Menuju konten utama

Pilgub Jabar 2018: Rindu Menang, Asyik Kasih Kejutan

Kemenangan pasangan Ridwan-Uu dalam perhitungan cepat selaras dengan sejumlah hasil survei. Sementara pasangan Sudrajat-Syaikhu memberikan kejutan dengan mengungguli pasangan Demiz-Demul.

Pilgub Jabar 2018: Rindu Menang, Asyik Kasih Kejutan
Calon Gubernur Jawa Barat nomor urut satu Ridwan Kamil (kanan) bersama istri Atalia Praratya (kiri) menunjukkan tinta pada jari seusai menggunakan hak pilih, di TPS 21 Bandung, Rabu (27/6/2018). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/ama/18.

tirto.id - “Batin saya luar biasa berat, fisik juga, karena [selama] empat bulan ini kami menyaksikan sendiri wilayah yang harus dikampanyekan sangat luas, penduduknya terbanyak se-Indonesia, kemudian saya menyaksikan pengorbanan-pengorbanan dari partai-partai, kader-kadernya, dari relawan, keluarga dekat, doa-doa para kiai, para ulama, itu bersatu setiap hari dan menjadi penyemangat saya. Hari ini saya mengucapkan rasa syukur atas berita baik sementara ini,” ujar Ridwan Kamil mengomentari hasil perhitungan cepat Pilgub Jabar 2018.

Sampai pukul 17.45 WIB, total data yang masuk dalam perhitungan cepat sementara yang dilakukan oleh Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) sebesar 99,73 persen. Hasilnya pasangan Ridwan-Uu (Rindu) memperoleh suara sebesar 32,3 persen, Sudrajat-Syaikhu (Asyik) 29,6 persen, Demiz-Demul (2DM) 25,4 persen, dan Hasanuddin-Anton Charliyan (Hasanah) 12,8 persen.

Sementara total data yang masuk ke Lingkaran Survei Indonesia (LSI) sampai pukul 17.45 totalnya sebesar 97,33 persen. Hasilnya hampir sama dengan yang dilakukan oleh SMRC yakni Ridwan-Uu sebesar 32,9 persen, Sudrajat-Syaikhu 28,1 persen, Demiz-Demul 26,0 persen, dan Hasanuddin-Anton 13,0 persen.

Prediksi Sejumlah Lembaga Survei

Kemenangan Ridwan-Uu (Rindu) dalam Pilgub Jabar 2018 berdasarkan perhitungan cepat tersebut selaras dengan hasil-hasil survei sebelumnya.

Hasil survei Indo Barometer pada 7-13 Juni 2018 dengan sampel sebanyak 1.200 responden dan margin of error sebesar +/-2,83 persen, serta memakai metode multistage random sampling, menunjukkan bahwa pasangan Ridwan-Uu dan Demiz-Demul bersaing ketat dalam Pilgub Jabar 2018. Ridwan-Uu memimpin dengan angka keterpilihan sebesar 36,90 dan Demiz-Demul sebesar 30,10 persen. Sementara dua pasangan lain, yakni Hasanuddin-Anton dan Sudrajat-Syaikhu tercecer jauh dengan angka keterpilihan masing-masing sebesar 5,00 persen dan 6,10 persen.

Selain Indo Barometer, hasil yang didapat oleh lembaga survei lain pun seperti SMRC pada 21-29 Mei 2018 (801 responden) dan Poltracking (800 responden) pada 18-22 Juni 2018, dengan menggunakan metode pengambilan sampel yang sama, menunjukkan kecenderungan serupa yakni Ridwan-Uu dan Demiz-Demul memimpin dengan angka keterpilihan yang jauh meninggalkan dua pasangan lainnya.

Jumlah Kursi Legislatif bukan Jaminan

Empat pasangan yang berkompetisi dalam Pilgub Jabar 2018 masing-masing diusung oleh PPP, PKB, Nasdem, dan Hanura (Ridwan-Uu), Gerindra, PKS, dan PAN (Sudrajat-Syaikhu), Golkar dan Demokrat (Demiz-Demul), serta PDIP (Hasanuddin-Anton). Jumlah kursi di DPRD Jabar jika digabungkan berdasarkan dukungannya terhadap pasangannya masing-masing yaitu: 24 kursi (Ridwan-Uu), 27 kursi (Sudrajat-Syaikhu), 29 kursi (Demiz-Demul) dan 20 kursi (Hasanuddin-Anton).

Jika melihat jumlah kursi dukungan dari para partai politik di DPRD Jabar, pasangan Sudrajat-Syaikhu sebetulnya berada di posisi kedua, tapi kursi legislatif tersebut ternyata tidak berbanding lurus dengan suara yang diperoleh saat pencoblosan.

Sebagai contoh, pada Pilgub Jabar 2013, pasangan Aher-Demiz yang saat itu diusung oleh PKS, PPP, PKB, dan Hanura dengan jumlah kursi di DPRD sebanyak 26 kursi berhasil menjadi pemenang dengan mengungguli pasangan Dede-Lex yang diusung oleh Demokrat, PAN dan Gerindra dengan jumlah kursi sebanyak 41 kursi. Bahkan perolehan suara pasangan Dede-Lex dilampaui juga oleh Rieke-Teten yang hanya diusung oleh PDIP dengan dukungan 17 kursi.

Hal ini terjadi pada Pilgub Jabar 2018. Berdasarkan hasil hitung cepat dari dari sejumlah lembaga survei, pasangan Ridwan-Uu yang hanya memiliki 24 kursi parlemen berhasil mengungguli Sudrajat-Syaikhu (27 kursi) dan Demiz-Demul (29 kursi)

Jadi, dalam sejumlah pilkada, kursi di DPRD hanya sebatas syarat untuk memenuhi ambang batas agar bisa mencalonkan paslon. Selebihnya ada banyak faktor yang menentukan.

Isu Negatif Tak Menggoyahkan Ridwan-Uu

Ridwan-Uu yang memimpin perolehan suara sementara berdasarkan perhitungan cepat dalam Pilgub Jabar 2018 berhasil menepis segala isu negatif yang menyerang mereka sebelum dan selama massa kampanye, juga dalam rangkaian debat.

Ridwan yang sebelumnya menjabat sebagai Walikota Bandung, sempat diserang oleh isu sebagai penganut Syiah dan dituduh mengeluarkan 300 IMB rumah ibadah Non-Muslim. Selain itu, ia juga dituding sebagai pembela LGBT .

Isu-isu yang menyerang Ridwan Kamil tersebut, jika melihat hasil survei angka keterpilihan dan hasil perhitungan cepat sampai hari itu, terbukti tidak berhasil menggoyahkan posisinya sebagai calon gubernur yang paling banyak dipilih oleh warga Jawa Barat.

Menurut Firman Manan, pengamat politik dari Universitas Padjadjaran, isu-isu tentang Syiah, LGBT, dan sebagainya yang membawa sentimen agama hanya akan berjalan efektif pada pemilih Islam konservatif, sementara Jawa Barat bukan wilayah yang mayoritas penganut Islamnya amat konservatif.

Ia menambahkan bahwa isu-isu sentimen agama yang menyerang Ridwan-Uu justru bisa dianggap kontradiktif, karena Ridwan Kamil dan Uu keduanya mempunyai trah kiai.

“Kang Uu mewakili pesantren-pesantren tradisional,” ujarnya.

Selain berhasil menepis serangan-serangan sentimen agama, pasangan Ridwan-Uu juga berhasil mengoptimalkan faktor-faktor lain yang mendukung pencalonannya.

Menurut Firman yang diwawancarai Tirto beberapa jam sebelum perhitungan cepat dimulai, keterpilihan pasangan Ridwan-Uu tidak bisa dilepaskan dari faktor rekam jejak keduanya sebagai mantan kepala daerah. Artinya sebagian warga Jawa Barat sudah relatif mengenal mereka.

Selain itu tambah Firman, salah satu variabel lain yang bisa jadi mendukung keterpilihan Ridwan-Uu adalah cara mereka dalam menjaring pemilih muda yang jumlahnya mencapai hampir 11 juta jiwa atau sekitar 30 persen dari total 31.733.133 daftar pemilih tetap (DPT) di Jawa Barat.

“Salah satu cara orang memilih juga mengidentifikasi siapa yang dekat dengan dia kan. Misalnya ya bisa saja soal umur, jadi karena pasangan Rindu ini memang relatif lebih muda dibanding yang lain, mereka menjual itu pada kelompok milenial,” ujarnya.

Namun ia menegaskan bahwa hal itu saja tidak cukup, karena yang lebih penting justru adalah apa isu-isu yang ditawarkan dan bagaimana cara menyampaikannya. Ridwan Kamil selama ini dianggap paling dekat dengan kelompok pemilih ini, serta ia paling populer dia media sosial, sebuah kanal yang nyaris tiak bisa dipisahkan dari kehidupan anak muda kiwari.

Firman juga menambahkan bahwa meski dalam dua periode berturut-turut kader PKS berhasil terpilih sebagai Gubernur Jawa Barat, dan Prabowo Subianto sebagai Ketua Umum Gerindra berhasil mengalahkan Jokowi di Jawa Barat pada Pilpres 2014 lalu, namun menurutnya hari ini peta dukungan terhadap Jokowi di Jawa Barat telah mengalami perubahan.

“Tapi jangan lupa ada dinamika yang terjadi. Kalau kita lihat angka-angka survei, ada beberapa lembaga survei terakhir di Jawa barat, itu justru hari ini Presiden Jokowi sudah unggul dari Prabowo. Jadi agak sulit menggunakan ukuran 2014,” ujarnya.

Ia juga mengatakan bahwa pemilih Jawa Barat itu unik, mudah berubah, alias tidak loyal. Makanya saat isu 2019 Ganti Presiden dikeluarkan oleh pasangan Sudrajat-Syaikhu pada debat kedua, tapi survei sampai akhir bulan Juni tidak mendongkrak secara signifikan pasangan yang diusung oleh Gerindra, PKS, dan PAN tersebut.

Kejutan dari Sudrajat-Syaikhu

Kemenangan Ridwan-Uu berdasarkan perhitungan cepat sudah banyak diprediksi oleh sejumlah lembaga survei seperti telah dipaparkan sebelumnya. Popularitas Ridwan Kamil pun berada di atas semua calon wakil gubernur Jawa Barat. Berdasarkan survei Indo Barometer pada 7-13 Juni 2018, angka keterpilihan mantan Walikota Bandung tersebut sebesar 38.1 persen, disusul oleh Deddy Mizwar sebesar 30,1 persen, Sudrajat 6,1 persen, dan Hasanuddin 4,9 persen.

Hal serupa juga dialami oleh Uu Ruzhanul Ulum. Angka keterpilihannya mengungguli semua calon wakil gubernur Jawa Barat lainnya sebesar 32,3 persen. Dedi Mulyadi menyusul di posisi kedua dengan angka keterpilihan sebesar 29,3, lalu Ahmad Syaikhu 6,1 persen, dan Anton Charliyan 4,9 persen. Angka-angka hasil survei tersebut sesuai dengan hasil yang diperoleh hari ini pada hasil perhitungan cepat Pilgub Jabar 2018.

Kejutan justru dibuat oleh pasangan Sudrajat-Syaikhu yang diusung oleh Gerindra, PKS, dan PAN. Meski pada Pilpres 2014 Prabowo Subianto, Ketua Umum Gerindra, berhasil mengungguli Jokowi di Jawa Barat dengan angka 59,78 persen, dan Ahmad Heryawan sebagai kader PKS berhasil memenangi Pilkada Jabar dalam dua periode berturut-turut (2008 dan 2013), tapi beberapa minggu sebelum pencoblosan, berdasarkan hasil survei sejumlah lenbaga survei, keterpilihan Sudrajat-Syaikhu jauh di bawah Ridwan-Uu dan Demiz-Demul.

Menurut Hendri Satrio, pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina, keberhasilan Sudrajat-Syaikhu membayangi Ridwan Uu tidak bisa dilepaskan dari peran mesin politik PKS di Jawa Barat yang cukup solid. Ia membandingkannya dengan kemenangan kader PKS sebagai gubernur dalam Pilgub Jabar 2008 dan 2013.

“Berkaca di 2008 lalu juga kan memang demikian, Ahmad Heryawan juga menyodok Agum dan Danny. Memang PKS ini tidak bisa dianggap remeh di Jawa Barat,” ujarnya.

Selain itu, Hendri menambahkan bahwa strategi yang keluarkan oleh Sudrajat-Syaikhu dengan memosisikan mereka sebagai satu-satunya pasangan yang menghendaki 2019 Ganti Presiden sangat membantu mendongkrak popularitas pasangan tersebut.

Hendri bahkan membayangkan jika di Jawa Barat yang bersaing dalam Pilgub hanya dua pasangan seperti di Pilgub Jakarta 2017, yaitu antara kubu pro Jokowi dan dan pro Prabowo, ia memprediksi pasangan yang pro Jokowi itu akan kembali kalah.

“Bahkan ini [perhitungan suara] belum selesai, jadi [pasangan Ridwan-Uu] harus hati-hati juga,” tambahnya.

Baca juga artikel terkait PILGUB JABAR 2018 atau tulisan lainnya dari Irfan Teguh

tirto.id - Politik
Penulis: Irfan Teguh
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti