [ISIS]," ucapnya, sebagaimana diberitakan Antara, Senin.

Abadi yang juga pemimpin dari angkatan bersenjata Irak, dikelilingi oleh para pejabat tinggi federal ketika membacakan pernyataannya. Pasukan federal Irak dan sekutu, menurut Abadi, sudah memperketat pengepungan di Mosul, benteng terakhir ISIS di negara itu, selama berbulan-bulan.

Sebelum bersiap untuk serangan terakhir di benteng utara ISIS, Abadi dan pasukan federal baru-baru ini dilaporkan telah merebut kembali posisi-posisi kunci di sekitar Qayyarah, sebuah kota yang teletak sekitar 60 kilometer selatan Mosul.

Sementara itu, persiapan untuk merebut Mosul ini telah mencuatkan tanggapan dari Presiden Turki. Tayyip Erdogan pada Sabtu (15/10/2016) mengatakan Irak tidak bisa menangani sendiri pergerakan ISIS di Kota Mosul.

Sebelumnya, Turki telah terlibat perseteruan dengan pemerintah pusat Irak terkait kehadiran pasukan Turki di kamp Bashiqa di Irak utara. Kedua negara itu berdebat tentang siapa yang harus ambil bagian dalam rencana serangan yang didukung Amerika Serikat di Mosul tersebut.

"Kami tidak akan membiarkan Mosul diberikan kepada Daesh (IS) atau organisasi teroris lainnya. Mereka [AS] mengatakan pemerintah pusat Irak perlu untuk menyetujui ini [keterlibatan pasukan Turki], tetapi pemerintah pusat Irak pertama-tama harus mengatasi masalah mereka sendiri," ujar Erdogan.

"Mengapa Anda membiarkan Daesh masuk ke Irak? Mengapa Anda membiarkan Daesh masuk ke Mosul? Mereka hampir masuk ke Baghdad. Dimana Anda, pemerintah pusat Irak?" kata Erdogan dalam pidato di acara di kota Laut Hitam Rize yang disiarkan langsung di televisi.

Menurut Abadi, pasukan Turki telah dikerahkan ke Irak tanpa izin pemerintah. Tindakan Turki itu langsung menimbulkan kecaman. "Saya tidak akan membiarkan pasukan Turki untuk ambil bagian dalam operasi untuk membebaskan Mosul dengan cara apapun," tambahnya dalam komentar yang disiarkan di televisi pemerintah Irak.

Perdebatan itu juga berakar pada ketidaksukaan Turki pada milisi Syiah, kelompok yang diandalkan tentara Irak untuk merebut Mosul. Sebabnya, tentara Turki telah melatih kelompok Sunni Muslim dan unit Kurdi Peshmerga sekutu mereka di kamp Bashiqa di dekat Mosul. Turki ingin mereka dilibatkan dalam serangan itu. Keterlibatan Syiah dikhawatirkan akan memicu kerusuhan sektarian dan memicu eksodus pengungsi.

Baca juga artikel terkait ISIS atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Politik
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari