tirto.id - AstraZeneca, perusahaan yang bekerjasama dengan Universitas Oxford dalam pengembangan vaksin COVID-19, terpaksa menangguhkan uji coba vaksin tersebut usai salah satu relawannya jatuh sakit.
Pasien tersebut dilaporkan menderita gejala neurologis yang berhubungan dengan gangguan inflamasi tulang belakang langka yang disebut myelitis transversal. Namun AstraZeneca mengatakan bahwa diagnosis itu belum final lantaran serangkaian tes masih terus dilakukan.
Hal tersebut kemudian memunculkan keraguan terhadap prospek pengembangan salah satu kandidat vaksin COVID-19 paling potensial yang tengah dikembangkan itu.
AstraZeneca pada Selasa waktu setempat mengonfirmasi bahwa penghentian sementara percobaan vaksin untuk memberi kesempatan pada komite independen melakukan investigasi dan mengkaji keamanan data demi meminimalisir dampak-dampak yang berpotensi menganggu jadwal pengembangan vaksin.
Direktur Institut Kesehatan Nasional AS Francis Collins mengatakan pada Komite Senat untuk “memeriksa seluruh relawan vaksin apakah mengalami gangguan sumsum tulang belakang yang mirip atau tidak,” Rabu (10/9/2020), seperti dilansirReuters.
Penghentian sementara uji coba vaksin ini juga menyusul laporan bahwa pemerintah AS mendesak agar pengembangan vaksin dipercepat sebelum pilpres AS pada November. Namun sejumlah pengembang vaksin terkemuka baik di AS maupun Eropa memastikan akan tetap menegakkan standar keamanan dan kualitas dalam pengembangan vaksin tanpa diintervensi tekanan politik manapun.
Pada Juli lalu, AstraZeneca mengaku melakukan penangguhan uji coba vaksin setelah ada salah satu relawannya yang didiagnosa menderita Multiple Sclerosis (ML). Namun hasil investigasi menyebutkan tidak ada hubungan antara ML dengan pemberian vaksin sehingga kemudian uji coba kembali dilanjutkan.
Regulator Kesehatan Inggris mendesak untuk segera dilakukan investigasi lebih lanjut agar uji klinis vaksin dapat dilanjutkan sesegera mungkin.
“Orang jatuh sakit itu beragam penyebabnya. Tim proyek pengembangan vaksin ini akan segera direview lebih lanjut untuk mengetahui apakah penyakit itu akibat pemberian vaksin atau bukan”, terang Doug Brown, chief executive of the British Society for Immunology.
AstraZeneca merupakan perusahaan yang setuju untuk memproduksi massal vaksin COVID-19 yang akan didistribusikan ke seluruh dunia melebih perusahaan pengembang vaksin lainnya.
Uji coba vaksin AstraZeneca di Inggris dimulai pada Mei 2020 dengan melibatkan lebih dari 12 ribu peserta berusia 5-70 tahun. Uji coba tahap akhir di AS dengan target 30 ribu peserta dilakukan minggu lalu. Vaksin AZD1222 itu juga dalam uji klinis fase tiga di Brasil dan Afrika Selatan. Sementara uji coba tambahan direncanakan di Rusia dan Jepang dengan target 5 ribu peserta.
Penulis: Restu Diantina Putri
Editor: Dieqy Hasbi Widhana