Menuju konten utama

Platform Gift Data Untuk Kemudahan Distribusi Kuota

Selama pandemi, terjadi ketimpangan di dunia pendidikan Indonesia. Banyak pelajar sulit mendapatkan akses maupun kuota internet untuk online learning.

Platform Gift Data Untuk Kemudahan Distribusi Kuota
Ilustrasi Bahagia Menggunakan Telepon Seluler. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Kelas dan bangku kosong menjadi pemandangan biasa di tengah pandemi. Di seluruh dunia, ada setidaknya 1,2 miliar pelajar yang terdampak akibat ditutupnya sekolah dan kampus. Meski begitu, proses belajar-mengajar harus terus dilakukan melalui pembelajaran jarak jauh (PJJ): belajar online melalui video call. Model ini dianggap menjadi alternatif terbaik, terutama di kota besar seperti Jakarta.

Jakarta dan kota-kota di Indonesia tentu tidak sendirian. Banyak negara yang melakukan pendekatan serupa. Sayangnya, serupa itu belum tentu sama. New York (Amerika Serikat), misalnya, menyiapkan PJJ dengan mendistribusikan 300.000 gawai (laptop dan tablet) kepada para pelajar, memastikan mereka mendapatkan akses ke materi pembelajaran.

Sedangkan Indonesia tidak seperti itu. Ketika pandemi menyerang Indonesia di awal Maret 2020, sekolah-sekolah panik dan tidak siap untuk beranjak ke PJJ. Sekolah online dianggap membingungkan. Para pelajar belum sempat menyesuaikan diri.

Banyak laporan mengatakan jika program belajar di rumah lebih membuat stres daripada ruang kelas biasa. Pelajarannya bisa jadi sama sulitnya, tapi setidaknya kalau di kelas normal, pelajar memiliki teman yang membuat mereka bisa bersosialisasi dan tidak merasa sendirian. Banyak pula yang merasa beban belajar di kelas online justru lebih besar daripada kelas reguler.

Dari beberapa kesulitan di atas, yang paling terdampak dari sekolah online sebenarnya adalah pelajar dan sekolah yang kurang beruntung. Pasalnya, para pelajar tersebut kekurangan perangkat dan akses internet untuk dapat mengikuti kelas online, sementara sekolah tidak memiliki kapasitas untuk mengajar secara online.

Riset ISEAS-Yusof Ishak Institute pada 21 Agustus lalu menjelaskan ketimpangan di dunia pendidikan Indonesia selama pandemi. Hampir 69 juta pelajar kehilangan akses pendidikan dan pembelajaran, tapi di sisi lain banyak kelompok pelajar dari keluarga mapan lebih mudah belajar jarak jauh.

Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) memang telah menyatakan bahwa PJJ saat pandemi telah menimbulkan beberapa dampak sosial dan ekonomi bagi para pelajar dan guru. Dua yang paling tersoroti adalah kemampuan belajar jarak jauh dan akses internet.

Di daerah-daerah terluar Indonesia, para pelajar kesulitan mendapatkan sinyal internet. Di tempat lain, ada beberapa keluarga yang tak punya ponsel sama sekali. Ada juga yang bergantian memakai satu ponsel milik orangtuanya. Lalu sekalipun mudah mendapatkan akses internet dan punya ponsel, banyak keluarga yang kerepotan membeli kuota di saat ekonomi keluarga terganggu akibat pandemi. Hal-hal tersebut membuat banyak pelajar tidak dapat menerima PJJ dengan mudah.

Indosat Ooredoo Dukung Pembelajaran Jarak Jauh

Kondisi PJJ di masa pandemi benar-benar menunjukkan ketimpangan pendidikan di Indonesia. Imam Aji Subagyo, seorang guru berusia 30 tahun, menceritakan kesulitannya dalam mengajar di sebuah sekolah dasar di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.

Sekolah itu bernama SD Negeri 004 Mantang. Sekolah induknya terletak di Pulau Siolong, sementara tiga sekolah cabangnya ada di Pulau Sirai, Pulau Telang Kecil, dan Pulau Telang Besar. “Hanya sekolah di Pulau Siolong yang punya sinyal memadai. Itu pun hanya provider IM3,” katanya.

Seolah mendapatkan pertolongan, kesulitan dalam masalah sinyal internet perlahan mulai teratasi bagi Imam. Indosat Ooredoo meluncurkan paket pintar IMClass untuk membantu para pelajar melakukan PJJ atau online learning. Bukan hanya memiliki sinyal yang kuat, Indosat Ooredoo juga menyediakan platformAPI (Application Programming Interface) Gift Data yang bisa dipakai oleh institusi pendidikan dalam melaksanakan program PJJ. API Gift Data di sini maksudnya adalah sebuah perangkat lunak yang memungkinkan institusi membagikan kuota internet ke nomor-nomor IM3 Ooredoo melalui sebuah dashboard.

API Gift Data Indosat Ooredoo dapat mengirimkan kuota data secara massive, seamless, dan fleksibel,” kata Chief Business Officer Indosat Ooredoo, Bayu Hanantasena dalam press release 10 September 2020 yang kami terima.

Software ini juga mendukung fitur automatisasi dan kustomisasi, yang memudahkan pengelolaan pengiriman kuota data sesuai kebutuhan setiap bulannya. Platform ini lah yang dinilai akan efektif untuk penyaluran kuota internet kepada para pelajar dan guru dalam melakukan PJJ.

Harga paket IMClass sangat terjangkau. Paket pintar IMClass dengan kuota 30 GB untuk 30 hari bisa didapatkan dengan Rp1 saja. Selanjutnya, paket ini bisa digunakan untuk mengakses aplikasi online learning seperti Ruangguru, Quipper, Zenius, Rumah Belajar, Sekolahmu, dan lebih dari 300 portal e-learning serta situs resmi dari universitas-universitas di Indonesia.

Paket IMClass 30GB Rp1 ini dapat dinikmati oleh seluruh pelanggan prabayar maupun pascabayar. Meski masalah pendidikan di masa pandemi masih banyak, setidaknya dengan IMClass 30 GB hanya Rp1, IM3 Ooredoo mendukung program pembelajaran jarak jauh dengan menyelesaikan beberapa poin krusial: kemudahan internet dan harga yang terjangkau. Itu semua bisa membuat belajar jarak jauh semakin lancar dan nyaman.

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis